By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
GMNI Bersama Masyarakat Mamuju Tengah Gelar Aksi di Kantor ATR/BPN, Desak Pencopotan Kepala BPN
May Day is Not Holiday
DPC GMNI Bandung di Bawah Irfan Ade: Kepemimpinan yang Sah dan Progresif
Pasang Surut Semangat Kartini dalam Gerakan Emansipasi Perempuan era Modern
DPC dan DPK GMNI Se-Bangka Belitung Resmi di Lantik

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Quo Vadis Hari Anak Nasional 2024: Telaah Kritis

Marhaenist Indonesia
Marhaenist Indonesia Diterbitkan : Senin, 22 Juli 2024 | 18:36 WIB
Bagikan
Waktu Baca 8 Menit
Aula Salsabila, S-1 Hukum Pidana Islam, Kader GMNI UIN Sunan Ampel Surabaya Komisariat Ahmad Yani.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Momentum Hari Anak Nasional tak cukup sekedar dilaksanakan secara seremonial, melainkan sebagai bahan evaluasi besar, terkhusus peran negara dalam kebijakannya, apakah sudah melaksanakan kewajiban untuk rakyat, terkhusus terhadap dunia anak-anak ? Sampai hari ini negara belum bisa menjamin kesejahteraan sosial bagi anak sendiri. buktinya kasus-kasus ekspoilitasi anak masih kerap terjadi di Indonesia.

Contents
Keterlibatan Stakeholder: Keberpihakan terhadap AnakUpaya pemerintah yang Diharapkan

Di Indonesia sendiri kasus eksploitasi anak masih kerap terjadi. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia mecatat kasus eksploitasi anak per- tahun 2024, sejak bulan januari sampai juni tehitung 7.842 dengan rician, 5.522 korban Perempuan dan 1.930 korban anak laki-laki. (Dilansir dari Website Kementrian Pemberdayan Perempuan Dan Perlindungan Anak Replublik Indonesia). Dari rincian kasus tersebut anak perempuan paling banyak menjadi sasaran kasus exploitasi.

Dalam hal ini pemerintah, khususnya Kementrian Pemberdayan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia untuk selalu mengawasi tingkah laku anak serta memberikan pengawasan masif terhadap orang tua agar kasus ini tidak rentan terjadi.

Isu terdengar di Surabaya, salah satu kasus yang mencuat di media sosial terjadi di lingkungan keluarga, yaitu seorang anak berusia 13 tahun menjadi pelampiasan nafsu 4 angota keluarganya, beserta dua pamannya mencabulinya sedangkan sang kakak memperkosanya, dan kasus seorang kuli bangunan yang mencabuli anak balita umur 4 tahun. (Detik.com).

Degan demikian eksploitasi anak merupakan tindakan memanfaatkan anak yang di lakukan oleh orang tertentu guna untuk mendapatkan keuntungan komersial dari tindakan tersebut. sedangkan Tindakan tersebut dilatar belakangi oleh faktor kemiskinan, faktor rendahnya pendidikan orang tua, faktor kebudayaan serta faktor broken home.

Apabila hal ini dibiarkan maka anak sebagai generasi penerus tidak dapat menjadi pribadi yang mandiri serta tidak dapat pendidikan yang layak sesuai hak nya. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk melibatkan anak dalam mencari uang, keterlibatan anak dalam kegiatan ekonomi yang melewati batas akan berdampak buruk pada anak, anak akan kehilangan hak-haknya untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Kejadian-Kejadian tersebut, menurut penulis sangatlah tidak wajar, disisi lain dapat mengganggu pisikolog anak.

Baca Juga:   Studi Terhadap Prilaku Keserakahan, Seberapa Mengerikannya Manusia? (Bagian 1)

Menurut pakar pisikologi anak Univesitas Airlangga, Nur Anly Farnada memberikan pengertian dampak eksploitsi anak, yaitu sama degan menghilangkan hak-hak yang semestinya mereka miliki maka penting untuk melihat terlebih dahulu bagaimana posisi anak yang bersangkutan selain itu beliau juga menegasan eksistensi anak-anak di dunia hiburan tak akan jadi masalah apabila hal yang di lakukan bertujuan mengembangkan minat dan bakat mereka serta menumbuhkan kreatifitasnya sesuai dunianya.

Menurut WHO kekerasan terhadap anak adalah suatu tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang secara nyata atau pun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup, martabat atau perkembangannya.

Sedangkan menurut Vander Zenden, menjelaskan bahwa perilaku menyiksa dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk penyerangan secara fisik atau melukai anak. Dampak kekerasan pada anak bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara kognitif maupun emosional kekerasan anak, yang berimplikasi pada penurunan fungsi otak, kesulitan mengendalikan emosional, enggan bersosialisasi, gangguan kesehatan tubuh, gangguan mental.

Kekerasan dalam eksploiasi anak juga bisa berdampak pada moral yaitu adanya penurunan nilai raport, penguasaan pengetahuan dasar yang kurang dan lemahnya pengetahuan umum. Selain itu, anak tidak mendapatkan pendidikan non formal pendidikan kesetaraan dan lainnya, serta terabaikannya pendidikan agama dalam hal ibadah, moral dan sopan santun dalam keluarga serta pendidikan sosialisasi dalam bermasyarakat, Adapun juga dampak eksploitasi anak terhadap pisikologis seperti gangguan stres, pascatrauma, depresi, upaya bunuh diri, penyalah gunaan narkoba, dan alkohol.

 

Keterlibatan Stakeholder: Keberpihakan terhadap Anak

Segala aktivitas yang dijalankan oleh anak harus mendapatkan pengawasan dari orang tua. Misalnya, untuk lebih mengenali teman serta orang-orang sekitar anak memastikan anak bersama orang yang di kenal dan di percaya. Kemudian idak membiarkan anak bermain geged tanpa pengawasan orang tua. Selain itu, orang tua juga memberi dukungan anak untuk aktif dalam kegiatan positif. Bila perlu, orang tua memberikan atau meluangkan waktu untuk bercerita dengan anak.

Baca Juga:   Refleksi Perjuangan R.A Kartini: Emansipasi Perempuan dalam Ruang Ketenagakerjaan

Kemudian pemerintah harus memastikan setiap anak yang lahir akan terdaftar kelahirannya dalam administrasi penduduk, serta meningkatkan ketersediaan pusat rehabilitasi anak korban eksploitasi. Beberapa solusi penting yakni anak mendapatkan pembekalan Pendidikan pemahaman serta karakter, agar tidak mudah terjerumus dalam tindakan eksploitasi. Serta mempertegas aturan hukum bagi pelaku eksploitasi anak dengan penindakan hukuman yang adil untuk para pelaku eksploitasi anak hingga menimbulkan efek jera.

Sebagai individu, kita dapat mencegah eksploitasi anak dengan melaporkan jika melihat adanya dugaan ekspoitasi anak, membantu  menyediakan Pendidikan dan sumber daya yang di buthkan anak-anak,dan juga meningkatkan kesadaran Masyarakat tentang pentingnya melindungi anak.

Jika mnggunakan pendekatan yuridis atau regulasi hukum yang berlaku di Indonesia olehnya, penulis mengharapkan regulasi ketegakkan seadil-adilnya, Pasal 15 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak merupakan perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002. Pasal ini mengatur tentang kewajiban dan tanggung jawab setiap orang terhadap perlindungan anak.

Bagian (f) dari Pasal, yang berbunyi: “Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari (f.) pelibatan dalam bersenjata, memaksakan sosial, kekerasan, dan perang.” Dari pasal di atas Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari kekerasan fisik dan psikis, kejahatan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk eksploitasi termasuk eksploitasi ekonomi. Jadi, bagian (f) menegaskan hak anak untuk dilindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi, termasuk kekerasan fisik dan psikis, kejahatan seksual, kriminalan, perdagangan anak, dan eksploit.

Upaya pemerintah yang Diharapkan

Upaya pemerintah, khususnya Kementrian Pemberdayaan Prempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia dalam menangani kasus eksploitasi anak belum semestinya berjalan dengan baik. Buktinnya pertahun ini kelonjakan kasus tersebut masih massif terjadi di Indonesia. Hal itu mendapatkan komentar dari salah satu lembaga negara bersifat independen, yang juga berfokus terhadap perlindungan anak diIndonesia yaitu KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia).

Baca Juga:   Kolam Koalisi dalam Sistem Pemerintahan di Indonesia Saat ini

KPAI menilai bahwa belum ada dukungan yang ada pada pemerintah terhadap kasus-kasus Ekploitasi anak terkusus di tiap- tiap daerah-daerah. Melihat dari kasus-kasus yang telah terjadi di tahun ini, banyak terjadi di daerah-daerah yang terpencil yang jarang terjangkau dengan pemerintah atau penegak hukum, selain itu KPAI juga memberikan sedikit  masukan mengenai hal-hal yang mendesak yang mana harus dilakukan oleh pemerintan sendiri kususnya dalam menangani kejadian-kejadian seperti ini, karena  negara kita akan menghadapi bonus demografi yang sangat tinggi jangan sampai bonus demografi yang kita gadangkan menjadi mala petaka yang buruk. (dilansir dari kpai.go.id)

Olehnya dari komentar-komentar di atas pemerintah harus lebih pro-aktif dalam melakukan pemantauan terhadap kejadian-kajadian yang menyebabkan kasus Exploitasi anak, dan alangkah baiknya pemerintah juga harus menggandeng Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), agar memudahkan dalam pematuan di sekala-sekala derah kecil atau di kota-kota tertentu.

Selamat Hari Anak Nasional…!!!


Penulis: Aula Salsabila, S-1 Hukum Pidana Islam, Kader GMNI UIN Sunan Ampel Surabaya Komisariat Ahmad Yani.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

GMNI Bersama Masyarakat Mamuju Tengah Gelar Aksi di Kantor ATR/BPN, Desak Pencopotan Kepala BPN
Sabtu, 10 Mei 2025 | 21:46 WIB
May Day is Not Holiday
Senin, 5 Mei 2025 | 20:44 WIB
DPC GMNI Bandung di Bawah Irfan Ade: Kepemimpinan yang Sah dan Progresif
Senin, 5 Mei 2025 | 15:53 WIB
Pasang Surut Semangat Kartini dalam Gerakan Emansipasi Perempuan era Modern
Senin, 5 Mei 2025 | 13:08 WIB
DPC dan DPK GMNI Se-Bangka Belitung Resmi di Lantik
Minggu, 4 Mei 2025 | 07:22 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Sambut Hari Buruh di Moment PPAB, Ini Sikap GMNI Mamasa!
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Infokini

Hendak Sampaikan Aspirasi Ke Wapres, Seorang Aktifis Mahasiswa di Kendari Babak Belur Dibogem Aparat Keamanan

Marhaenist.id, Kendari - Rimon Fatrah Negara atau yang akrab dipanggil Rifat, seorang…

Kabar PA GMNI

Salah Satu Pendiri GMNI Wafat, Media Marhaenist.id Bersedih dan Merasa Kehilangan

Marhaenist.id, Kendari - Media Marhaenist.id menyampaikan duka cita yang mendalam dan kesedihannya…

Kabar GMNI

DPC GMNI Palopo Selenggarakan Pelantikan dan Dialog Demokrasi

MARHAENIST - Pengurus Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Palopo,…

Kabar GMNI

3 Pembacok Aktivis GMNI Sukabumi Dibekuk, Redaksi Marhaenist.id Minta Hukuman Seberatnya Sesuai Prilakunya

Marhaenist.id, Kendari - Jajaran Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Sukabumi Kota berhasil…

Infokini

Intoleransi Meningkat, GMNI: Masyarakat Harus Hati-hati Pilih Pemimpin di 2024

Marhaenist - Intoleransi masih menjadi persoalan yang krusial dalam hubungan kemasyarakatan di…

Opini

Pilkada 2024: Kesadaran Politik Pemilih Muda 

Marhaenist.id - Masyarakat Indonesia akan menggelar Pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada…

Ganjar Pranowo ketika berpidato pada kampanye akbar di BSCC DOME, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Polithinking

Ganjar menyampaikan Permintaan Maaf pada Rekan Capres dan Cawapres lain saat Kampanye di Balikpapan

Marhaenist.id, Balikpapan - Saat berpidato pada kampanye akbar di BSCC DOME, Balikpapan,…

Infokini

Demo UU Pilkada Memanas, Massa Aksi Jebol Gedung DPR

MARHAENIST - Demo tolak UU Pilkada di depan DPR masih terus bergejolak.…

Kabar GMNIStudy Marhaenisme

Marhaenisme Tidak Pernah Mati

Marhaenist.id - Marhaenisme merupakan sebuah ideologi yang dikembangkan oleh Bung Karno pada…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?