Marhaenist.id – Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta sudah berjalan dengan lancar dan aman. Hasilnya pun sudah kita ketahui bersama dimana pasangan calon nomor urut 02 yaitu Hasto Wardoyo dan Wawan Hermawan yang diusung oleh PDI Perjuangan menang mengungguli dua Paslon yang lain. Meskipun untuk hasil secara resmi masih menunggu penghitungan berjenjang oleh KPU Kota.
Pecah Telur Untuk PDI Perjuangan
Sejak pasca reformasi, PDI Perjuangan Kota Yogyakarta selalu menang dalam pemilu legislatif. Pemilu 1999 memperoleh 15 kursi, 2004 memperoleh 11 kursi, 2009 memperoleh 11 kursi, 2014 memperoleh 15 kursi, 2019 memperoleh 13 kursi, 2024 memperoleh 11 kursi. Namun dalam pemilihan walikota dan wakil walikota, PDI Perjuangan gagal memenangkan calon yang diusung, baik ketika pemilihan di DPRD tahun 2001 hingga pemilihan kepala daerah secara langsung tahun 2006. Kegagalan PDI Perjuangan menempatkan kadernya yang diusung dalam pemilihan walikota dan wakil walikota sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal partai terutama kebijakan elite partai maupun faktor eksternal partai yang hanya bisa diraba-raba karena banyak versi analisa.
Dalam sejarahnya PDI Perjuangan Kota Yogyakarta memiliki kader dan konstituen yang solid dan sangat militan dalam memperjuangkan keputusan partai, meskipun di dalam kepengurusan terdapat beberapa faksi yang seringkali terjadi konflik kepentingan di antara faksi atau kelompok yang ada.
Pilkada 2024 Yang Mengejutkan
Pada gelaran pemilihan walikota dan wakil walikota Yogyakarta secara langsung tahun 2024 yang diikuti 3 pasangan calon cukup mengejutkan. Beberapa kejutan yang terjadi antara lain:
Pertama, koalisi Kim Plus tidak terjadi di Kota Yogja. Ditinjau dari partai pengusung ketiga paslon yang berlaga bisa disebut koalisi Biru dimana Pasangan 01 Heru-Pena diusung oleh Partai PAN, Nasdem, Gelora, Demokrat, Perindo. Pasangan 02 Hasto-Wawan hanya diusung oleh satu partai yakni PDI Perjuangan atau kelompok Merah, sedangkan Paslon 03 Afnan-Singgih merupakan koalisi obar-abir yang terdiri dari Partai Golkar, Gerindra, PKB, PPP, PSI, Ummat, PKS.
Kedua, tingkat partisipasi masyarakat dalam memilih sangat menurun dibandingkan Pileg dan Pilpres yang lalu. Patut disinyalir menurunnya tingkat partisipasi masyarakat datang ke TPS karena jenuh dengan waktu yang terlalu dekat dengan pileg dan pilpres atau banyak warga masyarakat yang terdaftar dalam DPT tetapi berdomisili di luar kota atau lebih memilih bekerja atau rekreasi daripada datang ke TPS karena tidak kenal dengan pasangan calon yang ada. Hal lain yang menyebabkan adalah sangat minimnya KPU Kota Yogyakarta sebagai penyelenggara dalam mensosialisasikan pilkada serentak ke warga masyarakat.
Ketiga, tidak seperti pada pemilihan-pemilihan sebelumnya kali ini hingar-bingar kampanye oleh pendukung dari ketiga paslon landai-landai saja sehingga tidak terjadi ketegangan atau konflik terbuka antar pendukung paslon seperti biasanya terjadi di Kota Yogyakarta apabila pelaksanaan kampanye terbuka.
Keempat, kasus “money politic” tidak cukup mencuat dan menjadi perhatian publik. Hal ini sangat mungkin dikarenakan keterbatasan logistik ketiga paslon yang berkompetisi.
Banteng Kota Yogyakarta Mengukir Sejarah
Kemenangan Paslon 02 Hasto – Wawan yang diusung PDI Perjuangan tanpa koalisi dengan partai lain pada Pilkada serentak 2024 merupakan sejarah yang sangat berarti bagi warga banteng dan militan PDI Perjuangan Kota Yogyakarta. Mengapa?
Sejak pemilu pasca reformasi 1998, PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri yang kemudian berganti nama menjadi PDI Perjuangan memiliki pendukung kaum nasionalis-soekarnois dan militan Banteng di Kota Yogyakarta sehingga sejak pemilu tahun 1999 hingga pemilu 2024 selalu meraih kursi terbanyak di DPRD.
Namun sejak itu pula dalam pemilu walikota dan wakil walikota, PDI Perjuangan belum pernah menang dan menempatkan kadernya sebagai walikota. Dalam sejarahnya PDI Perjuangan hanya mampu menempatkan kadernya sebagai wakil walikota periode 2010-2015 yakni Imam Priyono.
Keputusan DPP PDI Perjuangan yang memberikan rekomendasi kepada pasangan Hasto Wardoyo dan Wawan Harmawan merupakan keputusan yang “cerdas” untuk Kota Yogyakarta sebagai tanah kelahiran Megawati Soekarnoputri sebagaimana kita ketahui ari-arinya ditanam di Kota Yogyakarta. Sehingga instruksi DPP untuk memenangkan pasangan yang direkomendasi meskipun mepet dari segi waktu sangat diapresiasi barisan banteng, nasionalis dan para militan PDI Perjuangan. Kesadaran dan semangat untuk mengukir sejarah mempersembahkan kader partai sebagai AB-1-A begitu massif terinternalisasi yang memunculkan spirit gotong royong bahu-membahu bergerak memenangkan hatinya rakyat Kota Yogyakarta.
Keterbatasan logistik yang ada tidak menghalangi semangat untuk memberikan hadiah terbaik untuk Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan yang dilahirkan di kota revolusi. Maka munculah berbagai jargon di kalangan militan banteng antara lain “ngestuake dhawuhe ibu”
Kekuatan banteng dan barisan nasionalis yang tersebar baik di struktur partai maupun di luar struktur, yang tergabung dalam komunitas, militan Ganjar (Ganjaris), paguyuban, laskar, serta relawan semuanya bergerak secara organik memenangkan pasangan 02 Hasto-Wawan.
Kemenangan Hasto-Wawan dengan perolehan suara jauh melebihi perolehan suara PDI Perjuangan pada pileg yang lalu membuktikan bahwa warga masyarakat Kota Yogyakarta mempercayakan walikota Yogyakarta periode berikutnya kepada figur nasionalis yang diusung PDI Perjuangan dimana sebagai mantan Bupati Kulonprogo dan Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo merupakan sosok yang memiliki integritas baik.
Kemenangan ini bukan kemenangan Hasto-Wawan ataupun partai, tetapi keberhasilan memenangkan pemilihan walikota dan wakil walikota Yogyakarta ini adalah kemenangan warga masyarakat kota Yogyakarta dalam mewujudkan mimpi memberikan hadiah terindah untuk Ibu Megawati Soekarnoputri yang dilahirkan 23 Januari 1947 di Kota Yogyakarta.
Terima kasih Bu Mega telah mengutus kader internal partai, dan inilah yang bisa dipersembahkan oleh seluruh militan banteng kota Yogyakarta menyambut HUT PDI Perjuangan 10 Januari 2025. Pilkada kali ini sungguh istimewa seperti halnya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Merdeka !!!
Penulis: Kawier GeHa, Pengok, awal Desember 2024.