By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Gelar Sarasehan, GMNI Surabaya: Teguhkan Persatuan Kader, Akhiri Dualisme Kepemimpinan
Resmi Dilantik, DPC GMNI Halut Komitmen Kawal Kebijakan Pemda yang Pro Rakyat
Arjuna Putra Aldino Lantik Pengurus DPC GMNI Halut Periode 2025-2027
DPD PA GMNI Kaltim Tolak Pemangkasan DBH yang Dinilai Sangat Tidak Adil
Tambang Rampok Hak Rakyat, Ketua PA GMNI Kaltim Desak Presiden Prabowo Hentikan Operasi 13 Perusahaan Raksasa

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Ajaran Dasar Dalam Pendidikan Yang Terlupakan

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Kamis, 1 Mei 2025 | 21:04 WIB
Bagikan
Waktu Baca 7 Menit
Foto: Yonki, Kader GMNI Malang/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id -Setiap tanggal 2 mei kita memperingati hari pendidikan Nasional, tapi untuk apa memperingati hari pendidikan akan tetapi sistem pendidikan kita secara subtansial jauh dari kata harapan untuk mencetak generasi yang cerdas berdasarkan ajaran etika dan moral sebagai landasan kehidupan kaum intelektual. Dengan kata lain pendidikan harus mampu memanusiakan manusia.

Sekarang ini dengan adanya perkembangan teknologi informasi, sebut saja sekarang sudah ada Artificial Intelligence (AI), atau dalam kita punya bahasa bilang “kecerdasan buatan”. Maka Pintar itu tidak lagi jadi ukuran utama dalam dunia pendidikan. Semua orang bisa jadi pintar di era ini tanpa bantuan guru atau dosen, orang dengan sendirinya menjadi pintar bisa dengan bantuan teknologi. Maka kuliah tidak hanya perkara mengejar nilai cumlaude tetapi lebih penting dari pada itu, adalah menanamkan pendidikan etika dan moral ke dalam sanubarinya para siswa itu.

Sebab mungkin saja sebuah robot bisa mengalahkan manusia dalam perkara pintar ini tetapi sebuah robot tidak bisa mengalahkan manusia dalam soal rasa. Ini yang sering kali kita lupa, sehingga kalau kita lihat di era sekarang ini, banyak orang pintar yang jatuh karena tidak punya etika dan moral. Banyak juga kehancuran terjadi di mana – mana karena tidak punya etika dan moral. Mengapa perka etika dan moral ini menjadi penting ?. Mari kita lihat beberapa fenomena berikut ini.

Baru – baru ini, Metro Tv, mengabarkan kepada kita bahwa, ada seorang Profesor di salah satu Universitas ternama, melecehkan 13 Mahasiswi. Dengan motif bimbang skripsi profesor itu melecehkan Mahasiswinya yang tidak punya pilihan selain gimana caranya bisa lulus, sebab lulus sebagai sarjana itu merupakan bagian dari perjalanan hidup mahasiswa yang sangat membanggakan.

Baca Juga:   GMNI Jakarta Menggugat: Menuju Persatuan, Melebarkan ke Internasional

Seorang anak akan dilepaskan orang tuanya, mereka memberi kepercayaan untuk anaknya mengadu nasib, tapi akhirnya anak – anak malang itu jatuh ke tangan Profesor yang melakukan tindakan pelecehan. Nah ini menggambarkan kepada kita bahwa betapa buruknya moral kaum intelektual kita.

Berapa hari setelah kejadian memalukan itu, Detik.com mengabarkan lagi kepada kita bahwa di KPK mereka buat rilis skor SPI Pendidikan 2024 Indonesia mengalami penurunan dari 73,7 menjadi 69,50. SPI Pendidikan digelar untuk memetakan kondisi integritas pada tiga aspek dimensi, yaitu karakter integritas peserta didik, ekosistem pendidikan terkait pendidikan antikorupsi, dan risiko korupsi pada tata kelola pendidikan.

Rangkaian peristiwa yang sangat memprihatikan. Dunia pendidikan telah kehilangan ruhnya. Saya secara pribadi mau menulis kembali ajaran dasar pendidikan ala Indonesia. Maka lewat tulisan ini saya ingin kita bersama merefleksikan arti pendidikan menurut Kihajar Dewantara. Karena jangan sampai kita terjebak pada evoria memperingati hari pendidikan tapi tidak menyelam ke dalam pikirannya Kihajar Dewantara. Itu laksana ingat pakai baju tapi lupa pakai celana.

Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia yang termasyhur itu, telah dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Ia punya pandangan yang sangat mendalam mengenai etika dan moral dalam kehidupan manusia. Ia punya ajaran-ajaran dalam bidang pendidikan tidak hanya soal aspek intelektual, tetapi juga mencakup pembentukan karakter dan akhlak yang baik.

Sekarang mari kita telusuri lebih dalam pandangan Ki Hajar Dewantara ini, menurutnya pendidikan harus mencakup dua aspek penting yaitu pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai etika serta moral yang menjadi landasan dalam kehidupan sosial.

Menurut Ki Hajar Dewantara, etika dan moral punya peran yang sangat besar dalam menciptakan individu yang bermartabat dan berbudi luhur. Etika, dalam konteks ini, dipandang sebagai pedoman yang mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, sesama manusia, serta dengan lingkungan sosialnya. Sementara itu, moral adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebaikan dan keburukan, benar dan salah, yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Baca Juga:   Tidak Cukup Minta Maaf: Tuntut Tindakan Nyata untuk Kematian Pengemudi Ojol

Ki Hajar Dewantara menekankan kepada kita bahwa pentingnya pendidikan moral untuk membentuk karakter anak didik. Ia berpendapat bahwa pendidikan bukan hanya sekadar mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk membangun akhlak yang mulia, yang akan menjadi dasar bagi perilaku seseorang di masyarakat.

Lebih lanjut beliau (Ki Hajar Dewantara) ini mengajarkan kepada kita mengenai Prinsip-prinsip Etika dan Moral itu, diantaranya: Menghormati Hak Asasi Manusia.

Begitu pentingnya penghormatan terhadap hak asasi manusia. Dalam ajaran etika dan moralnya, Kihajar Dewantara mengajarkan kepada setiap individu berhak untuk dihargai dan diperlakukan dengan adil tanpa memandang latar belakang, suku, agama, atau status sosial. Menghargai hak orang lain merupakan bagian dari nilai moral yang harus diajarkan dalam pendidikan.

Etika yang baik bukan hanya sekadar berbicara tentang apa yang benar, tetapi juga melibatkan kebijaksanaan dalam memilih tindakan yang terbaik dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Tindakan yang bijak akan selalu mempertimbangkan kebaikan bersama. Gotong Royong dan Solidaritas ini sangat erat kaitannya dengan ajaran moral Ki Hajar Dewantara.

Dalam masyarakat, setiap individu harus berperan aktif dalam menjaga hubungan sosial yang harmonis dan saling membantu antar sesama. Nilai moral ini mengajarkan bahwa hidup tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan bersama.

Menghargai Pendidikan sebagai Proses Hidup Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan bahwa pendidikan bukanlah proses yang selesai di bangku sekolah, melainkan sebuah proses yang berlangsung seumur hidup.

Ajaran etika dan moral tidak berhenti pada pengetahuan teoritis, melainkan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang baik akan membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berbudi pekerti baik.

Baca Juga:   Mengenang Sejarah Hari Buruh: Tantangan dan Peluang Perjuangan di Era Digital

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ajaran etika dan moral Ki Hajar Dewantara memberikan dasar yang kuat bagi pembangunan karakter bangsa. Melalui pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, setiap individu dapat tumbuh menjadi manusia yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi juga berbudi pekerti luhur. Prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara seperti menghargai hak asasi manusia, bertindak bijaksana, serta menjaga gotong royong merupakan bagian integral dari ajaran moral yang harus diteruskan kepada generasi mendatang agar tercipta masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat.***


Penulis: Yongky, Mantam Ketua DPC GMNI Malang.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Gelar Sarasehan, GMNI Surabaya: Teguhkan Persatuan Kader, Akhiri Dualisme Kepemimpinan
Senin, 13 Oktober 2025 | 21:26 WIB
Resmi Dilantik, DPC GMNI Halut Komitmen Kawal Kebijakan Pemda yang Pro Rakyat
Senin, 13 Oktober 2025 | 20:59 WIB
Arjuna Putra Aldino Lantik Pengurus DPC GMNI Halut Periode 2025-2027
Senin, 13 Oktober 2025 | 14:51 WIB
DPD PA GMNI Kaltim Tolak Pemangkasan DBH yang Dinilai Sangat Tidak Adil
Senin, 13 Oktober 2025 | 12:24 WIB
Tambang Rampok Hak Rakyat, Ketua PA GMNI Kaltim Desak Presiden Prabowo Hentikan Operasi 13 Perusahaan Raksasa
Senin, 13 Oktober 2025 | 11:36 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Study Marhaenisme

Marhaenisme: Suatu Tanya Jawab Sederhana

Marhaenist.id -Tanya jawab sederhana berikut ini penulis buat atas dasar inisiatif penulis…

Kabar GMNI

Raker DPD GMNI Jatim: Digitalisasi sebagai Upaya Penguatan Organisasi

Marhaenist.id, Surabaya - Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Jawa Timur…

Infokini

Akar Desa Indonesia Sayangkan Debat Cawapres Jadi Panggung Sindiran dan Minim Solusi Permasalahan Desa

Marhaenist.id, Jakarta - Debat kandidat calon wakil presiden yang kedua menjadi ujian kelayakan bagi…

Indonesiana

Warga Demak Korban Banjir Sukacita Ditengok Ganjar

Marhaenist.id, Demak - Duka mendalam akibat bencana banjir terlihat di wajah para…

Kabar GMNI

DPP GMNI Desak Pemerintah Batalkan Rencana Kenaikan PPN 12%

Marhaenist.id, Jakarta - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI),…

Kabar GMNI

GMNI Surabaya Mengecam Wacana Pengelolahan Tambang oleh Perguruan Tinggi: Merusak Marwah Lembaga Pendidikan

Marhaenist.id, Surabaya - Wacana pemberian izin usaha tambang untuk perguruan tinggi yang…

Insight

Sosok Perempuan Inspiratif Susi Pudjiastuti

Marhaenist.id – Susi Pudjiastuti lahir pada 15 Januari 1965 di Pangandaran, Jawa…

Opini

Sarinah: Jiwa Besar dalam Tubuh Kecil, Refleksi Perempuan Indonesia Masa Kini

Marhaenist.id - Bung Karno pernah menulis, "...Sarinah orang kecil tapi memiliki jiwa…

Indonesiana

Mahfud MD Sebut Status WTP Papua Tak Menjamin Bebas Korupsi

Marhaenist - Pemerintah Provinsi Papua kembali meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?