By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.
Opini

Studi Terhadap Prilaku Keserakahan, Seberapa Mengerikannya Manusia? (Bagian 1)

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Minggu, 3 November 2024 | 21:19 WIB
Bagikan
Waktu Baca 6 Menit
Seberapa Mengerikannya Manusia?/MARHAENIST.
Bagikan

Marhaenist.id – Akhir-akhir ini dunia sosial kita disibukkan oleh berita-berita tentang perilaku kejahatan manusia.
Mulai dari pembunuhan, penyiksaan, pembantaian, genosida dan korupsi yang tidak ada habis-habisnya. Di kalangan pemerintah keserakahan pengeksploitasian sumber daya alam menghancurkan tatanan hutan-hutan yang hijau menjadi gersang karena tambang, pemanasan global dan krisis iklim. Agama dijadikan mainan untuk memperoleh kekuasaan. Pemerkosaan, kekerasan seksual, perjudian, pencurian, penipuan dan nafsu birahi yang tidak terelakan.

Semua hal-hal yang dikaitkan dengan sifat setan,seakan seperti diambil alih oleh manusia yang mengagungkan akal. Sepertinya manusia melebihi apa yang bisa diperbuat oleh setan dan mungkin sekarang manusia seperti menjadi sumber kejahatan itu sendiri. Manusia adalah malapetaka bagi dirinya sendiri dan dari semua kejahatan dan kegilaan yang nyata di kehidupan kita. Kita jadi bertanya-tanya apakah kemanusiaan hanya tinggal kenangan dalam kitab-kitab Agama? apa penciptaan manusia memang suatu kesalahan pada asalnya atau memang semengerikan dan semenjijikan itu makhluk yang bernama manusia?

Manusia adalah kemuliaan dan sampah alam semesta demikian kesimpulan Filsuf Prancis Blaise Pascal Pada Tahun 1658 dan sampai saat ini tidak banyak yang berubah. Manusia masih terus mencintai dan terus saja saling membenci. Manusia masih mengeluarkan tangannya pada kemanusiaan dengan terus menerorkan senjatanya pada setiap kepala-kepala manusia. Kita tentu memahami, jika seseorang menyerang sebagai pembalasan atau membela diri. Namun ketika seseorang menyakiti orang yang tidak bersalah kita bertanya tanya bagaimana bisa? ketika berbicara tentang tindak kejahatan kita selalu bernaung pada aturan, etika dan moral.

Dalam aturan, paling tidak kejahatan sering diartikan sebagai perilaku pelanggaran aturan hukum. Akibatnya, seseorang dapat dijerat hukum. Dalam perspektif hukum perilaku kejahatan terkesan aktif, dalam perspektif moral perilaku seseorang dapat disebut sebagai kejahatan hanya jika memiliki dua faktor. Satu Mens Rea (adanya niatan untuk melakukan kejahatan) kedua Aktus Reus (perilaku kejahatan terlaksana tanpa paksaan dari orang lain). Dari segi pelaksanaannya kejahatan bisa dibagi menjadi kejahatan terorganisir yang memiliki sistem dan perencanaan serta keahlian dalam melakukan. Kejahatan yang tidak terorganisir, kejahatan yang dilakukan tanpa perencanaan dan dilakukan oleh orang yang belum punya keahlian khusus atau amatir.

Baca Juga:   Paradoks Demokrasi Hilangnya Makna Mensen (Rakyat) Dalam Demokrasi Indonesia

Berdasarkan data Pusiknas Polri sejak Tanggal 1 Januari s/d 17 Mei pada tahun 2024 ada 140.335 kejahatan yang terjadi di Indonesia. Jenis kejahatan yang paling banyak ada pada bentuk pencurian, untuk pembunuhan sendiri dalam data tersebut tercatat dalam 4 tahun terakhir sudah lebih dari 3000 kasus yang diungkap oleh kepolisian. Dalam kasus pembunuhan tersebut, pelaku dan korban justru saling mengenal. Pertanyaannya dari mana asal semua kejahatan ini?. Dari beberapa kasus pembunuhan yang telah disebutkan ada banyak faktor yang membuat manusia-manusia tersebut memutuskan untuk melakukan pembunuhan. Motif utamanya kebanyakan muncul karena faktor emosional seperti sakit hati dan dendam.

Dalam dunia kriminologi ada teori Rasional Choice Theory atau teori pilihan rasional yang menyebabkan beberapa faktor yang membuat seseorang mau menjadi pembunuh atau termotivasi melakukan pembunuhan. Faktor utamanya adalah materi dan perhitungan untung rugi, dalam hal ini untung rugi tidak
selalu berkaitan dengan uang tetapi bisa berkaitan dengan banyak hal. Misalnya, kebebasan rasa senang dan kepuasan.

Hal-hal seperti ini dalam Rasional Choice Theory menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk
melakukan pembunuhan. Faktor kedua adalah emosi, emosi seperti kita ketahui dan sering kita rasakan sendiri bahwa emosi kerap kali bersifat dinamis. Untuk itu, emosi secara psikologis berperan besar dalam memotivasi seseorang untuk melakukan pembunuhan.

Seseorang yang memiliki rasa dendam kondisi jiwanya sering kali tidak stabil. Mereka merasa sakit hati, kecewa, marah dan tidak mampu menerima dan memaafkan perlakuan buruk dari orang lain. Emosi inilah yang bisa menjadi pembangkit mengapa seseorang mau menjadi pembunuh. Faktor ketiga, seseorang melakukan pembunuhan karena merasa dirinya mampu. Faktor keempat adanya suatu kuasa, seseorang yang memiliki kekuasaan tertentu secara psikologis merasa mampu untuk menghilangkan segala jejak perbuatannya agar terhindar dari jerat pidana. Untuk faktor kuasa, tentu kita sering menemukannya dalam kasus-kasus yang melibatkan aparat negara.

Baca Juga:   Kolonialisme Baru: Negara Tersandera oleh Oligarkhi

Dave Grossman penulis buku “On Killing: The Psychological Cause Of Learning To Kill In War and Society” menyatakan bahwa manusia memiliki sifat dasar seperti primata lainnya. Dave yang juga merupakan mantan tentara Amerika ini menganalogikan manusia seperti kera dalam kerajaan primatanya. Dalam hal ini, Dave menyatakan bahwa mayoritas para kera tidak ingin membunuh spesiesnya sendiri kecuali muncul sesuatu hal yang mengganggu.

Jika muncul konfrontasi antar kelompok yang dianggap mengganggu maka pihak musuh dianggap inferior sekaligus marabahaya yang harus dilenyapkan. Maka untuk mendapatkan posisi sebagai Superior para kera ini melakukan pertarungan hingga tak jarang sampai menghilangkan nyawa dari lawannya.

Bersambung….>>


Penulis: Ahmad Saepul Bahri, Kader GMNI Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten.

iRadio
Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
Rabu, 26 November 2025 | 23:43 WIB
Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
Rabu, 26 November 2025 | 12:29 WIB
Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
Senin, 24 November 2025 | 11:18 WIB
Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
Minggu, 23 November 2025 | 07:46 WIB
Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan
Sabtu, 22 November 2025 | 22:03 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Masa Jabatan Legislatif Tanpa Ujung: Celah yang Mengancam Alam Demokrasi
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi

Lainnya Dari Marhaenist

GMNI Balikpapan Jadi Rumah Ideologis, Tiga Ketua DPP GMNI Siap Hadir di KTD 2025

Marhaenist.id, Balikpapan – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Perhitungan Suara Telah Usai, Ahmad Safei dan PDIP Sultra Amankan 1 Kursi DPR RI

Marhaenist.id, Kendari - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) telah mengamankan satu kursi Dewan…

DPR Bikin Emosi: Kok Bisa Orang-Orang ‘Kualitas Rendahan’ Duduk di Senayan?

Marhaenist.id - Sejak 25 Agustus 2025, rangkaian demonstrasi yang marak di berbagai…

Kesengsaraan Rakyat Indonesia Disebabkan oleh Nekolim

Marhaenist.id - Belajar dari Bung Karno di dalam menghadapi Nekolim, ia mencanangkan…

Polarisasi Otoritarianisme Gagal, Demokrasi Harus Terus di Kawal

MARHAENIST - Demokrasi di Indonesia sedang berada di ujung tanduk, konflik antara…

Aktivis 98 Kecam Tindakan Represif Aparat dan Tuntut Keadilan atas Gugurnya Kawan Ojol Pejuang Demokrasi

Marhaenist.id, Jakarta – Tragedi kembali mencoreng wajah demokrasi Indonesia. Seorang kawan Ojol,…

Kemenangan Rakyat dan Ganja di Thailand

Marhaenist - Langkah pemerintah Thailand membatalkan rencana memasukkan ganja sebagai narkoba dan…

Refleksi 17 Agustus 1945: Menuju Kemerdekaan RI, Mengenang Peristiwa Rengasdengklok

Marhaenist.id - Pada 15 Agustus 1945, sekitar pukul 19.00, pertemuan dengan berbagai…

Semaoen, Sang Pendiri Partai Komunis di Indonesia

Marhaenist.id - Dialah Semaoen pendiri Partai Komunis Indonesia atau PKI. Semaun adalah…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar Alumni GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

🎧 Online Radio

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Ikuti Kami
Merdeka!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?