By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Resensi Ekologi Marx – John Belammy Foster
PB Jakarta Bangun Koperasi ‘Bottom Up’
Kisruh Koperasi dan MRT Bikin Iklim Usaha Buruk,  Ketua PB Jakarta Apresiasi Kebijakan Pramono Anung
Resensi Buku Karl Popper: Logika Penemuan Ilmiah
Kenapa Harus Adili Jokowi?

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Marhaenisme & Pengentasan Kemiskinan: Momentum Hari Raya Idul Fitri

Marhaenist Indonesia
Marhaenist Indonesia Diterbitkan : Senin, 29 April 2024 | 17:37 WIB
Bagikan
Waktu Baca 7 Menit
Foto: Muhammad Azzam Fawwaz, Kader GMNI UINSA Ahmad Yani. (Dokumen Istimewa)/Marhaenist.id.
Bagikan
iRadio

Marhaenist – Hari raya Idul fitri 1445H telah berlalu, menjadi momentum bagi umat Islam merayakan kemenangan, setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Terlepas dari setiap aktivitas (baik itu yang pekerja maupun pelajar), baik itu masyarakat lokal, kedaerahan, nasional, maupun Internasional turut merayakan.

Contents
Cerita Kemiskinan Bung Karno Menjelang Hari Raya Idul FitriMarhaenisme Sebuah Ide maupun Praktik Pengentasan Kemiskinan

Namun masih terdapat perbedaan secara ekstrem bagi umat muslim yang menyambutnya. Misalnya terdapat kalangan muslim yang merayakannya dengan suka cita tahu gembira begitu pun sebaliknya masih menjumpai muslim yang merenungkan nasib kemiskinan dalam meratapi hari kemenangan simbolik contoh, memamerkan baju baru, omon-omon pekerjaan yang gaji besar dan sebagainya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Indonesia mencapai jumlah 25,90 juta jiwa (7,29%) pada Maret 2023 dari total populasi penduduk Indonesia berjumlah 278 juta jiwa. Jika dibandingkan dengan data sebelumnya per September 2022 menunjukkan angka 26.36 juta jiwa (0,46 juta orang menurun, dari September 2022 ke Maret 2023).

Berdasarkan data yang di paparkan oleh BPS, pemerintah sudah menekan angka kemiskinan, namun tidak signifikan. Sependek penelusuran penulis, masih ditemukan fenomena kesenjangan sosial, serta maraknya penggunaan sumber daya alam yang di manfaatkan  secara ilegal bahkan ugal-ugalan yang dapat menyebabkan kerusakan alam. Selain itu juga maraknya korupsi secara berjamaah akibat menguatnya oligarki di tubuh pemerintahan (Kongkalikong pemerintah antara pengusaha)

Contoh pemberitaan Tempo dengan judul “Bahlil Lahadalia Soal Pencabutan Izin Tambang dan Dugaan Permintaan Uang” dalam redaksi Tempo tersebut menjelaskan dugaan ada dua ribu izin tambang yang di cabut oleh Bahlil sejak Januari 2024 melalui penghidupan pembentukan satgas sesuai keputusan presiden 2021. Dugaan tersebut bermuatan adanya pungli kepada pengusaha sebesar 5-25 milliar oleh orang yang dekat Bahlil, bahkan pengusaha juga diminta saham oleh Bahlil sendiri.

Baca Juga:   Pati Efek dan Demokrasi Kekuasaan Negara

Bahkan fenomena tersebut juga mendapatkan respon dari Jaringan Advokasi tambang. Jatam menilai bahwa ada dugaan pungli yang di lakukan oleh Menteri Bahlil terhadap para pengusaha. Sejauh yang diketahui oleh penulis dari berbagai sumber, atas kejadian tersebut, Pihak Jatam melaporkan Menteri Bahlil ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Isi laporan itu mengenai adanya gratifikasi atau pencucian uang yang dilakukan oleh orang dekat Bahlil. Jatam berharap kepada KPK untuk sesegera mungkin kasus ini di selidiki dan di ungkap secara cepat. Sebagai lembaga penegak hukum, KPK harus Independen dalam menangani perkara tersebut, agar nantinya tidak ada kerugian yang dialami negara maupun perseorangan.

Langkah-langkah tersebut yang diharapkan oleh penulis, semakin masif negara melakukan penindakan kepada koruptor secara tidak langsung juga mengurangi angka kemiskinan atau kesenjangan sosial. Mengingat bahwa negara mempunyai tanggung jawab yang besar kepada rakyatnya, serta menjamin hidup secara berkeadilan sosial dan sejahtera dalam bidang ekonomi maupun pendidikan sesuai amanat Undang-undang amandemen ke-4.

 

Cerita Kemiskinan Bung Karno Menjelang Hari Raya Idul Fitri

Di sini penulis mencoba merefleksikan kejadian kemiskinan ekstrem menjelang Hari Raya Idul Fitri yang di alami oleh bapak Proklamator kita (Ir. Soekarno). Mengutip dari bukunya Cindy Adam yang berjudul “Bung Karno Penyambung lidah Rakyat Indonesia”, dalam bukunya tersebut tepatnya pada Bab 3, menceritakan Sosok Soekarno dimasa muda yang hidup melarat di Mojokerto dengan keluarganya. Dalam kehidupan tersebut Soekarno tidak memiliki rumah pribadi, ia dan keluarganya menyewa kos yang bertempat di jalan Pahlawan No. 88. Dengan mengandalkan gaji bapaknya 25 di potong dengan harga sewa kos, ia bertahan hidup bersama keluarganya.

Seperti yang di ceritakan di buku tersebut, pada bulan Ramadhan tepatnya menjelang hari raya Idul fitri, di mana momentum tersebut adalah momentum yang sangat dinantikan oleh umat muslim di seluruh pelosok dunia setelah melaksanakan ibadah puasa selama 30 hari. Namun bagi Soekarno tidak, ia tidak pernah merayakan lebaran dengan suka gembira seperti teman-temanya atau pun tetangganya yang bisa membeli baju baru, bahkan zakat fitrah pun ia tidak sanggup untuk mengeluarkannya. Ia pada saat itu hanya berbaring di kamar seolah mati rasa sambil mendengarkan bunyi petasan yang meletup di sana kemari.

Baca Juga:   Satu Oktober: Nyawa Lenyap, Tragedi Kanjuruhan, dan Pelanggaran HAM

Mengapa  pada masa itu banyak masyarakat atau rakyat melarat sepeti yang di alami oleh Soekarno? Perlu diketahui pada zaman tersebut Indonesia masih dikuasai oleh kaum penjajah atau kolonial Belanda. Sistem pemerintahan hanya bertumbuk kepada pusat atau bisa di sebut dengan sentralisasi (pembagian wilayah daerah), yang bertujuan untuk menumpuk kekuasaan pemerintah pusat ketimbang meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Penduduk yang imperialistik pada saat itu berkibar-kibar, yang hanya memberikan keuntungan sepihak melalui eksploitasi pengurasan sumber daya alam, kawasan-kawasan perkebunan di ubah dijadikan pabrik serta mengubah buruh tani  menjadi buruh pabrik lewat kerja paksa yang hanya digaji menim.

 

Marhaenisme Sebuah Ide maupun Praktik Pengentasan Kemiskinan

Marhaenisme adalah sebuah ideologi yang di perkenalkan lewat pidatonya yang berjudul “ Marhaenisme sebagai pandangan hidup” oleh presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno pada tahun 1963. Ideologi ini dihadirkan oleh Soekarno sebagai bentuk perlawanan kepada kaum kapitalis serta memperjuangkan kaum proletariat, yang mana ada kesenjangan sosial di antara keduanya.

Berangkat dari ideologi tersebut apakah bisa Marhaenisme digunakan untuk mengentaskan kemiskinan? Jawabannya bisa.

Asas-asas perjuangan dalam Marhaenisme yang telah di gali oleh  Soekarno menghasilkan cita-cita untuk menuju kerangka keseimbangan sosial, kerangka tersebut yaitu; Sosio-Nasionalisme-Sosio-Demokrasi, yang mana (Sosio-Nasionalisme) bermakna Nasionalisme yang berakar/ berdiri atas kaki sendiri, (Sosio-Demokrasi) bermakna semangat persatuan, yang bertujuan menciptakan keadilan sosial yang berpijak kepada nilai-nilai kemanusiaan. Kutub modal akan dikalahkan oleh kutub pekerja, kutub kapitalisme dikalahkan oleh kutub proletariat, diganti dengan sintesa baru yaitu sintesanya dunia yang tiada kelas.

Olehnya pandangan Marhaenisme semua warga Indonesia memiliki hak sama untuk memperoleh manfaat dari sumber daya alam dan produksi yang ada. dalam hal ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin. Dalam konteks masa kini Marhaenisme dalam segi teori maupun praktik dapat dijadikan pedoman atau jalan bagi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan yang telah terjadi di Indonesia masa kini, guna masyarakat mendapatkan akses untuk menikmati sumber daya alam, ekonomi, pendidikan yang adil serta mendapatkan jaminan atas hidup yang anti penindasan.***

Baca Juga:   Indonesia Darurat Part 2, 100 Hari Kerja = 1000 Masalah

Penulis: Muhammad Azzam Fawwaz, Kader DPK GMNI UIN Sunan Ampel Kampus Ahmad Yani.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Resensi Ekologi Marx – John Belammy Foster
Jumat, 12 September 2025 | 00:53 WIB
PB Jakarta Bangun Koperasi ‘Bottom Up’
Senin, 8 September 2025 | 00:15 WIB
Kisruh Koperasi dan MRT Bikin Iklim Usaha Buruk,  Ketua PB Jakarta Apresiasi Kebijakan Pramono Anung
Senin, 8 September 2025 | 00:07 WIB
Resensi Buku Karl Popper: Logika Penemuan Ilmiah
Minggu, 7 September 2025 | 23:24 WIB
Kenapa Harus Adili Jokowi?
Minggu, 7 September 2025 | 21:46 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Lukisan Pakde Karwo Menolak Terbakar: Isyarat Zaman dari Api Grahadi, Ramalan Jayabaya yang Hidup
Marhaenis
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Polithinking

Dukung Ganjar, Caleg Demokrat Alumni GMNI Ini Tak Peduli Disanksi Partai

Marhaenist.id, Malang - Caleg DPRD Dapil V Jatim dari Partai Demokrat sekaligus…

Manifesto

Guntur Soekarno, Marhaenisme dan Karakter Bangsa

"Kesejahteraan tak akan terwujud bila tidak ada penguatan dan persatuan jiwa bangsa.…

Kabar GMNI

Dua Ekor Bebek Untuk Kegagalan Bobby Nasution dan Kahiyang Ayu

MARHAENIST - Massa aksi yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Kabar GMNI

Jelang Pesta Demokrasi, GMNI Ajak Masyarakat Kawal Pilkada Damai di Wakatobi

Marhaenist.id, Wanci - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Kabar GMNI

GMNI Desak KPK Panggil Bobby dan Kahiyang Ayu Klarifikasi Blok Medan

Marhaenist.id, Jakarta - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta Selatan (Jaksel) menggelar…

Polithinking

Naik Bus, Ganjar-Mahfud Hadiri Sidang Putusan Sengketa Pilpres di MK

Marhaenist.id, Jakarta - Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor…

Kabar GMNI

Bangun Karakter Mahasiswa Berasaskan Marhaenisme, GMNI Pekalongan Adakan PPAB

Marhaenist - Jajaran pengurus Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Pekalongan mengadakan…

InfokiniKabar GMNI

Tolak Penggusuran, Hentikan Intimidasi dan Kriminalisasi yang Dilakukan Polda Metro Jaya Terhadap Warga Kebon Sayur!

Marhaenist, Jakarta - Pada Selasa (27/5/2025), Polda Metro Jaya mendatangi warga Kebon…

Kabar PA GMNI

Persatuan Alumni GMNI Riau Gelar Rakerda Tahun 2023

Marhaenist - Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPD…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?