By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Memahami KLB GMNI Medan dan Manuvernya di Politik Dualisme GMNI Tahun 2020
SPMB 2025 di Banten: Ketika Pendidikan Jadi Kantor Pos Wakil Rakyat
Dari Sulawesi untuk DPP: ‘Persatuan adalah Kunci Menuju Kejayaan GMNI’
Membaca Ulang Demokrasi Nepotik dalam Politik Indonesia
Komandan Pacul, Marhaen Rasa ‘Korea’

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Belajar KoperasiOpini

Kooperasi sebagai Kekuatan Politik

Marhaenist Indonesia
Marhaenist Indonesia Diterbitkan : Selasa, 4 Februari 2025 | 18:05 WIB
Bagikan
Waktu Baca 7 Menit
Ilustrasi Koperasi dan Digital.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Saul D. Alinsky, mentor pengorganisir komunitas hebat ini mengatakan bahwa kekuasaan itu sumbernya ada dua : uang dan orang. Orang tak berpunya menggunakan daging dan darahnya untuk mendapatkan kekuasaanya. Sementara orang kaya menggunakan uangnya untuk mempengaruhi orang (Alinski, 1971).

Dalam perspektif perebutan kekuasaan, ada yang menarik dengan modular yang dikembangkan oleh kooperasi. Kooperasi sebagai sebuah gerakan perubahan sosial untuk melawan sistem kapitalisme dari sejak awal dideklarasikan di kota Rochdale, Inggris 1844 silam, melakukan dua hal sekaligus, mengumpulkan uang dan mobilisasi orang sekaligus.

Modus operandi kooperasi tersebut bisa jadi ancaman serius bagi sistem kapitalisme. Lebih bahaya lagi karena kooperasi menggunakan alat yang sama seperti yang dilakukan oleh kapitalisme, yaitu dengan mengembangkan perusahaan. Bedanya, perusahaan kooperasi itu dari motif, tujuanya dan cara yang berbeda.

Jika motif didirikannya korporasi kapitalis adalah untuk mengejar keuntungan bagi investornya, maka kooperasi ditujukan untuk mengejar manfaat bagi semua orang yang terlibat di perusahaan. Jika tujuan korporasi kapitalis adalah untuk akumulasi keuntungan dan kekayaan, maka perusahaan koperasi, sebagaimana menjadi tujuan utamanya adalah untuk menciptakan keadilan ekonomi.

Korporasi kapitalis, untuk merealisasikan tujuanya juga akhirnya berbeda dalam cara kerjanya, semua korporasi kapitalis membuat aturan agar semua orang mentaati model pembodohan sistem pembagian keuntungan, kepemilikan perusahaan, kontrol dengan didasarkan pada besarnya modal finansial yang disetorkan di perusahaan (capital-based association). Sementara koperasi melakukan pembagian keuntunganya secara adil dengan didasarkan pada besaran partisipasi setiap orang ( people-based association) dalam berbagai komponen, baik itu modal finansial, pastisipasi tenaga, pikiran dan juga transaksi lainya di perusahaan.

Pioner Rochdale, koperasi yang didirikan dan dikembangkan oleh konsumen ini dari sejak awal memang telah menerapkan sistem keadilan tersebut. Walaupun tujuanya bukan untuk berorientssi mengejar keuntungan, pembagian nilai lebih atau surplus yang dihasilkan dari toko yang mereka dirikan, miliki dan kendalikan bersama secara demokratis satu orang satu suara itu mereka bagi sesuai dengan besaran partisipasi belanja. Slogan mereka menjadi sangat terkenal : buy more, get more, belanja lebih banyak, mendapat bagian lebih banyak.

Baca Juga:   Menumbuhkan Nilai-nilai Pancasila di Era Digitalisasi

Perbedaan mendasar itulah yang akhirnya membuat Mohammad Hatta mengambil kesimpulan bahwa koperasi itu sebagai lawan tanding kapitalisme secara fundamental (Hatta, 1951). Bahkan Internasional Cooperative Alliance (ICA) sebagai sebuah persekutuan organisasi koperasi tingkat dunia ini telah meletakkan satu tujuanya yang sangat tegas, yaitu mengganti rezim profit.

Kooperasi, sebagai organisasi yang melakukan mobilisasi modal finansial dan orang ini memang berbeda dengan korporasi kapitalis karena di koperasi itu modal finansial ditempatkan sebagai alat bantu orang untuk mencapai kesejahteraan bersama secara berkeadilan. Modal finansial di kooperasi memang dibutuhkan, namun hanya sebagai alat bantu, dan bukan dijadikan sebagai alat penentu seperti dalam sistem korporat kapitalis. Kooperasi disebut sebagai sebuah organisasi perubahan sosial memang ingin mengubah sistem kapitalisme secara mendasar.

Kooperasi lahir pertama kali memang bukan di ruang hampa. Dideklarasikan pertama kali justru sebagai reaksi atas perangai sistem korporat kapitalis yang menindas. Dimana para pekerja korporasi kapitalis di kota Rochdale, Inggris waktu itu mereka bekerja hingga 18 jam. Gaji mereka sangat kecil, hanya 0,5 penny per minggu dengan lingkungan kerja yang sangat buruk (Thompson, 2012). Untuk alasan inilah maka kooperasi di didirikan.

Sebagai sebuah gerakan perubahan sosial memang kooperasi dalam praktiknya tidak mudah untuk mengembangkanya. Seperti Pionner Rochdale misalnya, para buruh perintisnya itu karena gaji mereka di korporasi kapitalis tempat mereka bekerja sangat kecil maka harus menunggu selama 1 tahun hanya untuk mengumpulkan modal sebesar 28 pounsterling dari 28 buruh tersebut.

Para pioner Rochdale itu juga mereka harus bersusah payah untuk mendirikan toko. Awalnya hanya 5 jenis bahan pokok yang dijual seperti oatmeal, gandum, kacang, dan lilin. Buka hanya dua jam di malam hari jam 8 – 10 malam di hari sabtu.

Baca Juga:   Megaphone Diplomacy, Upaya Penggalangan Sokongan Publik Penyelenggara Pemilu

Namun demikian, dikarenakan idenya yang jelas manfaat, dan juga karena semangat anti eksploitasi itulah maka pionner Rocdale ini berkembang dan bahkan jadi inspirasi pengembangan kooperasi jenis lain seperti kooperasi kredit (credit union) yang dikembangkan oleh Schulze-Deliz dan Frederic Wielhiem Raiffisien di Jerman, dan koperasi di segala sektor di seluruh dunia. Dari layanan kebutuhan sehari hari hingga sektor industri, perdagangan, bahkan kebutuhan seperti listrik, rumah sakit dan lain sebagainya.

Koperasi hari ini telah berkembang di 100 negara lebih, telah berhasil membangun persekutuan di tingkat internasional sejak 1895 dalam bentuk organisasi International Cooperative Alliance (ICA). Dari 300 kooperasi besar kelas dunia hasilkan putaran bisnis sebesar 36 ribu trilyun rupiah dan lain sebagainya (ICA, 2023).

Kooperasi di dunia saat ini memang masih dihadapkan pada tantangan yang sama sejak didirikan pertama. Sebabnya sama, dikarenakan sistem neo kapitalisme, neo imperialisme serta neo kolonialisme memang masih tetap dihidupi. Namun demikian, praktik praktik terbaik di lapangan dapat terus menjadi kekuatan gerakan kooperasi untuk terus tumbuh dan satu saat, secara inkremental rezim profit memang dapat diganti.

Untuk mengembangkan kooperasi ini memang tidak bisa dengan cara menunggu kebaikan hati siapapun, atau menunggu secara konsep dari para intelektuil, namun harus dikembangkan secara sederhana oleh orang orang sedehana dengan menjawab masalah dan kebutuhan keseharian. Sebabnya jelas, koperasi ini memiliki dua ciri sekaligus, secara transenden ingin perjuangkan nilai nilai keadilan, persamaan dan demokrasi tapi juga harus mampu jawab kebutuhan imannen, keseharian.

Korporasi kapitalis hari ini, adalah telah berubah menjadi sebagai organisasi politik yang riil. Mereka sangat kuat mempengaruhi ruang politik kebijakan negara, menghegemoni masyarakat yang lemah. Saya percaya, dengan disiplin ideologi yang kuat dari orang banyak dan juga kekuatan modal finansialnya akan mampu menjadi organisasi perubahan yang serius. Mimpi saya, jika anak anak muda yang gandrung akan perubahan dan mau pelajari kooperasi dan mempraktikanya di tempat tempat kerja, di lingkungan tempat tinggal maka keniscayaan itu dapat segera terwujud.

Baca Juga:   Fenomena Kotak Kosong dalam Pilkada: Analisis Hukum dan Keadilan Demokrasi

Penulis: Suroto, Direktur Cooperative Research Center (CRC) Institut Teknologi Keling Kumang, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES).

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Memahami KLB GMNI Medan dan Manuvernya di Politik Dualisme GMNI Tahun 2020
Senin, 30 Juni 2025 | 14:19 WIB
SPMB 2025 di Banten: Ketika Pendidikan Jadi Kantor Pos Wakil Rakyat
Minggu, 29 Juni 2025 | 20:48 WIB
Dari Sulawesi untuk DPP: ‘Persatuan adalah Kunci Menuju Kejayaan GMNI’
Sabtu, 28 Juni 2025 | 23:28 WIB
Membaca Ulang Demokrasi Nepotik dalam Politik Indonesia
Jumat, 27 Juni 2025 | 13:36 WIB
Komandan Pacul, Marhaen Rasa ‘Korea’
Kamis, 26 Juni 2025 | 23:06 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Bulan Bung Karno: Ini Bukan tentang Persatuan, Tapi tentang Siapa yang Punya Kepentingan!
Opini
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

.
Infokini

Galeri Nasional Bredel Pameran Tunggal Yos Suprapto Saat Pembukaan

Marhaenist.id, Jakarta - Pameran lukisan tunggal karya Yos Suprapto bertajuk “Kebangkitan: Tanah…

Kabar PA GMNI

Persatuan Alumni GMNI Konsolidasikan Kaum Nasionalis di Sumbar

Marhaenist - Ketua Umum DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA…

Kabar PA GMNI

Kabar Duka! Murdaya Widyawimarta Poo, Pengusaha Nasional Sekaligus Tokoh GMNI Meninggal Dunia

Marhaenist.id, Jakarta - Murdaya Widyawimarta Poo, salah satu konglomerat ternama di Indonesia…

Kabar GMNI

DPC GMNI Kota Binjai Apresiasi Kinerja Kapolres dalam Penanganan Arus Lalu Lintas Mudik dan Pengamanan Idul Fitri 1445 H

Marhaenist.id, Binjai - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Opini

Menumbuhkan Nilai-nilai Pancasila di Era Digitalisasi

Marhaenist.id - Untuk mendasarkan kehidupan kita pada Pancasila, tak cukup dengan sekedar…

Opini

Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Prabowo Subianto, Pertandingan Melawan Korupsi

MARHAENIST - Indonesia memulai sebuah era baru, memilih presiden secara langsung pada…

Polithinking

Ganjar Pranowo: Politik Machiavellian Gunakan Penegak Hukum Jadi Alat Untuk Menakuti

MARHAENIST - Politik Machiavellian sepertinya sedang terjadi akhir-akhir ini. Rasa takut sengaja…

Kabar PA GMNI

Gelar Konsolidasi dan Syukuran, DPC PA GMNI Salatiga Kuatkan Soliditas Alumni

Marhaenist.id, Salatiga - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa…

Opini

Implikasi Putusan MK Yang Menghapus Presidential Threshold

Marhaenist.id - Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan ketentuan Pasal 222 UU…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?