By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima
Refleksi Hari Jadi Kabupaten Rohul Ke-26 Tahun, GMNI: Momentum Evaluasi Pembangunan dan Penguatan Nasionalisme Kerakyatan
Heri Purnomo Kembali Terpilih Secara Aklamasi sebagai Ketua PA GMNI Kota Bekasi
Erick Thohir dan Serangkaian Keputusan Aneh
Pertumbuhan Ekonomi Yang Menyisakan Luka Sosial dan Ekologis

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Quo Vadis Hari Anak Nasional 2024: Telaah Kritis

Marhaenist Indonesia
Marhaenist Indonesia Diterbitkan : Senin, 22 Juli 2024 | 18:36 WIB
Bagikan
Waktu Baca 8 Menit
Aula Salsabila, S-1 Hukum Pidana Islam, Kader GMNI UIN Sunan Ampel Surabaya Komisariat Ahmad Yani.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Momentum Hari Anak Nasional tak cukup sekedar dilaksanakan secara seremonial, melainkan sebagai bahan evaluasi besar, terkhusus peran negara dalam kebijakannya, apakah sudah melaksanakan kewajiban untuk rakyat, terkhusus terhadap dunia anak-anak ? Sampai hari ini negara belum bisa menjamin kesejahteraan sosial bagi anak sendiri. buktinya kasus-kasus ekspoilitasi anak masih kerap terjadi di Indonesia.

Contents
Keterlibatan Stakeholder: Keberpihakan terhadap AnakUpaya pemerintah yang Diharapkan

Di Indonesia sendiri kasus eksploitasi anak masih kerap terjadi. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia mecatat kasus eksploitasi anak per- tahun 2024, sejak bulan januari sampai juni tehitung 7.842 dengan rician, 5.522 korban Perempuan dan 1.930 korban anak laki-laki. (Dilansir dari Website Kementrian Pemberdayan Perempuan Dan Perlindungan Anak Replublik Indonesia). Dari rincian kasus tersebut anak perempuan paling banyak menjadi sasaran kasus exploitasi.

Dalam hal ini pemerintah, khususnya Kementrian Pemberdayan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia untuk selalu mengawasi tingkah laku anak serta memberikan pengawasan masif terhadap orang tua agar kasus ini tidak rentan terjadi.

Isu terdengar di Surabaya, salah satu kasus yang mencuat di media sosial terjadi di lingkungan keluarga, yaitu seorang anak berusia 13 tahun menjadi pelampiasan nafsu 4 angota keluarganya, beserta dua pamannya mencabulinya sedangkan sang kakak memperkosanya, dan kasus seorang kuli bangunan yang mencabuli anak balita umur 4 tahun. (Detik.com).

Degan demikian eksploitasi anak merupakan tindakan memanfaatkan anak yang di lakukan oleh orang tertentu guna untuk mendapatkan keuntungan komersial dari tindakan tersebut. sedangkan Tindakan tersebut dilatar belakangi oleh faktor kemiskinan, faktor rendahnya pendidikan orang tua, faktor kebudayaan serta faktor broken home.

Apabila hal ini dibiarkan maka anak sebagai generasi penerus tidak dapat menjadi pribadi yang mandiri serta tidak dapat pendidikan yang layak sesuai hak nya. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk melibatkan anak dalam mencari uang, keterlibatan anak dalam kegiatan ekonomi yang melewati batas akan berdampak buruk pada anak, anak akan kehilangan hak-haknya untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Kejadian-Kejadian tersebut, menurut penulis sangatlah tidak wajar, disisi lain dapat mengganggu pisikolog anak.

Baca Juga:   Transisi Kabinet

Menurut pakar pisikologi anak Univesitas Airlangga, Nur Anly Farnada memberikan pengertian dampak eksploitsi anak, yaitu sama degan menghilangkan hak-hak yang semestinya mereka miliki maka penting untuk melihat terlebih dahulu bagaimana posisi anak yang bersangkutan selain itu beliau juga menegasan eksistensi anak-anak di dunia hiburan tak akan jadi masalah apabila hal yang di lakukan bertujuan mengembangkan minat dan bakat mereka serta menumbuhkan kreatifitasnya sesuai dunianya.

Menurut WHO kekerasan terhadap anak adalah suatu tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang secara nyata atau pun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup, martabat atau perkembangannya.

Sedangkan menurut Vander Zenden, menjelaskan bahwa perilaku menyiksa dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk penyerangan secara fisik atau melukai anak. Dampak kekerasan pada anak bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara kognitif maupun emosional kekerasan anak, yang berimplikasi pada penurunan fungsi otak, kesulitan mengendalikan emosional, enggan bersosialisasi, gangguan kesehatan tubuh, gangguan mental.

Kekerasan dalam eksploiasi anak juga bisa berdampak pada moral yaitu adanya penurunan nilai raport, penguasaan pengetahuan dasar yang kurang dan lemahnya pengetahuan umum. Selain itu, anak tidak mendapatkan pendidikan non formal pendidikan kesetaraan dan lainnya, serta terabaikannya pendidikan agama dalam hal ibadah, moral dan sopan santun dalam keluarga serta pendidikan sosialisasi dalam bermasyarakat, Adapun juga dampak eksploitasi anak terhadap pisikologis seperti gangguan stres, pascatrauma, depresi, upaya bunuh diri, penyalah gunaan narkoba, dan alkohol.

 

Keterlibatan Stakeholder: Keberpihakan terhadap Anak

Segala aktivitas yang dijalankan oleh anak harus mendapatkan pengawasan dari orang tua. Misalnya, untuk lebih mengenali teman serta orang-orang sekitar anak memastikan anak bersama orang yang di kenal dan di percaya. Kemudian idak membiarkan anak bermain geged tanpa pengawasan orang tua. Selain itu, orang tua juga memberi dukungan anak untuk aktif dalam kegiatan positif. Bila perlu, orang tua memberikan atau meluangkan waktu untuk bercerita dengan anak.

Baca Juga:   Polemik Tapera: Masalah atau Solusi?

Kemudian pemerintah harus memastikan setiap anak yang lahir akan terdaftar kelahirannya dalam administrasi penduduk, serta meningkatkan ketersediaan pusat rehabilitasi anak korban eksploitasi. Beberapa solusi penting yakni anak mendapatkan pembekalan Pendidikan pemahaman serta karakter, agar tidak mudah terjerumus dalam tindakan eksploitasi. Serta mempertegas aturan hukum bagi pelaku eksploitasi anak dengan penindakan hukuman yang adil untuk para pelaku eksploitasi anak hingga menimbulkan efek jera.

Sebagai individu, kita dapat mencegah eksploitasi anak dengan melaporkan jika melihat adanya dugaan ekspoitasi anak, membantu  menyediakan Pendidikan dan sumber daya yang di buthkan anak-anak,dan juga meningkatkan kesadaran Masyarakat tentang pentingnya melindungi anak.

Jika mnggunakan pendekatan yuridis atau regulasi hukum yang berlaku di Indonesia olehnya, penulis mengharapkan regulasi ketegakkan seadil-adilnya, Pasal 15 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak merupakan perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002. Pasal ini mengatur tentang kewajiban dan tanggung jawab setiap orang terhadap perlindungan anak.

Bagian (f) dari Pasal, yang berbunyi: “Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari (f.) pelibatan dalam bersenjata, memaksakan sosial, kekerasan, dan perang.” Dari pasal di atas Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari kekerasan fisik dan psikis, kejahatan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk eksploitasi termasuk eksploitasi ekonomi. Jadi, bagian (f) menegaskan hak anak untuk dilindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi, termasuk kekerasan fisik dan psikis, kejahatan seksual, kriminalan, perdagangan anak, dan eksploit.

Upaya pemerintah yang Diharapkan

Upaya pemerintah, khususnya Kementrian Pemberdayaan Prempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia dalam menangani kasus eksploitasi anak belum semestinya berjalan dengan baik. Buktinnya pertahun ini kelonjakan kasus tersebut masih massif terjadi di Indonesia. Hal itu mendapatkan komentar dari salah satu lembaga negara bersifat independen, yang juga berfokus terhadap perlindungan anak diIndonesia yaitu KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia).

Baca Juga:   IUP bagi Perguruan Tinggi Menyalahi Tridharma Perguruan Tinggi

KPAI menilai bahwa belum ada dukungan yang ada pada pemerintah terhadap kasus-kasus Ekploitasi anak terkusus di tiap- tiap daerah-daerah. Melihat dari kasus-kasus yang telah terjadi di tahun ini, banyak terjadi di daerah-daerah yang terpencil yang jarang terjangkau dengan pemerintah atau penegak hukum, selain itu KPAI juga memberikan sedikit  masukan mengenai hal-hal yang mendesak yang mana harus dilakukan oleh pemerintan sendiri kususnya dalam menangani kejadian-kejadian seperti ini, karena  negara kita akan menghadapi bonus demografi yang sangat tinggi jangan sampai bonus demografi yang kita gadangkan menjadi mala petaka yang buruk. (dilansir dari kpai.go.id)

Olehnya dari komentar-komentar di atas pemerintah harus lebih pro-aktif dalam melakukan pemantauan terhadap kejadian-kajadian yang menyebabkan kasus Exploitasi anak, dan alangkah baiknya pemerintah juga harus menggandeng Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), agar memudahkan dalam pematuan di sekala-sekala derah kecil atau di kota-kota tertentu.

Selamat Hari Anak Nasional…!!!


Penulis: Aula Salsabila, S-1 Hukum Pidana Islam, Kader GMNI UIN Sunan Ampel Surabaya Komisariat Ahmad Yani.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima
Senin, 13 Oktober 2025 | 00:21 WIB
Refleksi Hari Jadi Kabupaten Rohul Ke-26 Tahun, GMNI: Momentum Evaluasi Pembangunan dan Penguatan Nasionalisme Kerakyatan
Minggu, 12 Oktober 2025 | 16:32 WIB
Heri Purnomo Kembali Terpilih Secara Aklamasi sebagai Ketua PA GMNI Kota Bekasi
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 22:25 WIB
Erick Thohir dan Serangkaian Keputusan Aneh
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 21:48 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Yang Menyisakan Luka Sosial dan Ekologis
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 08:38 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Metodologi KIV: Sebagai Alat Perjuangan GMNI Melawan Tangangan Zaman
Artikel
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kabar GMNI

Kader GMNI FKIP Universitas Khairun Desak DPC GMNI Ternate Percepat Pelantikan: Jangan Terjebak Polemik DPP

Marhaenist.id, Ternate - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) sebagai organisasi perjuangan marhaenis…

Kabar GMNI

Jumpai Ketua DPRD Riau, Cipayung Plus Desak Pembentukan Pansus Defisit APBD: Biar Tahu Siapa Biang Keroknya!

Marhaenist.id, Pekanbaru – Kelompok Cipayung Plus Riau resmi mendesak DPRD Provinsi Riau…

ArtikelHistorical

Antara Tan Malaka, Komunis, dan Islam

Marhaenist.id - Dibandingkan dengan tokoh-tokoh bangsa yang telah mendapatkan gelar Pahlawan Nasional,…

Kabar GMNI

Jelang Pesta Demokrasi, GMNI Ajak Masyarakat Kawal Pilkada Damai di Wakatobi

Marhaenist.id, Wanci - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Sekelompok suporter membawa seorang korban pria di stadion Kanjuruhan, Malang selama huru-hara keributan terjadi. AFP/Getty Images
Polithinking

127 Orang Tewas Dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang

Marhaenist - Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi…

IndonesianaKabar GMNI

DPD dan DPC GMNI Se-Indonesia Kecam Tindakan Represif Aparat dan Tuntut Keadilan atas Gugurnya Kawan Ojol Pejuang Demokrasi

Marhaenist.id - Sebanyak 89 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD)…

Infokini

Anak Yang Terlibat Judi Online Harus Ditangani Dengan Cara Pendekatan Psikologis

Marhaenist - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kementerian…

Manifesto

Elemen Perjuangan Kelas Dalam Perjuangan Pembebasan Rakyat Indonesia, Henk Sneevliet 1926

Marhaenist - Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau lebih dikenal sebagai Henk…

Insight

Kesederhanaan Hamba Tuhan dan Pemimpin Tinggi Vatikan, Paus Fransiskus

MARHAENIST - Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?