By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Historical

Refleksi 17 Agustus 1945: Menuju Kemerdekaan RI, Mengenang Peristiwa Rengasdengklok

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Minggu, 18 Agustus 2024 | 13:13 WIB
Bagikan
Waktu Baca 3 Menit
Foto: Pertemuan di Rengasdengklok (Sumber: Arsip Nasional)/Marhaenist.id.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Pada 15 Agustus 1945, sekitar pukul 19.00, pertemuan dengan berbagai kelompok gerakan pemuda berlangsung di ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur. Turut hadir: Aidit, Wikana, Chaerul Saleh, Djohar Nur, Subadio, Suroto Kunto, Pardjono, Abubakar, Armansjah dan Sudewo.

Untuk menyampaikan hasil rapat kepada Sukarno, rapat kemudian mengutus 4 orang: Wikana, Aidit, Subadio dan Suroto Kunto. Malam itu juga, sekitar pukul 21.00 WIB, mereka tiba di kediaman Sukarno di Pegangsaan Timur 56.

Wikana bertindak sebagai juru bicara dari utusan pemuda itu. Mereka sepakat bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak yang harus direbut oleh rakyat, bukan bergantung pada penjajah Jepang. Sukarno dan Hatta masih menolak dengan alasan akan merapatkannya dengan wakil-wakil PPKI.

Tidak puas dengan keputusan para tokoh, berbagai kelompok pemuda kembali menggelar rapat di Tjikini 71. Pertemuan kali ini lebih luas dari pertemuan sebelumnya, karena melibatkan dr Muwardi (Barisan Pelopor), Yusuf Kunto (PETA), Shodanco Singgih (PETA), dlll.

Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa Sukarno dan Hatta harus dibawa terlebih dahulu ke tempat dimana tidak ada pengaruh Jepang. Maka, 16 Agustus dinihari, Sukarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok.

Setelah Soekarno dan Hatta diculik ke Rengasdengklok, Soekarno di hadapan Shodanco Singgih memutuskan untuk bersedia mengadakan proklamasi setelah ia kembali ke Jakarta. Golongan tua dan golongan muda pun menyepakati keputusan bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta oleh Soekarno.

Esok harinya, Ahmad Subardjo rela menaruhkan nyawanya dengan menjemput Soekarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta dan menjamin Proklamasi Kemerdekaan terselenggarakan.

Keesokan harinya, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB, pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang “dipinjam” (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Kriegsmarine, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

Baca Juga:   Kudeta Merangkak Soeharto, Upaya Jahat Terhadap Sang Proklamator

Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang.

Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan muda, pernyataan kemerdekaan harus sesegera mungkin diumumkan. Mereka khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian atau hadiah dari Jepang.***


Disusun oleh Redaksi dari berbagi sumber.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Foto: Desain Grafis oleh SP-NTT/MARHAENIST
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Senin, 25 Agustus 2025 | 17:44 WIB
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:34 WIB
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:28 WIB
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
Minggu, 24 Agustus 2025 | 21:13 WIB
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait
Sabtu, 23 Agustus 2025 | 19:24 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Peringati HUT Kemerdekaan RI, DPC GMNI Touna dan DPK GMN Bung Tomo Manajenen Gelar Nobar Sekaligus Bedah Film bersama Masyarakat
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Polithinking

Jokowi Contoh Teladan Bapak Nepotisme

Marhaenist.id, Jakarta- Pengamat politik, Eep Saefullah Fatah dalam video terbaru, secara terang-terangan…

Kabar GMNI

Di Hari Lahir Pancasila, GMNI Kendari Harapkan Nilai Pancasila harus Mampu Diimplementasikan Pemangku Kebijakan di Sultra

Marhaenist.id, Kendari - Dewan pimpinan cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Kabar GMNI

Deklarasi Pemilu Damai 2024, GMNI Jatim Serukan Pemilu Tanpa Provokasi

Marhaenist.id, Surabaya - Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Jawa Timur (DPD…

Kapitalisme

Omnibus Law Ciptakan Badai PHK Kian Melonjak

Marhaenist - Angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terus meningkat. Sepanjang tahun ini,…

Opini

Mahasiswa, Politik Kampus, dan Miniatur Negara

Marhaenist.id - Dalam lorong-lorong kampus yang sepi, di pojok-pojok gedung tua yang…

Opini

Satu Oktober: Nyawa Lenyap, Tragedi Kanjuruhan, dan Pelanggaran HAM

Penulis: Aryasatya Krishdiansyah (Wakabid Sosial Politik GMNI UINSA Gunung Anyar).   Marhaenist.id…

Kabar GMNI

GMNI Kecam Aksi Pencurian yang Marak Terjadi di Kabupaten Touna

Marhaenist.id, Touna - Aksi pencurian yang kerap terjadi di Kabupaten Tojo Una-Una…

Infokini

Mahfud MD Ungkap Dana Otsus Papua Masa Lukas Enembe untuk Foya-foya

Marhaenist - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD berterus…

Polithinking

Marhaenist.id: Gus, Ahlak Lebih Mulia dari Pada Ilmu

Marhaenist.id - Sunhaji (38), Penjual Es Teh keliling viral karena diledek atau…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?