By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
GMNI Bersama Masyarakat Mamuju Tengah Gelar Aksi di Kantor ATR/BPN, Desak Pencopotan Kepala BPN
May Day is Not Holiday
DPC GMNI Bandung di Bawah Irfan Ade: Kepemimpinan yang Sah dan Progresif
Pasang Surut Semangat Kartini dalam Gerakan Emansipasi Perempuan era Modern
DPC dan DPK GMNI Se-Bangka Belitung Resmi di Lantik

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Internasionale

Kesederhanaan Mark Rutte, Jose Mujica, Boris Johnson Hingga Tony Blair Jarang Ada di Indonesia

Indo Marhaenist
Indo Marhaenist Diterbitkan : Minggu, 7 Juli 2024 | 06:21 WIB
Bagikan
Waktu Baca 15 Menit
Perdana Menteri Belanda yang kini menjadi Sekjen NATO, Mark Rutte pada saat berangkat kantor sering hanya menggunakan sepeda dan tanpa pengawalan protokoler kenegaraan yang resmi dan ketat. (AP Photo)
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Mark Rutte tetap sederhana dan membumi meskipun jadi pejabat tinggi negara, setelah mengabdi sebagai Perdana Menteri Belanda selama 14 tahun, Rutte meninggalkan kantornya hanya dengan bersepeda. Tidak ada acara serah terima jabatan yang meriah, tidak ada pesta. Ia pun pulang ke rumah dengan tanpa pengawalan atau rombongan yang mengantarnya.

Contents
Kederhanaan Membuat Rakyat MencintainyaMenolak Untuk DiistimewakanRendah Hati Sebagai Kunci Sukses

Setelah serah terima jabatan dengan penggantinya, yakni mantan kepala intelijen Belanda, Dick Schoof (67), Rutte bersalaman, berpamitan, membuka kunci sepedanya, lalu melambaikan tangan sambil mengayuh sepeda kesayangannya. Sepeda jenis touring bernama Koga ini yang selalu menemaninya pergi pulang ke kantor.

Dari unggahan foto dan video di media sosial X, Rabu (03/07/2024), memang tampak puluhan orang menunggu Rutte ke luar gerbang kantor pusat pemerintahan di kota Den Haag, Belanda, untuk mengantarnya pergi. Sambil naik sepeda keluar gerbang kantor Perdana Menteri Belanda Binnenhof, Rutte menyambut sapaan warga itu dengan membalas melambaikan tangan pada mereka.

Puluhan wartawan heboh berlari mengikuti kepergian Rutte. Harian NRC Handelsblad, Kamis (20/06/2024), menyebutkan, Rutte tidak mau menyampaikan pidato dan tidak mau juga diberi kado apa-apa.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte memarkir sepedanya saat tiba untuk memberikan suara untuk pemilihan provinsi di Den Haag, Belanda, Rabu (15/03/2023). AP/MIKE CORDER

Ketika diwawancarai oleh NOS Jeugdjournaal, lembaga penyiaran remaja di Belanda, soal penilaian kinerjanya, Rutte menilai kinerjanya biasa-biasa saja. ”Mungkin nilainya 6 atau 6,5. Jadi, nilainya memuaskan, tetapi tidak terlalu bagus,” kata Rutte.

Dia mencontohkan ekstraksi gas yang memicu gempa bumi di Groningen, skandal tunjangan penitipan anak yang membuat penerimanya dituduh melakukan penipuan, dan krisis perumahan yang memburuk di Belanda. Ada juga masalah kebijakan migrasi yang membuat pemerintahan koalisinya runtuh pada Juli 2023.

Terlepas dari kekurangannya, Rutte yang dijuluki ”Teflon Mark” karena selalu luput dari masalah itu mengaku sudah siap memimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). ”Saya sudah membuktikan saya mampu menyatukan masyarakat dan memastikan mereka tidak bertengkar sepanjang hari. Untuk pekerjaan seperti di NATO, Anda juga tidak bisa punya ego yang besar,” ujarnya.

Melansir dari Middle East Monitor, Sabtu, 6 Juli 2024, Schoof tidak bersekutu dengan partai mana pun dan tidak ikut serta dalam pemilu November. Rutte menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan baru setelah menjabat selama 14 tahun.

Arsip-Dalam arsip foto 29 Maret 2012 ini tampak Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sedang naik sepeda di Catshuis, kediaman PM di Den Haag, Belanda. AFP/ANP/EVERT-JAN DANIELS

Setelah lengser, Rutte menjadi Sekretaris Jenderal baru NATO, aliansi politik dan militer negara-negara Eropa dan Amerika Utara yang anggotanya berkomitmen untuk saling melindungi dari ancaman apa pun.

Pekan lalu, Rutte menyampaikan pidato terakhirnya dengan mendesak Belanda untuk mendukung Ukraina.

“Sangat penting bagi negara kita untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO. Bersama-sama kita lebih kuat daripada sendirian. Apalagi sekarang,” kata politisi 57 tahun tersebut.

Rutte menekankan perlunya melanjutkan dukungan terhadap Ukraina. “Demi perdamaian di sana dan keamanan di sini,” ucapnya. Pemerintahan baru Belanda telah berjanji untuk mempertahankan bantuan untuk Ukraina.

Namun, tokoh sayap kanan Geert Wilders, yang partainya meraih perolehan kursi terbesar pada pemilu tahun lalu, memperlihatkan pandangan pro-Rusia dan para pendukung Kremlin bersorak atas kemenangannya dalam pemilu.

Baca Juga:   Rakyat Venezuela dan Revolusi Bolivarian

Banyak orang di Belanda yang suka dengan gaya Rutte yang rendah hati dan membumi. Kebiasaannya yang membumi sering dipuji netizen. Hampir setiap hari dia naik sepeda ke tempat kerja atau menemui Raja dan para pemimpin asing. Kadang hanya mengenakan celana jins dan kemeja kasual sambil makan apel.

Dia masih tinggal di apartemen yang sederhana dan menyetir sendiri mobil Saab station wagon berwarna abu-abu. Dia juga sering jadi viral di media sosial karena datang ke kafe sendirian tanpa staf atau pengawal untuk minum kopi dan pai apel. Dia juga sering diajak berswafoto dengan siapa pun yang berpapasan dengannya saat sedang jalan-jalan sendirian atau berbelanja sendiri di supermarket.

Ada video yang pernah viral yang menunjukkan Rutte menumpahkan secangkir kopi di gedung pemerintah lalu bersikeras mengepelnya sendiri. Sementara para staf kebersihan bertepuk tangan di dekatnya. Rutte yang juga menjadi sukarelawan guru sekali seminggu itu, menurut tukang cukurnya, Marco Rimmelzwaan, adalah ”orang yang tidak menyukai perubahan dan selalu menginginkan hal yang sama”.

Perdana Menteri sementara Belanda Mark Rutte meninggalkan Istana Huis ten Bosch di Den Haag, Belanda, setelah menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Raja Willem-Alexander, Sabtu (8/7/2023). AFP/ANP/ROBIN UTRECHT

Kederhanaan Membuat Rakyat Mencintainya

Satu pelajaran yang bisa dipetik dari Rutte adalah kerendahan hatinya. Dengan tindakan-tindakan sederhana, Rutte menjadi pemimpin yang dicintai rakyatnya. Selain Rutte, banyak juga politikus atau pemimpin negara yang kebiasaan dan gaya hidupnya biasa-biasa saja seperti warga biasa lainnya.

Ada mantan PM Inggris David Cameron, Boris Johnson, dan Tony Blair yang sering naik kereta. Ada juga PM Australia Anthony Albanese yang suka naik kereta tidak hanya di Australia, tetapi juga ketika kunjungan ke luar negeri. Seperti saat berkunjung ke India pada Maret 2023. ”Kunjungan ke India adalah perjalanan tak terlupakan. Kalau Anda mau memahami India, lebih baik naik kereta dan bus saja,” kata Albanese.

José Mujica (88), mantan gerilyawan Uruguay yang kemudian menjadi presiden pada 2010-2015, terkenal sebagai ”presiden termiskin di dunia”. Ikon sayap kiri di Amerika Latin itu tidak mau tinggal di Istana Presiden yang mewah dan lebih memilih tinggal di rumah sederhananya di daerah pertanian miskin di pinggiran Montevideo dan menyumbangkan 90 persen gajinya untuk amal. ”Saya hidup sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Kalau kami punya teman, kami tidak miskin,” ujarnya.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson (kanan) dan Wali Kota London Sadiq Khan di kereta Elizabeth Line untuk menandai selesainya proyek Crossrail London, Selasa (17/5/2024). . (Andrew Matthews/Pool via AP)

Di rumah sederhana Mujica, tulis BBC pada 15 November 2012, terlihat banyak baju di tali jemuran. Pekarangan rumahnya ditumbuhi ilalang. Hanya ada dua polisi dan anjing peliharaan berkaki tiga Manuela yang berjaga di luar. Mujica dan istrinya sendiri yang menanam bunga di halaman.

Setiap bulan, Mujica menyumbangkan uang untuk rakyat miskin dan pengusaha kecil sebesar Rp 196 juta yang diambil dari uang gajinya. Dia hanya menikmati gaji sekitar Rp 12,6 juta per bulan, sama dengan pendapatan rata-rata warga Uruguay. ”Saya sudah menjalani hidup seperti ini hampir sepanjang hidup saya. Saya bisa hidup dengan baik dengan apa yang saya miliki,” ujarnya.

Baca Juga:   Masoud Pezeshkian Seorang Reformis Iran Jadi Pengganti Ebrahim Raisi

Pada tahun 2010, kekayaan pribadi tahunannya hanya Rp 29,4 juta dan ini setara dengan nilai mobil Volkswagen Beetle tahun 1987 miliknya. Pada tahun 2012, dia menambah separuh aset istrinya dengan tanah, traktor, dan rumah hingga mencapai Rp 3,5 miliar. Jumlah itu hanya sepertiga dari pendahulunya, Tabare Vasquez.

”Saya disebut presiden termiskin, tetapi saya tidak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang bekerja hanya untuk mempertahankan gaya hidup yang mahal dan selalu menginginkan lebih banyak,” ujarnya.

Bagi Mujica, ini masalah kebebasan. Jika tidak punya banyak harta benda, berarti tidak perlu bekerja sepanjang hidup seperti budak untuk mempertahankannya. Dengan begitu, orang akan memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri. ”Saya mungkin akan terlihat seperti orang tua yang eksentrik. Tetapi, ini saya dan ini soal pilihan bebas,” ujarnya.

Arsip-Dalam arsip foto 26 Oktober 2014 ini, mantan Presiden Uruguay Jose Mujica tiba untuk memberikan suaranya di Montevideo, Uruguay. Mujica mengundurkan diri pada Selasa, 14 Agustus 2018, dari kursi senator yang ia menangi pada pemilu 2014 dan berhak menjabat hingga Maret 2020. AP/NATACHA PISARENKO

Menolak Untuk Diistimewakan

Di Swedia, para pejabat malah dilarang bergaya hidup mewah. Wartawan Brasil yang bertugas di Swedia, Claudia Wallin, dalam bukunya, Sweden: The Untold Story (2018), menceritakan para menteri dan anggota parlemen bepergian dengan bus dan kereta, sama seperti warga yang mereka wakili.

Tidak ada mobil dinas atau sopir pribadi. Tidak ada kemewahan atau hak istimewa bagi wakil rakyat. Mereka juga tak punya hak atas kekebalan parlemen sehingga dapat diadili di pengadilan. Tanpa sekretaris pribadi, kantor mereka juga minimalis dan hanya berukuran 8 meter persegi. Prinsipnya sederhana saja, rakyatlah yang menggaji mereka.

Politikus yang berani menghabiskan uang rakyat untuk, misalnya, naik taksi alih-alih naik kereta, segera akan menjadi berita utama di berbagai media. Hanya PM yang berhak naik mobil. Anggota parlemen juga tinggal di apartemen kecil dan mencuci serta menyetrika pakaian mereka sendiri di binatu umum. Gaji mereka sekitar dua kali lipat gaji guru sekolah dasar.

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan istrinya, Akshata Murty, berjalan ke tempat pemungutan suara untuk memberikan suara di dekat Richmond, North Yorkshire, Inggris, Kamis (4/7/2024). . (AP Photo/Scott Heppell)

Pengalaman Swedia meruntuhkan konsep politisi harus diberikan perlakuan istimewa dan hormat bagaikan datang dari kasta yang lebih tinggi. Swedia memperlakukan pejabat pemerintah dan perwakilan politiknya sebagai warga negara biasa saja.

Ada nilai-nilai di Swedia yang menegaskan tidak ada seorang pun yang berada di atas orang lain. Tidak juga para politikus. Ada wali kota Stockholm sedang antre di halte bus kota itu biasa. Ada ketua parlemen yang naik kereta itu juga tak mengherankan.

Ada menteri dan perdana menteri yang mendorong troli belanja sendiri di supermarket. Hal itu sudah jadi pemandangan biasa. Rakyat memilih politikus yang harus memahami realitas sehari-hari dan penderitaan rakyatnya. Politikus tidak boleh mendahulukan kepentingan pribadinya di atas kepentingan rakyat.

Wallin juga menulis korupsi menjadi fenomena langka karena pengeluaran menteri, anggota parlemen, dan hakim dapat ditelusuri. Salah satu skandal politik yang paling simbolik yang pernah terjadi hanya pada 1990-an. Wakil PM Mona Sahlin membeli sebatang cokfelat, popok, dan beberapa barang kebutuhan pribadi lainnya dengan memakai kartu kredit pemerintah. Akibatnya, dia dicopot dari posisinya. Skandal ini dikenal dalam sejarah politik Swedia sebagai ”Kasus Toblerone”.

Baca Juga:   Kamala Harris Kini Resmi Jadi Kandidat Capres AS Dari Demokrat

Rakyat Inggris juga tidak suka dengan pemimpin yang terlihat bermewah-mewah. Hal ini meski untuk alasan mempermudah pekerjaan sekalipun. Firma konsultan Redfield and Wilton Stategies pernah melakukan jajak pendapat pada September 2023. Hasilnya, publik Inggris (49 persen) tidak setuju PM Rishi Sunak yang bepergian dengan naik helikopter atau pesawat pribadi.

Dia sebaiknya memakai transportasi umum (54 persen) meski butuh waktu lebih lama untuk sampai ke tujuan. Sunak dirundung media ketika bepergian ke Norwich naik helikopter, padahal jaraknya hanya 3 kilometer. Harian Mirror menyebut Sunak paling sering memakai pesawat jet dan helikopter dibandingkan PM-PM lainnya. Rata-rata satu kali dalam delapan hari.

”Publik kurang simpati pada kebiasaan Sunak naik helikopter mungkin karena kinerjanya juga tak bagus. Kalau kinerjanya bagus dan ada buktinya, mungkin publik juga tidak akan keberatan,” kata Direktur Riset Redfield dan Wilton Philip van Scheltinga.

Mark Rutte meninggalkan kantor Perdana Menteri Belanda di Den Haag dengan menggunakan sepeda, setelah dirinya dinyatakan terpilih sebagai Sekretaris Jenderal NATO. (AP Photo/Phil Nijhuis)

Rendah Hati Sebagai Kunci Sukses

Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang rendah hati. Begitu kesimpulan hasil studi dosen perilaku organisasi di University of Sussex Business School di University of Sussex, Elsa T Chan; Guru Besar Kepemimpinan Organisasi di Universitas Colorado Boulder David Hekham; dan Maw Der Foo dari Nanyang Business School di Nanyang Technological University di Singapura yang diterbitkan di jurnal Human Resource Management, Januari 2024.

Hasil studi mereka atas sampel 610 pemimpin di 18 industri dan 21 posisi menunjukkan pemimpin rendah hati mengakui keterbatasan dan kesalahan mereka, menunjukkan penghargaan atas kontribusi orang lain, dan terbuka pada ide dan masukan.

Pemimpin yang rendah hati berfokus pada pembelajaran dan pertumbuhan orang lain. Mereka mendampingi atau melakukan mentoring pada orang lain dengan cara lebih informal. Mereka memberi bimbingan karier dan membantu orang lain untuk berhasil. Pemimpin yang seperti ini otomatis dicintai orang lain.

Pemimpin rendah hati lebih unggul ketimbang pemimpin yang sombong, susah atau tak mau mengakui kesalahan. Kerendahan hati akan membuka jalan menuju kesuksesan yang lebih stabil, tetapi tidak menonjol dan bekerja di balik layar. Mereka yang jauh dari sorotan ini yang justru lebih berhasil.

”Mereka membangun modal sosial, membangun jaringan orang-orang yang pada akhirnya menjadi sekumpulan orang yang berbakat, termotivasi, dan dapat dipercaya. Kerendahan hati dalam kepemimpinan bermanfaat bagi tim, individu, dan seluruh organisasi. Orang jadi merasa lebih bebas secara psikologis, orisinal, puas kerja, dan kinerja serta motivasi timnya naik. Kerendahan hati ini juga mudah menular,” kata Hekham.

Pemimpin yang sombong dan narsistik bisa juga menjadi pemimpin yang hebat. Tetapi menurut banyak penelitian, biasanya mereka tidak akan bertahan lama. Pemimpin yang rendah hati akan jauh lebih langgeng memimpin karena lebih efektif dalam bekerja. *Disarikan dari berbagai sumber.*

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

GMNI Bersama Masyarakat Mamuju Tengah Gelar Aksi di Kantor ATR/BPN, Desak Pencopotan Kepala BPN
Sabtu, 10 Mei 2025 | 21:46 WIB
May Day is Not Holiday
Senin, 5 Mei 2025 | 20:44 WIB
DPC GMNI Bandung di Bawah Irfan Ade: Kepemimpinan yang Sah dan Progresif
Senin, 5 Mei 2025 | 15:53 WIB
Pasang Surut Semangat Kartini dalam Gerakan Emansipasi Perempuan era Modern
Senin, 5 Mei 2025 | 13:08 WIB
DPC dan DPK GMNI Se-Bangka Belitung Resmi di Lantik
Minggu, 4 Mei 2025 | 07:22 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Sambut Hari Buruh di Moment PPAB, Ini Sikap GMNI Mamasa!
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Opini

Mempertimbangkan Peran Politik Dalam Gerakan Buruh untuk Mewujudkan Perubahan Sosial

Marhaenist.id - Dalam buku "Dibawah Bendera Revolusi" karya Soekarno, terdapat penggalan informasi…

Sukarnoisme

Sukarno: Islam Harus Berjuang Mengalahkan Kekolotan

MARHAENIST - Sukarno membayangkan perjuangan paling bermanfaat bagi umat Islam adalah perjuangan…

Infokini

Hadiri Sidang Palti Hutabarat, Ganjar: Ini Soal Persaudaraan dan Kemanusiaan

Marhaenist - Mantan Capres dan politisi PDIP, Ganjar Pranowo hadir langsung dalam…

Opini

Indonesia Darurat Part 2, 100 Hari Kerja = 1000 Masalah

Marhaenist.id - Negara Indonesia telah melewati hari ke 100 dalam naungan pemerintahan…

Manifesto

Pernyataan Sikap Politik Konsolidasi Barisan Nasionalis

___________________________________________________ Terdiri dari perwakilan 27 organisasi dan para tokoh kaum Nasionalis BK.…

Kabar GMNI

GMNI Minta PJ Bupati Mamasa Tepati Janjinya Tentang Penanganan Longsor di Desa Mambulilling

Marhaenist.id, Mamasa - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Manifesto

Guntur Soekarno, Marhaenisme dan Karakter Bangsa

"Kesejahteraan tak akan terwujud bila tidak ada penguatan dan persatuan jiwa bangsa.…

Opini

RUU TNI 2024: Adaptasi atau Ancaman bagi Demokrasi?

Marhaenist.id - Perubahan dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) TNI 2024 membawa sejumlah perbedaan…

Kabar GMNI

GMNI UM-Purwokerto Ditribusikan Kadernya Menjadi Tim Pemantau Pilkada Banyumas 2024

Marhaenist.id, Purwokerto - Kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Universitas Muhammadiyah Purwokerto…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?