By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
GMNI Bersama Masyarakat Mamuju Tengah Gelar Aksi di Kantor ATR/BPN, Desak Pencopotan Kepala BPN
May Day is Not Holiday
DPC GMNI Bandung di Bawah Irfan Ade: Kepemimpinan yang Sah dan Progresif
Pasang Surut Semangat Kartini dalam Gerakan Emansipasi Perempuan era Modern
DPC dan DPK GMNI Se-Bangka Belitung Resmi di Lantik

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Ajaran Dasar Dalam Pendidikan Yang Terlupakan

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Kamis, 1 Mei 2025 | 21:04 WIB
Bagikan
Waktu Baca 7 Menit
Foto: Yonki, Kader GMNI Malang/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id -Setiap tanggal 2 mei kita memperingati hari pendidikan Nasional, tapi untuk apa memperingati hari pendidikan akan tetapi sistem pendidikan kita secara subtansial jauh dari kata harapan untuk mencetak generasi yang cerdas berdasarkan ajaran etika dan moral sebagai landasan kehidupan kaum intelektual. Dengan kata lain pendidikan harus mampu memanusiakan manusia.

Sekarang ini dengan adanya perkembangan teknologi informasi, sebut saja sekarang sudah ada Artificial Intelligence (AI), atau dalam kita punya bahasa bilang “kecerdasan buatan”. Maka Pintar itu tidak lagi jadi ukuran utama dalam dunia pendidikan. Semua orang bisa jadi pintar di era ini tanpa bantuan guru atau dosen, orang dengan sendirinya menjadi pintar bisa dengan bantuan teknologi. Maka kuliah tidak hanya perkara mengejar nilai cumlaude tetapi lebih penting dari pada itu, adalah menanamkan pendidikan etika dan moral ke dalam sanubarinya para siswa itu.

Sebab mungkin saja sebuah robot bisa mengalahkan manusia dalam perkara pintar ini tetapi sebuah robot tidak bisa mengalahkan manusia dalam soal rasa. Ini yang sering kali kita lupa, sehingga kalau kita lihat di era sekarang ini, banyak orang pintar yang jatuh karena tidak punya etika dan moral. Banyak juga kehancuran terjadi di mana – mana karena tidak punya etika dan moral. Mengapa perka etika dan moral ini menjadi penting ?. Mari kita lihat beberapa fenomena berikut ini.

Baru – baru ini, Metro Tv, mengabarkan kepada kita bahwa, ada seorang Profesor di salah satu Universitas ternama, melecehkan 13 Mahasiswi. Dengan motif bimbang skripsi profesor itu melecehkan Mahasiswinya yang tidak punya pilihan selain gimana caranya bisa lulus, sebab lulus sebagai sarjana itu merupakan bagian dari perjalanan hidup mahasiswa yang sangat membanggakan.

Baca Juga:   Trump, Amerika dan Jerman: Babak Baru Geopolitik

Seorang anak akan dilepaskan orang tuanya, mereka memberi kepercayaan untuk anaknya mengadu nasib, tapi akhirnya anak – anak malang itu jatuh ke tangan Profesor yang melakukan tindakan pelecehan. Nah ini menggambarkan kepada kita bahwa betapa buruknya moral kaum intelektual kita.

Berapa hari setelah kejadian memalukan itu, Detik.com mengabarkan lagi kepada kita bahwa di KPK mereka buat rilis skor SPI Pendidikan 2024 Indonesia mengalami penurunan dari 73,7 menjadi 69,50. SPI Pendidikan digelar untuk memetakan kondisi integritas pada tiga aspek dimensi, yaitu karakter integritas peserta didik, ekosistem pendidikan terkait pendidikan antikorupsi, dan risiko korupsi pada tata kelola pendidikan.

Rangkaian peristiwa yang sangat memprihatikan. Dunia pendidikan telah kehilangan ruhnya. Saya secara pribadi mau menulis kembali ajaran dasar pendidikan ala Indonesia. Maka lewat tulisan ini saya ingin kita bersama merefleksikan arti pendidikan menurut Kihajar Dewantara. Karena jangan sampai kita terjebak pada evoria memperingati hari pendidikan tapi tidak menyelam ke dalam pikirannya Kihajar Dewantara. Itu laksana ingat pakai baju tapi lupa pakai celana.

Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia yang termasyhur itu, telah dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Ia punya pandangan yang sangat mendalam mengenai etika dan moral dalam kehidupan manusia. Ia punya ajaran-ajaran dalam bidang pendidikan tidak hanya soal aspek intelektual, tetapi juga mencakup pembentukan karakter dan akhlak yang baik.

Sekarang mari kita telusuri lebih dalam pandangan Ki Hajar Dewantara ini, menurutnya pendidikan harus mencakup dua aspek penting yaitu pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai etika serta moral yang menjadi landasan dalam kehidupan sosial.

Menurut Ki Hajar Dewantara, etika dan moral punya peran yang sangat besar dalam menciptakan individu yang bermartabat dan berbudi luhur. Etika, dalam konteks ini, dipandang sebagai pedoman yang mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, sesama manusia, serta dengan lingkungan sosialnya. Sementara itu, moral adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebaikan dan keburukan, benar dan salah, yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Baca Juga:   GMNI dan Seolah-Olah Berkuasa

Ki Hajar Dewantara menekankan kepada kita bahwa pentingnya pendidikan moral untuk membentuk karakter anak didik. Ia berpendapat bahwa pendidikan bukan hanya sekadar mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk membangun akhlak yang mulia, yang akan menjadi dasar bagi perilaku seseorang di masyarakat.

Lebih lanjut beliau (Ki Hajar Dewantara) ini mengajarkan kepada kita mengenai Prinsip-prinsip Etika dan Moral itu, diantaranya: Menghormati Hak Asasi Manusia.

Begitu pentingnya penghormatan terhadap hak asasi manusia. Dalam ajaran etika dan moralnya, Kihajar Dewantara mengajarkan kepada setiap individu berhak untuk dihargai dan diperlakukan dengan adil tanpa memandang latar belakang, suku, agama, atau status sosial. Menghargai hak orang lain merupakan bagian dari nilai moral yang harus diajarkan dalam pendidikan.

Etika yang baik bukan hanya sekadar berbicara tentang apa yang benar, tetapi juga melibatkan kebijaksanaan dalam memilih tindakan yang terbaik dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Tindakan yang bijak akan selalu mempertimbangkan kebaikan bersama. Gotong Royong dan Solidaritas ini sangat erat kaitannya dengan ajaran moral Ki Hajar Dewantara.

Dalam masyarakat, setiap individu harus berperan aktif dalam menjaga hubungan sosial yang harmonis dan saling membantu antar sesama. Nilai moral ini mengajarkan bahwa hidup tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan bersama.

Menghargai Pendidikan sebagai Proses Hidup Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan bahwa pendidikan bukanlah proses yang selesai di bangku sekolah, melainkan sebuah proses yang berlangsung seumur hidup.

Ajaran etika dan moral tidak berhenti pada pengetahuan teoritis, melainkan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang baik akan membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berbudi pekerti baik.

Baca Juga:   Refleksi Perjuangan R.A Kartini: Emansipasi Perempuan dalam Ruang Ketenagakerjaan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ajaran etika dan moral Ki Hajar Dewantara memberikan dasar yang kuat bagi pembangunan karakter bangsa. Melalui pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, setiap individu dapat tumbuh menjadi manusia yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi juga berbudi pekerti luhur. Prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara seperti menghargai hak asasi manusia, bertindak bijaksana, serta menjaga gotong royong merupakan bagian integral dari ajaran moral yang harus diteruskan kepada generasi mendatang agar tercipta masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat.***


Penulis: Yongky, Mantam Ketua DPC GMNI Malang.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

GMNI Bersama Masyarakat Mamuju Tengah Gelar Aksi di Kantor ATR/BPN, Desak Pencopotan Kepala BPN
Sabtu, 10 Mei 2025 | 21:46 WIB
May Day is Not Holiday
Senin, 5 Mei 2025 | 20:44 WIB
DPC GMNI Bandung di Bawah Irfan Ade: Kepemimpinan yang Sah dan Progresif
Senin, 5 Mei 2025 | 15:53 WIB
Pasang Surut Semangat Kartini dalam Gerakan Emansipasi Perempuan era Modern
Senin, 5 Mei 2025 | 13:08 WIB
DPC dan DPK GMNI Se-Bangka Belitung Resmi di Lantik
Minggu, 4 Mei 2025 | 07:22 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Sambut Hari Buruh di Moment PPAB, Ini Sikap GMNI Mamasa!
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Opini

Toleransi Beragama: Jalan Hidup Damai Antar Umat Beragama di Indonesia

Marhaenist.id - Ketika anda menganggap pemeluk agama lain adalah sesat, memangnya mereka…

Kabar GMNI

Kenang Tewasnya Randy-Yusuf sebagai Pahlawan Demokrasi, Front GMNI dan PMII Kendari Ingin Monumennya Segera Berdiri

Marhaenist.id, Kendari - Front Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Pergerakan Mahasiswa…

Indonesiana

Bahagianya Pengungsi Banjir Demak Bisa Bukber Bareng Ganjar

Marhaenist.id, Demak - Banjir bandang yang melanda warga Demak dan sekitarnya menjadi…

Kabar GMNI

Bangun Karakter Mahasiswa Berasaskan Marhaenisme, GMNI Pekalongan Adakan PPAB

Marhaenist - Jajaran pengurus Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Pekalongan mengadakan…

Polithinking

Pulang Sekolah, Almira Ajak Ibunya ke Acara Ganjar; Mau Foto

Marhaenist.id, Jakarta – Hari Senin (5/2/2024), mungkin menjadi hari yang tak terlupakan…

Opini

Mempertimbangkan Peran Politik Dalam Gerakan Buruh untuk Mewujudkan Perubahan Sosial

Marhaenist.id - Dalam buku "Dibawah Bendera Revolusi" karya Soekarno, terdapat penggalan informasi…

Ketua DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta Selatan, Dendy Se. MARHAENIST
Infokini

GMNI Jaksel Mendesak Kapolri Listyo Sigit untuk Bebaskan 6 Aktivis yang Ditangkap di Balikpapan Tanpa Syarat

Marhaenist, Jakarta – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Jakarta Selatan (GMNI Jaksel) menuntut…

Opini

Tata Regulasi Ditengah Disrupsi Teknologi, Ayo Dukung Bitcoin Sebagai Bagian dari Cadangan Devisa

Marhaenist.id - Dalam satu dekade terakhir, perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan Blockchain…

Opini

Menimbang Urgensi Perubahan Wantimpres Menjadi DPA

Marhaenist.id - Usul DPR terhadap revisi Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2006…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?