Marhaenist.id – Sabtu (9/11/2024) lalu terjadi aksi simbolis mandi susu di Tugu Susu Tumpah, Boyolali, Jawa Tengah. Hal ini terjadi lantaran banyaknya susu dari peternakan di Kabupaten Boyolali tidak terserap oleh pelaku Industri Pengolahan Susu (IPS) karena mereka lebih memilih mengambil susu produk impor dan membuat susu lokal banyak terbuang karena basi.
Terkait peristiwa tersebut banyak sekali komentar negatif yang diterima para peternak sapi perah Boyolali bukan malah mendapatkan dukungan, mulai dari pernyataan aksi tersebut mubazir dan menyarankan peternakan membagikannya. Selain itu juga ada yang menyampaikan aksi itu tidak mencerminkan selayaknya orang beragama. Dengan adanya pembatasan penyerapan susu lokal, susu lokal yang diproduksi sebesar 200 ton perhari sebagian dibagikan ke masyarakat secara gratis akan tetapi hal ini memicu keresahan peternak karena mereka kehilangan potensi pendapatan yang signifikan.
Bagaimana dengan program susu gratis Prabowo Gibran? Bukannya ini mejadi angin segar bagi para peternak sapi perah? namun kenyataannya menurut data dari badan pusat statistik Indonesia saat ini gencar melakukan impor susu. Data susu impor dengan rentang waktu Januari-Oktober 2024 volume impor susu tercatat mencapai 257.300 ton. Angka ini meningkat 7,07 persen dibanding tahun 2023 yang mencapai 240.300 ton.
Menyikapi Peristiwa tersebut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah mereka menyampaikan bahwasannya perihal susu sapi yang tidak terserap dari peternakan lokal karena ada peningkatan syarat kualitas susu sehingga terjadi penumpukan setoran susu lokal di Industri Pengolahan Susu (IPS). Respon cepat dilakukan oleh Andi Amran Sulaiman selaku Menteri Pertanian RI dan menekankan secara tegas bagi Industri Pengolahan Susu (IPS) wajib menyerap susu lokal dari peternakan sapi perah di Indonesia kecuali susu yang memang rusak.
Seharusnya terdapat beberapa langkah yang bisa kita lakukan sebagai cerminan Mahasiswa Kedokteran Hewan untuk mengatasi persoalan tersebut dengan cara:
Mendukung penuh dan menghargai para peternak sapi perah Boyolali yang terus bekerja dalam situasi tidak menguntungkan. Pengorbanan dalam menyediakan pasokan susu segar yang melimpah harus mendapat perhatian yang lebih serius dari semua pihak, terutama Industri Pengolahan Susu (IPS).
Sebagai Mahasiswa Kedokteran Hewan yang peduli terhadap kesejahteraan hewan dan keberlanjutan industri peternakan, seluruh stekholder yang terlibat harus mewajibkan Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk melakukan penyerapan susu lokal yang masih layak dengan maksimal, kebijakan ini harus diimplementasikan secara tegas agar peternak sapi perah tidak lagi dirugikan dan produksi susu lokal tetap berjalan dengan baik. Kemudian mendukung program peningkatan kualitas susu lokal dengan menyediakan pelatihan dan teknologi yang tepat kepada peternak, agar susu yang dihasilkan memenuhi standar industri, namun tetap memperhatikan kesejahteraan hewan.
Menolak secara tegas ketergantungan pada susu impor, berdasarkan data dari badan pusat statistik mengenai peningkatan angka susu impor, saya menilai bahwa kebijakan tersebut berdampak buruk terhadap keberlanjutan industri peternakan sapi perah lokal.
Dalam pandangan Kedokteran Hewan hal yang harus diperhatikan juga mengenaipentingnya pengelolaan kesehatan hewan yang baik dalam meningkatkan produksi susu yang berkualitas, mendukung kebijakan yang mengedepankan pengawasan kesehatan ternak secara ketat, mendorong pengembangan riset di bidang kedokteran hewan untuk menemukan solusi yang lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan ternak yang dapat mengurangi produktivitas susu.
Harapan kedepan terhadap pemerintah terkait beberapa langkah yang telah disampaikan tadi dapat diimplementasikan dan tentunya dijalankan secara konsisten di seluruh Indonesia, termasuk di Boyolali.
Penulis: Dexa Ramadhani, Ketua Komisariat GmnI FKH UWKS Surabaya dan Sekjen PB IMAKAHI 2023-2024.