By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Membangun Kembali Oposisi Marhaen di Era Post-Politics
Nyanyian dan Sumpah Tanpa Jiwa
Keterhilangan Eksistensial: Dari Krisis Kesadaran hingga Kolonisasi Atensi
GMNI Berduka, H Soenardi Ex Presidium GMNI 1976 – 1979 Telah Berpulang Disisi Tuhan Yang Maha Esa
Jadi Pembicara Diskusi yang Digelar PA GMNI Jakarta Raya, Soni Sumarsono: Kota Global Harus Punya Ideologi Keadilan Sosial

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Kabar GMNIOpini

Kongres GMNI XXII: Panggung Oportunis atau Forum Progresif?

Marhaenist Indonesia
Marhaenist Indonesia Diterbitkan : Senin, 14 Juli 2025 | 14:08 WIB
Bagikan
Waktu Baca 6 Menit
Ilustrasi Kader GMNI yang marah dengan menunggang kuda karena Marhaenisme dipermainkan(Desain: Redaksi)/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Kongres ke‑22 Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), diselenggarakan di Bandung pada 15–18 Juli 2025, menjadi panggung dua pilihan besar: apakah ini menjadi arena idealisme progresif bagi kader marhaenis, atau hanya semacam panggung opportunis bagi elite organisasi?

📰 Kabar Terkini: Semangat dan Kewaspadaan dari Berbagai Cabang

Berbagai DPC GMNI sedang mempersiapkan diri dengan ambisi ideologis tinggi:

DPC GMNI Banyuwangi bahkan menyiapkan dua armada ke Bandung untuk solidkan barisan dan mempertegas posisi mereka di kongres XXII.

GMNI Surabaya menyatakan kesiapan penuh, berharap kongres menjadi sarana regenerasi dan reposisi organisasi secara ideologis. DPC GMNI Surabaya juga menekankan komitmen pada AD/ART dan menolak provokasi politik praktis .

DPC GMNI Buton Raya meskipun tanpa wilayah secara administratif, mereka menegaskan bahwa mereka hadir bukan untuk ambisi pribadi, tetapi membawa “amanah sejarah”, melawan intervensi elit parpol, dan menjaga marwah marhaenisme Bung Karno.

DPD GMNI Gorontalo menyatakan dukungan penuh, menegaskan bahwa mereka membawa suara nyata rakyat—nelayan, petani, buruh—ke arena kongres. Mereka mengingatkan agar kongres tidak sekadar acara seremonial, tetapi menjadi ruang refleksi ideologis dan moral.

Sementara itu, Badan Kerja Cabang GMNI Bandung dan DPC GMNI Bandung dibawah pimpinan Irfan Ade menyatakan penolakan terhadap wacana kongres yang dipaksakan — Mereka menilai hal tersebut mencederai nilai-nilai perjuangan dan sejarah Bandung sebagai saksi Konferensi Asia-Afrika.

Dengan begitu beragamnya respons, terlihat jelas bahwa harapan besar sekaligus kewaspadaan tinggi menyelimuti penyelenggaraan kongres ini.

⚠️ Panggung Oportunis?

Terhadap konkretisasi kongres, potensi oportunisme mengintai. Sejumlah cabang menyoroti kemungkinan intervensi elit negara dan partai politik yang mencoba menjadikan kongres sebagai instrumen legitimasi atau arena kompromi politik semu. Ini sesuai kekhawatiran dari DPC GmnI Bandung yang menolak dengan tegas jika kongres berubah menjadi “alat dagang politik”.

Baca Juga:   Ajaran Dasar Dalam Pendidikan Yang Terlupakan

Kritik ini menjadi refleksi penting: bila keputusan kongres lebih dominan dipengaruhi oleh politik praktis daripada substansi perjuangan, maka kongres kehilangan fungsi sebagai laboratorium ide marhaenisme Bung Karno.

🌟 Forum Progresif? Harapan Masih Terbuka?

Meski begitu, banyak cabang yang optimis. DPD GMNI Sulawesi Barat dan DPC GmnI Seram Bagian Barat berkomitmen menjadikan kongres sebagai momentum mengusung isu rakyat: agraria, HAM, dan melawan “penjajahan gaya baru”. Ini menunjukkan bahwa di antara hiruk-pikuk politisasi, masih ada roh perjuangan yang kuat mengusung agenda rakyat.

Jika semangat ini dipertahankan, kongres dapat menjadi ruang konstruktif: bukan hanya memilih pengurus, tapi merumuskan peta strategi kerakyatan, memperkuat pemikiran kritis, dan meneruskan manifesto politik Bung Karno.

🧭 Soekarno: Spirit “Vivere Pericoloso” untuk GMNI

Marhaenisme adalah roh yang tak boleh mati dalam GMNI. Bung Karno, melalui pidato “Tahun Vivere Pericoloso” pada 17 Agustus 1964, menyerukan agar kita hidup “berbahaya” demi revolusi:

> “Kita ini satu bangsa banteng… marilah kita berani nyrempet-nyrempet bahaya… Hiduplah ber‑Vivere Pericoloso di atas jalan yang dikehendaki oleh Tuhan dan diridhai oleh Tuhan.”

Semangat ini adalah seruan idealisme murni: revolusi bukan proyek nyaman, melainkan panggilan berani melawan struktur penindasan. Jika kongres ini gagal membumikan idealisme itu—hanya ramai dibicarakan di ruang protokoler atau dipenuhi kepentingan posisi—maka kongres telah kehilangan relevansi revolusioner.

Soekarno juga berpesan:

> “Negara Indonesia dalam bahaya… Revolusi adalah satu proses… gelora samudera berjalan terus… Pasang‑naik pasang‑surut itulah yang dinamakan iramanya Revolusi.”

Baginya, kesuksesan organisasi harus diukur dari daya tahan di tengah gejolak; bukan seberapa elegan acara formalnya.

—

Semangat keutuhan GMNI ini mendapat penegasan dari tokoh-tokoh revolusioner lain:

Rosa Luxemburg, dalam Reform or Revolution, menekankan:

Baca Juga:   Strategi Golkar Menjaga Stabilitas di Tengah Pergantian Ketua Umum Menjelang Pilkada Serentak 2024

“Revolusi tanpa kesadaran kelas hanyalah parade boneka di tangan borjuasi.”

Kongres harus mendorong kesadaran akar—agar GMNI bukan “monocultural elite”.

Antonio Gramsci menyatakan:

“Krisis adalah ketika yang lama belum mati, dan yang baru belum lahir.”
GMNI tengah mengalami masa transisi ideologis. Kongres berpotensi menjadi kelahiran gerakan baru—jika tidak tertahan nostalgia atau oportunisme.

Che Guevara mengingatkan:

“Revolusi bukan sekadar mengubah sistem, tapi mengubah kesadaran kita untuk hidup dan berjuang bersama rakyat.”

Aksi kolektif, bukan sekadar wacana formal, diharapkan muncul dari kongres ini.

🛠 Aksi Konkret agar Kongres “Bermakna”

Agar kongres benar-benar menjadi forum progresif, berikut beberapa langkah:

1. Transparansi Prosedural: seluruh proses pemilihan dan debat platform harus terbuka dan diawasi, mencegah lobby rahasia atau manipulasi hasil.

2. Debat Ideologis Tajam: perlu diskusi mendalam tentang isu struktural hari ini—neokolonialisme digital, kebijakan reforma agraria, kesenjangan ekonomi, HAM, dan demokrasi media massa.

3. Agenda Praksis Realistis: hasil kongres harus disertai rencana aksi konkret—pengorganisasian petani, buruh, rakyat miskin kota dan pendidikan marhaenisme di kampus & desa, serta advokasi sosial.

4. Perlindungan terhadap Intervensi: DPC Surabaya dan Gorontalo memberi contoh menjaga kongres dari provokasi politik—ini harus menjadi sikap kolektif nasional.

5. Penyertaan Rakyat dan Ahli: undang panelis dari basis rakyat (petani, buruh, kaum miskin kota) dan akademisi kritis, agar kongres menjadi ubun-ubun permasalahan rakyat.

🏁 Penutup: Kongres sebagai Ujian Ideologi

Apakah GMNI XXII adalah panggung oportunis atau forum progresif? Waktu dan hasil kongres-lah yang akan menjawab.

Jika kongres ini menghasilkan struktur baru tanpa peta perjuangan rakyat—hanya birokrat muda yang nyaman di birokrasi—itu berarti GMNI kehilangan nyali revolusionernya. Namun jika lahir kesadaran mendalam, strategi kolektif, dan agenda menjunjung marhaenisme—maka GMNI akan membuktikan bahwa semangat Soekarno masih hidup.

Baca Juga:   Antara Disiplin TNI dan Ancaman terhadap Supremasi Sipil dalam Demokrasi Indonesia

Seperti pesan Bung Karno:

“Revolusi tidak boleh tidur.”

Kongres bukan kemenangan akhir—tetapi awal dari revolusi nyata di dalam dan luar GMNI, walaupun harapan itu setipis roti.***


Penulis: Dimas Muhammad Erlangga, Kader Marhaenis Reflektif.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Foto: Dhiva Trenadi Pramudia, Institut Marhaenisme 27/MARHAENIST.
Membangun Kembali Oposisi Marhaen di Era Post-Politics
Senin, 27 Oktober 2025 | 14:57 WIB
Nyanyian dan Sumpah Tanpa Jiwa
Senin, 27 Oktober 2025 | 14:45 WIB
Keterhilangan Eksistensial: Dari Krisis Kesadaran hingga Kolonisasi Atensi
Minggu, 26 Oktober 2025 | 23:06 WIB
GMNI Berduka, H Soenardi Ex Presidium GMNI 1976 – 1979 Telah Berpulang Disisi Tuhan Yang Maha Esa
Minggu, 26 Oktober 2025 | 14:25 WIB
Jadi Pembicara Diskusi yang Digelar PA GMNI Jakarta Raya, Soni Sumarsono: Kota Global Harus Punya Ideologi Keadilan Sosial
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 22:26 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
DPD PA GMNI Jakarta Raya Dorong Realisasi Good Governance Jakarta Berkeadilan Sosial
Kabar PA GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. FILE/PDI Perjuangan
Polithinking

Kagetnya Hasto Ketika Nasdem Sebut Anies Adalah Antitesis Jokowi

Marhaenist - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan sangat terkejut dengan pernyataan…

Belajar KoperasiOpini

Pajak untuk Keadilan

Marhaenist.id - Perdebatan soal kenaikan tarif PPN dari 11 persen menjadi 12 persen…

Foto: Ratusan Kader GMNI Jakarta Selatan. MARHAENIST
Kabar GMNI

Ratusan Kader GMNI Jaksel Gruduk DPR RI Tolak RUU TNI

Marhaenist, Jakarta - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia…

IndonesianaInsight

Aceh, Helsinki, dan Konstelasi Kekuasaan Baru: Dari Perlawanan ke Koalisi Elit

Marhaenist.id - Dua dekade setelah Perjanjian Damai Helsinki 2005, relasi antara Negara…

Opini

Kesengsaraan Rakyat Indonesia Disebabkan oleh Nekolim

Marhaenist.id - Belajar dari Bung Karno di dalam menghadapi Nekolim, ia mencanangkan…

Kabar GMNI

Gelar Sosialisasi dan Dialog Interaktif, KPU Ajak GMNI Jaksel Kawal Pilkada Jakarta

Marhaenist.id, Jaksel - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Jakarta Selatan (Jaksel) gelar…

Kabar GMNI

GMNI-PERMAHI Desak Partai Perindo Lakukan PAW Terhadap Alm Leonardus Kocu dari Anggota DPRD Mimika

Marhaenist.id, Mimika - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Perhimpunan Mahasiswa Hukum…

Historical

Akar Konflik di Palestina Berasal Dari Inggris

Marhaenist.id - Pada tahun 1917, pemerintah Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour yang terkenal.…

Sukarnoisme

Peristiwa Cikini: Upaya Pembunuhan Terhadap Presiden Soekarno

Marhaenist.id - Pada tanggal 30 November 1957 terjadi upaya pembunuhan terhadap Presiden…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?