Marhaenist.id, Malang – Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Malang menggelar tasyakuran Dies Natalis GMNI ke-71 dengan penuh semangat perjuangan dan refleksi mendalam tentang arah gerakan di masa depan.
Kegiatan berlangsung dengan mengusung tema “Satu GMNI, Satu Perjuangan: Jalan Kembali Menuju Marhaenisme Sejati”, acara ini menjadi momentum konsolidasi ideologi, evaluasi organisasi, serta penguatan solidaritas antar-kader, senior, dan alumni GMNI Malang.
Acara ini berlangsung di Pendopo Kabupaten Malang dan dihadiri oleh kader aktif, alumni, serta tokoh-tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah GMNI Malang serta perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Malang.
Acara dibuka dengan laporan dari Ketua Panitia, Alif Firdauz, yang menyampaikan rangkaian kegiatan Dies Natalis ini bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga sebagai momentum refleksi dan konsolidasi organisasi.
“Dies Natalis ini menjadi ajang bagi kita untuk merefleksikan perjalanan GMNI serta memperkuat komitmen perjuangan. Dengan berkumpulnya kader dan alumni, kita berharap GMNI Malang semakin solid dalam mengawal kepentingan rakyat dan meneguhkan nilai-nilai perjuangan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPC GMNI Malang, Albert, dalam sambutannya menegaskan bahwa GMNI harus tetap menjadi organisasi yang konsisten dalam perjuangan dan selalu berada di barisan rakyat.
“71 tahun bukan waktu yang singkat. GMNI harus tetap menjaga marwah perjuangannya. Kita harus terus menjadi organisasi yang tidak hanya berpikir dan berbicara, tetapi juga bertindak nyata untuk membela kaum Marhaen,” ujarnya.
Albert juga menyoroti pentingnya penguatan ideologi di tubuh organisasi, serta bagaimana GMNI Malang harus mengambil peran aktif dalam berbagai isu nasional dan lokal, termasuk dalam menghadapi dinamika politik dan sosial saat ini.
Acara semakin khidmat dengan Keynote Speech dari dr. Subagjo Ketua Persatuan Alumni (PA) GMNI Malang, yang sekaligus membuka secara resmi perayaan Dies Natalis ke-71 GMNI Malang. Dalam pidatonya, beliau menegaskan bahwa GMNI harus tetap menjadi organisasi yang mampu merespons perubahan zaman tanpa kehilangan akar ideologisnya.
“GMNI bukan sekadar organisasi yang hidup di dalam kampus, tetapi harus hadir di tengah rakyat. Kita harus menjadi garda terdepan dalam mengawal demokrasi, memastikan kebijakan pemerintah berpihak pada rakyat, dan tetap setia pada ajaran Bung Karno. Kongres Persatuan yang akan datang harus benar-benar menjadi momentum persatuan yang sejati, bukan sekadar kompromi politik yang melemahkan organisasi,” ungkapnya.
Dengan penuh harapan, beliau menegaskan bahwa senior dan alumni GMNI Malang akan selalu mendukung kerja-kerja organisas, baik dalam kaderisasi, advokasi, maupun gerakan intelektual yang progresif.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan talk show yang menghadirkan dua narasumber, yaitu Drs. Akhirul Aminulloh, S.Sos., M.Si dan Donny Maulana (Ketua DPC GMNI Malang 2022-2024).
Dalam pemaparannya, Drs. Akhirul Aminulloh menyoroti berbagai problem sosial yang saat ini dihadapi masyarakat, termasuk ketimpangan ekonomi, eksploitasi sumber daya alam, serta dampak kebijakan politik yang tidak berpihak pada rakyat.
“Krisis sosial yang kita hadapi hari ini bukan sekadar akibat dari sistem yang tidak adil, tetapi juga karena lemahnya kontrol dari kelompok intelektual dan aktivis. GMNI harus kembali menjadi organisasi yang berani berbicara dan bertindak. Kita harus aktif dalam gerakan rakyat, dalam advokasi kebijakan, dan memastikan bahwa marhaenisme tetap relevan dalam perjuangan kita hari ini,” paparnya.
Sementara itu, Bung Dony Maulan menyoroti tantangan internal yang dihadapi GMNI saat ini, termasuk persoalan kaderisasi dan dinamika politik organisasi.
“GMNI harus kembali menjadi organisasi yang solid dan progresif. Kita harus memastikan bahwa kaderisasi berjalan dengan baik, bahwa kader-kader GMNI benar-benar memahami ideologi marhaenisme, dan bahwa kita tidak hanya menjadi penonton dalam perubahan sosial. GMNI harus mengambil peran aktif dalam setiap perjuangan rakyat,” tegasnya.
Diskusi ini berlangsung interaktif dengan partisipasi dari kader-kader GMNI Malang yang menyampaikan pertanyaan dan pandangan mereka tentang masa depan organisasi.
Sebagai simbol harapan dan keberlanjutan perjuangan, acara dilanjutkan dengan prosesi pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh para senior dan alumni didampingi Ketua DPC GMNI Malang. Dalam momen ini, berbagai tokoh yang hadir memberikan ucapan selamat serta harapan agar GMNI tetap menjadi organisasi yang kuat, solid, dan tetap setia pada perjuangan rakyat.
“GMNI harus tetap menjadi rumah perjuangan bagi mahasiswa yang ingin berkontribusi nyata bagi rakyat. Persatuan dan konsistensi dalam perjuangan adalah kunci agar GMNI tetap relevan dalam perubahan zaman,” ujar salah satu alumni yang turut hadir.
Sebagai penutup, DPC GMNI Malang menggelar sesi ramah tamah dan konsolidasi internal bersama seluruh ketua komisariat di bawah naungan DPC GMNI Malang. Dalam sesi ini, dibahas strategi penguatan organisasi menjelang Kongres Persatuan GMNI, termasuk peran aktif GMNI Malang dalam menentukan arah perjuangan organisasi di tingkat nasional.
Ketua DPC GMNI Malang, Bung Albert, menegaskan bahwa soliditas internal harus menjadi prioritas utama dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan.
“Kita tidak boleh lengah. GMNI harus tetap menjadi organisasi yang kritis, progresif, dan berpihak pada rakyat. Momentum Dies Natalis ini harus menjadi titik tolak bagi kita untuk kembali meneguhkan marhaenisme sejati dalam gerakan kita,” tutupnya.
Dies Natalis ke-71 GMNI bukan hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga menjadi momen refleksi dan konsolidasi perjuangan. Dengan semangat persatuan dan marhaenisme sejati, GMNI Malang berkomitmen untuk terus mengawal gerakan mahasiswa agar tetap menjadi kekuatan progresif yang memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.***
Penulis: Redaksi/Editor: Bung Wadhaar.