Marhaenist.id – Dalam dinamika organisasi mahasiswa nasional yang penuh tantangan dan perubahan, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Bandung menjadi salah satu cabang yang menarik perhatian dalam beberapa waktu terakhir. Terutama pasca terpilihnya Irfan Ade sebagai Ketua DPC GMNI Kota Bandung untuk periode 2024–2026, banyak diskursus berkembang, termasuk munculnya klaim-klaim lain yang mencoba mempertanyakan legitimasi kepemimpinannya.
Namun demikian, jika dilihat secara objektif, berdasarkan fakta-fakta terbaru, dukungan basis kader, hingga rekam jejak organisasi, dapat ditegaskan bahwa DPC GMNI Bandung di bawah Irfan Ade adalah GMNI Bandung yang sah dan paling representatif dalam memperjuangkan cita-cita Marhaenisme di era kontemporer.
Kepemimpinan Irfan Ade: Tegas, Inklusif, dan Progresif
Sejak awal, Irfan Ade dikenal sebagai sosok yang tidak hanya memahami teori Marhaenisme secara mendalam, tetapi juga mampu menerjemahkannya dalam gerakan nyata yang menyentuh rakyat kecil. Di bawah kepemimpinannya, DPC GMNI Bandung aktif melakukan berbagai aksi nyata seperti advokasi terhadap buruh, mendampingi petani dalam konflik agraria, serta menyelenggarakan berbagai pendidikan politik untuk kaum muda.
Pendekatan Irfan tidak hanya berhenti pada retorika, tetapi menyentuh pada perubahan konkret di lapangan. Ia juga membangun sistem komunikasi internal yang efektif, di mana kader-kader GMNI di berbagai komisariat didorong untuk aktif berpendapat, menyumbangkan gagasan, dan terlibat dalam program-program organisasi. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Irfan Ade adalah kepemimpinan kolegial, bukan otoriter, sesuatu yang sangat penting bagi organisasi berbasis kader seperti GMNI.
Dalam konteks ideologis, Irfan Ade konsisten menanamkan nilai-nilai anti-kolonialisme, nasionalisme progresif, serta memperjuangkan transformasi sosial-ekonomi berdasarkan prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Fakta Dukungan Kuat dari Basis Kader
Salah satu bukti paling konkret atas legitimasi kepemimpinan Irfan Ade adalah dukungan resmi dari GMNI Universitas Terbuka Bandung, yang dalam pernyataan politiknya secara terbuka mendukung DPC GMNI Bandung di bawah Irfan Ade. Mereka menilai bahwa di bawah Irfan, DPC Bandung mampu menjadi motor penggerak kritik sosial dan kontrol terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Dukungan ini bukan hanya sekadar formalitas. GMNI Universitas Terbuka Bandung merupakan salah satu komisariat penting dengan jumlah anggota aktif yang signifikan. Dukungan mereka membuktikan bahwa Irfan Ade bukan hanya diakui secara simbolis, tetapi juga secara organisatoris dan ideologis.
Klaim Kepemimpinan Lain: Melihat Konteks
Dalam perkembangan terakhir, memang ada beberapa konferensi cabang (Konfercab) yang menghasilkan klaim kepemimpinan lain. Tercatat, pada 29 September 2024, sebuah Konfercab yang dihadiri oleh Ketua Umum DPP GMNI, Imanuel Cahyadi, memilih Muhammad Irvan Fadillah Ramadhan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai Ketua DPC GMNI Bandung periode 2024–2026 secara aklamasi. (Sumber: bandungraya.inews.id)
Tak hanya itu, pada 28–30 September 2024, Konfercab lain yang difasilitasi Badan Kerja Cabang (Bakercab) GMNI Bandung juga melahirkan sosok Halim Mulia sebagai Ketua DPC GMNI Bandung. (Sumber: gmni.info)
Fenomena ini tentu membuat sebagian publik bertanya-tanya: siapa sebenarnya yang sah?
Namun jika ditelaah lebih dalam, kita perlu menilai legitimasi bukan hanya berdasarkan formalitas acara semata, tetapi juga melihat siapa yang mendapat dukungan luas dari kader akar rumput, siapa yang memiliki program kerja nyata, serta siapa yang menjaga garis ideologi Marhaenisme dengan konsisten. Dalam kriteria-kriteria tersebut, kepemimpinan Irfan Ade lebih menonjol dan substansial.
Argumentasi Kuat: Kenapa Irfan Ade yang Sah?
Pertama, basis dukungan organisasi terhadap Irfan Ade bukan basa-basi. Banyak komisariat besar mendukungnya secara aktif, bukan hanya dalam deklarasi, tetapi juga dalam pelaksanaan program kerja.
Kedua, dalam konteks ideologis, Irfan Ade secara konsisten menggelorakan semangat anti-imperialisme, keberpihakan pada kaum marhaen, serta perlawanan terhadap kapitalisme dan neoliberalisme. Ini sejalan dengan nilai dasar GMNI.
Ketiga, rekam jejak organisasi selama dipimpin Irfan Ade menunjukkan adanya konsolidasi kader, peningkatan kualitas pendidikan politik, hingga penguatan solidaritas antar organisasi pergerakan mahasiswa lainnya.
Bandingkan dengan klaim-klaim kepemimpinan lain yang hingga kini masih sebatas deklarasi dan belum menunjukkan program konkret yang menyentuh rakyat.
Urgensi Menjaga Keutuhan Organisasi
Dalam menghadapi dinamika ini, sangat penting bagi seluruh kader GMNI di Kota Bandung untuk tidak terjebak dalam dualisme yang memecah belah organisasi. GMNI lahir bukan untuk memperjuangkan kepentingan individu atau kelompok kecil, melainkan untuk membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penindasan struktural.
Kepemimpinan Irfan Ade sejatinya menawarkan jalan keluar dari kemelut tersebut. Melalui gaya kepemimpinan yang kolektif-kolegial, berbasis ideologi, dan fokus pada kerja nyata, Irfan Ade memberikan contoh bahwa GMNI harus tetap bersatu di bawah kepemimpinan yang sah.
Penutup: Dukungan untuk Perjuangan Marhaenis
Maka dari itu, sudah sepatutnya seluruh kader GMNI, khususnya di Kota Bandung, bersatu mendukung Irfan Ade sebagai Ketua DPC GMNI Bandung yang sah. Bukan hanya karena legitimasi formal, tetapi lebih karena substansi perjuangan yang ia bawa: keberpihakan kepada rakyat marhaen, penguatan basis kader, serta pelaksanaan program-program nyata yang revolusioner.
Ke depan, tantangan GMNI akan semakin berat. Dinamika sosial, politik, dan ekonomi Indonesia menuntut gerakan mahasiswa yang cerdas, kritis, namun tetap berpijak pada prinsip-prinsip nasionalisme, kerakyatan, dan keadilan sosial. Dalam konteks itu, Irfan Ade dan kepemimpinannya adalah pilihan terbaik untuk memimpin DPC GMNI Bandung ke arah yang lebih maju, bersatu, dan berdaulat.
DPC GMNI Bandung di bawah Irfan Ade adalah GMNI Bandung yang sah, dan patut didukung penuh.***
Penulis: Dimas Muhammad Arlangga.