Marhaenist – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Abdy Yuhana, mengajak agar peringatan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni dijadikan momentum untuk mengingat kembali pentingnya visi dan konsep bernegara.
Menurut Abdy, peringatan ini telah diresmikan melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila. Dalam konteks sejarah bangsa, pada 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan pidatonya di sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang kemudian dikenal sebagai Lahirnya Pancasila, yang diterima secara aklamasi oleh peserta sidang. Dalam pidato tersebut, Soekarno memaparkan ide-idenya mengenai dasar negara Indonesia yang dinamai “Pancasila”.
Soekarno menyebutkan lima dasar yang harus dimiliki negara Indonesia, yang dengan Pancasila, persatuan nasional dapat terwujud dengan mempersatukan kemajemukan dalam konteks keindonesiaan.
“Bapak Bangsa kita, Soekarno, menyatakan bahwa segala sesuatu harus dipimpin oleh ide, konsepsi, menghayati dan melaksanakan ide. Soekarno merumuskan satu konsep ide dan gagasan untuk Indonesia, yaitu Pancasila,” kata Abdy di sela aktivitasnya di Bali, Sabtu 1 Juni 2024.
Abdy menjelaskan bahwa sebelum ditawarkan untuk negara, konsep Pancasila diperkenalkan oleh Bung Karno dalam lingkup kecil, mulai dari Surabaya, Bandung, Ende, hingga Bengkulu. Setelah mendapatkan apresiasi positif, Bung Karno kemudian menawarkan Pancasila kepada negara dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 yang akhirnya ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.
“Hingga kini, Pancasila menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia dan merupakan norma dasar negara yang fundamental,” kata anggota DPRD Provinsi Jawa Barat tersebut.
Selain itu, Bung Karno juga memperkenalkan Pancasila kepada dunia. Dalam Sidang Umum PBB pada 30 September 1960, Bung Karno menyampaikan pidato berjudul “Membangun Dunia Kembali” (To Build The World A New). Bung Karno menegaskan bahwa Pancasila adalah lima prinsip negara yang tidak berakar pada gagasan Manifesto Komunis atau Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, melainkan sebagai sebuah konsep yang lebih tinggi dari dua ideologi besar tersebut.
Melihat kiprah Bung Karno dalam membangun negara Indonesia dan di kancah dunia, Abdy Yuhana menekankan pentingnya bagi seorang pemimpin, politisi, atau negarawan untuk merumuskan dan memiliki ide, konsep, serta gagasan atau visi dalam bernegara.
“Saat ini, kita tampaknya kering dalam berkonsepsi dalam membangun bangsa dan negara. Dalam politik dan bernegara, yang muncul adalah pragmatisme politik sebagai akibat dari diterapkannya demokrasi liberal atau yang oleh Bung Karno disebut demokrasi 50 persen + 1,” ucapnya.
Abdy menambahkan bahwa dalam peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni ini, penting untuk mengingat kembali pentingnya konsep bagi seorang politisi atau negarawan dalam kepentingan bangsa Indonesia.
Dia berharap agar dalam bernegara atau berpolitik, jangan sampai meraih kekuasaan dengan cara-cara yang tidak mencerminkan sebagai negara demokrasi konstitusional.
Yang terpenting, imbuh dia, konsep tersebut harus menjadi panduan untuk mencegah manipulasi dalam bernegara, baik dalam demokrasi maupun sistem hukum.
“Konsepsi sangat penting dalam membangun bangsa. Jadi, jika ada pemimpin negara yang mengatakan bahwa konsepsi atau ideologi tidak penting, itu menandakan bahwa ia adalah seorang pemimpin tanpa arah. Karena pemimpin tanpa ideologi tidak punya arah. Bung Karno membangun bangsa dengan serius dan dengan konsep yang jelas,” ujar Abdy.
Diakhir, Sekjend DPP PA GMNI itu mengucapkan selamat Hari lahir Pancasila yang jatuh pada hari sabtu tanggal 1 Juni 2024.
“Selamat Hari Lahir Pancasila, mari tetap kokoh dan abadi menjaga keindonesiaan,” pungkasnya.***
Penulis: Team Media DPP PA GMNI/ Editor: Bung Wadhar.