Marhaenist – Begitulah kira-kira persepsi masyarakat luas tentang para pejuang keluarga atau yang biasa dikenal dengan sebutan para UMKM atau yang sering juga di sebut para UKM yang mana profesi tersebut lebih banyak di dominasi oleh para Ibu-ibu yang memang motivasinya melakoni untuk berjuang menghidupi keluarga. Di lain sisi beberapa pegiat UKM mengatakan, peran pemerintah dalam menciptakan peluang pasar yang berlanjut kepada UKM kebanyakan hanya menjadi narasi kosong belaka.
Belum ada satu pun keberhasilan pemerintah yang nyata untuk bisa diandalkan secara berkala oleh masyarakat yang berprofesi sebagai UKM (usaha kecil mikro). Kebanyakan program yang dilaksanakan tidak memiliki konsep berkelanjutan dan tidak memiliki dampak untuk keberlanjutan usaha para UKM.
Entah apa target dan tujuan dari program yang hanya bertumpu pada pelatihan dengan tempat yang nyaman tetapi tentuna hanya menghabiskan anggaran yang lumayan (hanya menguntungkan pengusaha besar) tetapi kegiatan tidak memiliki dampak langsung seperti adanya potensi buying produk berkelanjutan milik UMKM yang bisa di lakukan oleh pemerintah. Dibeberapa selang waktu yang lalu, Diskusi mengenai hal tersebut senantiasa menjadi topik diskusi oleh para pegiat UKM .
Pertanyaan yang selalu muncul yakni seperti “Apakah pemerintah kita sudah acuh tak acuh dalam melaksanakan perintah UU yang bertumpu pada negara melalui pemerintah berkewajiban menggerakan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan demi terciptanya pembukaan lapangan kerja yang seluas-luasnya? Semoga saja tidak demikian, kita harus terus mendorong pemerintah untuk lebih aktif lagi dalam mencari pola yang tepat dalam menciptakan iklim usaha yang berkelanjutan.
Tentunya hanya waktu yang bisa menjawab keresahan tersebut, mari kita nantikan”. Begitulah hasil diskusi para kawan-kawan pegiat pemerhati dan para aktivis UMKM dan para UMKM sendiri tentunya, baik saat bertemu langsung dalam ruang diskusi resmi maupun semi formal ataupun sekedar curhat di beberapa ruang komunikasi berbasis group komunitas seperti WhatsApp dan lainnya.
Banyak cerita kisah yang mengharukan dari para pejuang keluarga ini, cerita seru-seruan saat berkumpul belajar bersama, cerita ttg bagaimana saat para pejuang keluarga tersebut harus berposisi sebagai pendampingan dan pelatih demi terciptanya makna berjuang bersama untuk tumbuh bersama.
Ya, UKM UMKM pada dasarnya bisa bertahan seperti saat ini oleh karena berdiri di atas kaki sendiri atau yang biasa dikenal dengan istilah “BERDIKARI” sebuah konsepsi memajukan Ekonomi Bangsa berbasis Kerakyatan nan Berkeadilan sebuah rumusan peninggalan para pendiri Bangsa untuk segenap Rakyat Indonesia yang dalam konteks kekinian masih relevan untuk gunakan agar segenap anak bangsa yang ingin BERDIKARI dalam hal Kemandirian Ekonomi harapannya melalui konsep tersebut segenap anak bangsa akan berdiri tegap dan bangga berjuang bersama untuk mewujudkan harapan akan kesejahteraan sosial bagi segenap anak bangsa.
Pertanyaan berikutnya, apakahn narasi BERDIKARI tersebut bisa diwujudkan? Apakah anekdot “UKM (Usaha Kok Merugi)” bisa dirubah menjadi “UKM Usaha Kelompok Makmur)”? Jawabannya, tentunya bisa salah satunya dengan cara terus berikhtiar kepada Yang Maha Kuasa meminta pertolongan serta memaksimalkan konsep Gotong Royong (kolaborasi) dalam aksi nyata untuk mewujudkan hal tersebut secara bersama-sama, semoga. Amiin
___________________________
Abta Paonganan Aktivis UMKM