By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
GMNI Berduka, H Soenardi Ex Presidium GMNI 1976 – 1979 Telah Berpulang Disisi Tuhan Yang Maha Esa
Jadi Pembicara Diskusi yang Digelar PA GMNI Jakarta Raya, Soni Sumarsono: Kota Global Harus Punya Ideologi Keadilan Sosial
DPD PA GMNI Jakarta Raya Dorong Realisasi Good Governance Jakarta Berkeadilan Sosial
Mengantisipasi Otoritarianisme Politik Massa Mengambang
Tanggapi Soal Dimanika Bangsa, DPP PA GMNI Sebut Ajaran Bung Karno Masih Relevan dengan Perkembangan Zaman

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
ArtikelInsightStudy Filsafat

Resensi Buku Karl Popper: Logika Penemuan Ilmiah

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Minggu, 7 September 2025 | 23:24 WIB
Bagikan
Waktu Baca 7 Menit
Sampul Buku Logika Penemuan Ilmiah, Penulis Karl Popper/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – (Pendahuluan) Menata Ulang Cara Kita Memahami Ilmu: Di tengah maraknya klaim yang mengatasnamakan “logika” dalam berbagai tindakan—termasuk justifikasi moral maupun pembenaran tindakan berbasis dogma—muncul urgensi untuk membedakan antara logika ilmiah yang empiris dan logika yang sekadar bersifat reflektif atau spekulatif. Buku Logika Penemuan Ilmiah karya Karl Popper hadir sebagai jawaban atas kebingungan tersebut. Karya ini menjadi landasan penting dalam upaya menjernihkan batas antara ilmu yang bertumpu pada rasionalitas dan metode, dengan klaim-klaim pseudo-ilmiah yang kerap merasuk melalui celah-celah ide metafisik maupun religius yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara metodologis.

Melalui buku ini, Popper mengajak pembaca untuk menilai pengetahuan bukan dari validitas moral atau kesepakatan sosial semata, tetapi dari kemampuan sebuah teori untuk diuji dan—bila perlu—dibantah. Di sinilah letak revolusi logika ilmiah ala Popper: kebenaran ilmiah tidak bersifat absolut, melainkan selalu terbuka untuk direvisi, diperbaiki, dan bahkan ditinggalkan jika terbukti salah.

Logika Ilmiah: Menolak Dogma, Merangkul Uji Empiris

Bagi Popper, ilmu pengetahuan tidak dibangun atas dasar keyakinan atau konsensus sosial, tetapi pada kemampuan teori untuk melewati serangkaian pengujian ketat melalui apa yang ia sebut sebagai falsifiabilitas. Artinya, sebuah teori ilmiah harus bisa diuji secara empirik dan terbuka terhadap kemungkinan salah. Justru di sinilah kekuatan sebuah teori: bukan karena tidak pernah salah, tetapi karena mampu bertahan dari berbagai kemungkinan yang bisa menyalahkannya.

Popper menolak pandangan induktivisme klasik yang menyatakan bahwa ilmu dimulai dari observasi lalu disimpulkan menjadi teori. Baginya, pengetahuan bukanlah hasil akumulasi data, melainkan hasil problem solving melalui hipotesis yang dirumuskan secara logis, diuji secara empiris, dan kemudian dipertahankan atau ditinggalkan tergantung pada hasil pengujian tersebut.

Baca Juga:   Mengenal Aliran-Aliran Filsafat!

Dari Pengalaman Menuju Teori: Sirkulasi Empiris Popper

Popper menawarkan suatu siklus kerja ilmiah yang khas. Ia menyebutnya siklus empiris, yang dimulai dari adanya masalah (problem), dilanjutkan dengan pengajuan teori, penyusunan hipotesis, observasi empiris, hingga akhirnya melakukan generalisasi atau penyempurnaan teori. Namun berbeda dari alur konvensional, Popper tidak menekankan pada pembuktian teori, melainkan pengujiannya—dengan harapan teori itu bisa gagal pada titik tertentu, dan diganti dengan teori yang lebih baik.

Setiap langkah dari teori hingga observasi harus mengikuti logika deduktif, bukan induktif semata. Teori yang baik adalah teori yang berani membuka diri terhadap kritik, dan tidak berlindung di balik hipotesis tambahan (ad hoc) yang mengaburkan kelemahan teorinya.

Ilmu Pengetahuan dan Batas-Batasnya: Demarkasi Ilmiah

Salah satu kontribusi besar Popper adalah apa yang ia sebut sebagai masalah demarkasi—bagaimana membedakan antara ilmu yang sah (scientific) dan yang tidak (non-scientific atau pseudo-scientific). Ia menekankan bahwa ilmu harus bisa diuji secara empiris dan menghindari pembelaan metafisik yang tidak dapat diuji.
Misalnya, sebuah teori yang menjelaskan segala sesuatu tanpa bisa dibantah—seperti banyak teori dalam ranah metafisika atau bahkan astrologi—bukanlah teori ilmiah. Ilmu harus terbuka terhadap kritik, dan tidak boleh mengunci diri dalam dogma. Popper bahkan mengkritik teori Newton yang begitu lama dianggap sebagai kebenaran absolut, dan menunjukkan bagaimana teori tersebut akhirnya digantikan oleh relativitas Einstein.

Objektivitas dan Peran Subjek: Dialektika Pengetahuan

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, Popper tidak mengabaikan peran subjek. Justru, ia melihat bahwa objektivitas ilmu dibangun dari interaksi antar subjek (intersubjektivitas), yang menyusun, mengkritik, dan menyempurnakan teori-teori ilmiah. Objektivitas tidak hadir dari ruang hampa, melainkan dari proses metodologis yang dapat direproduksi oleh siapa pun dengan cara yang transparan dan logis.

Baca Juga:   Mengenang Kongres GMNI Ke XII Tahun 1996 di Grand Mirage Hotel Denpasar Bali

Dengan demikian, objektivitas bukan lawan dari subjektivitas, tetapi hasil dari dialog kritis yang dibingkai oleh metode ilmiah.

Falsifiabilitas: Jantung dari Metode Ilmiah Popper

Konsep paling terkenal dari Popper tentu saja adalah falsifiabilitas (falsifiability), yaitu kemampuan suatu teori untuk diuji dan dipatahkan. Sebuah teori yang tidak bisa dipatahkan—seperti teori bahwa “segala hal terjadi karena kehendak Tuhan”—tidak bisa dianggap ilmiah karena tidak bisa dibuktikan salah.
Sebaliknya, teori yang menyatakan “semua logam memuai ketika dipanaskan” adalah teori yang falsifiable—karena jika ditemukan satu logam yang tidak memuai ketika dipanaskan, maka teori itu gugur. Inilah fondasi pengetahuan yang progresif: terbuka terhadap koreksi.

Konvensionalisme vs Falsifikasionisme
Popper juga menentang konvensionalisme, yaitu kecenderungan mempertahankan teori lama dengan cara menyisipkan hipotesis-hipotesis tambahan untuk menyelamatkannya. Ia menyebut cara ini sebagai “trik konvensionalis” (conventionalist stratagem), yang justru menghambat perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam falsifikasionisme yang ia usulkan, sebuah teori harus siap untuk dikritik dan tidak boleh dimodifikasi hanya agar tetap tampak benar. Sebaliknya, hipotesis tambahan hanya boleh diterima jika meningkatkan ketajaman pengujian dan membuka kemungkinan untuk diuji secara mandiri.

Keterbatasan dan Tantangan: Fries’s Trilemma dan Simplicity

Popper menyadari bahwa logika ilmiah pun tidak bebas dari tantangan. Salah satunya adalah Fries’s Trilemma, yang mengidentifikasi tiga jebakan utama dalam epistemologi: dogmatisme (menerima sesuatu tanpa bukti), regresi tak berujung (selalu butuh bukti untuk bukti), dan psikologisme (mengandalkan pengalaman sebagai dasar kebenaran).
Popper juga membahas pentingnya kesederhanaan (simplicity) dalam teori ilmiah. Semakin sederhana teori, semakin besar peluang untuk diuji dan difalsifikasi. Namun kesederhanaan di sini tidak berarti dangkal, melainkan hemat asumsi dan memiliki struktur logis yang kuat.

Baca Juga:   Negara Hukum Berwatak Pancasila

Kesimpulan: Membangun Ilmu yang Progresif dan Terbuka

Logika Penemuan Ilmiah bukan sekadar buku tentang metode ilmiah, melainkan suatu pandangan dunia tentang bagaimana ilmu harus dibangun, diuji, dan dikembangkan. Bagi Karl Popper, tidak ada teori yang mutlak benar. Yang ada adalah teori yang belum terbukti salah. Ilmu pengetahuan adalah proses yang terus bergerak: dari masalah ke solusi, dari teori ke kritik, dari pemahaman ke pemahaman baru.

Dengan membaca buku ini, kita diajak untuk tidak mencampuradukkan sains dengan spekulasi, agama, atau ideologi. Ilmu harus berdiri di atas logika yang rasional, terbuka, dan empiris. Dan jika kita ingin membangun masyarakat yang berpikir kritis, maka buku ini adalah salah satu fondasi penting yang perlu dipahami dan dijadikan pegangan.***


• Judul Asli Buku: The Logic of Scientific Discovery
• Penulis: Karl Popper
• Penerbit Versi Indonesia: Institut Teknologi Bandung
• Diresensi oleh: Daniel Russell, Alumni GMNI Bandung.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

GMNI Berduka, H Soenardi Ex Presidium GMNI 1976 – 1979 Telah Berpulang Disisi Tuhan Yang Maha Esa
Minggu, 26 Oktober 2025 | 14:25 WIB
Jadi Pembicara Diskusi yang Digelar PA GMNI Jakarta Raya, Soni Sumarsono: Kota Global Harus Punya Ideologi Keadilan Sosial
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 22:26 WIB
DPD PA GMNI Jakarta Raya Dorong Realisasi Good Governance Jakarta Berkeadilan Sosial
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 19:55 WIB
Mengantisipasi Otoritarianisme Politik Massa Mengambang
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 19:09 WIB
Tanggapi Soal Dimanika Bangsa, DPP PA GMNI Sebut Ajaran Bung Karno Masih Relevan dengan Perkembangan Zaman
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 14:59 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Gelar Aksi, Aliansi Masyarakat Rohil Desak Bupati Copot Dirut PT BPR Rohil
Kabar GMNI Marhaenis Polithinking
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Polithinking

Perempuan Garda Depan Pemenangan Pasangan Pram dan Rano

Marhaenist - Istri calon gubernur Pramono Anung, Endang Nugrahani bersama penyanyi Ashanti…

Kabar PA GMNI

Tambang Rampok Hak Rakyat, Ketua PA GMNI Kaltim Desak Presiden Prabowo Hentikan Operasi 13 Perusahaan Raksasa

Marhaenist.id, Samarinda - Gelombang kekecewaan publik terhadap skandal korupsi di sektor tambang…

Sukarnoisme

Peristiwa Cikini: Upaya Pembunuhan Terhadap Presiden Soekarno

Marhaenist.id - Pada tanggal 30 November 1957 terjadi upaya pembunuhan terhadap Presiden…

Kabar GMNI

GMNI Desak KPK Panggil Bobby dan Kahiyang Ayu Klarifikasi Blok Medan

Marhaenist.id, Jakarta - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta Selatan (Jaksel) menggelar…

Kabar GMNI

Peringati Hari Tani Nasional, GMNI Nisel Gelar Audiensi bersama ATR/BPN

Marhaenist.id, Nias Selatan – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia…

Dari kiri, Hadi Sucipto (Ketua Gapokmas Tani Mandiri Jatim), Dandim 0808 Blitar Letkol Sapto Priono, Wabub Blitar Rahmat Santoso, Tenaga Ahli Utama KSP Usep Setiawan, Sukidi (Kantah BPN Kab Blitar ), Kapolres Blitar AKBP Aditya Panji Anom, Marjoko (Pembina Tani Mandiri Jatim) dan Kapolresta Blitar AKBP Agro Wiyono. MARHAENIST
Infokini

Tenaga Ahli Utama KSP Minta GTRA Kabupaten Blitar Lebih Proaktif Komunikasikan Konflik Agraria

Marhaenist - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Usep Setiawan berdialog…

Kabar GMNI

GMNI Sultra Siap Berperan Aktif Mengawal Pikada Damai 2024

Marhaenist.id, Kendari - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Mahasiawa Nasional Indonesia (GMNI)…

MarhaenismeOpini

Marhaenisme Tanpa Rakyat: Ketika Gerakan Sosial Terjebak dalam Simbolisme

Marhaenist.id - Marhaenisme, sebagai warisan ideologis dari Soekarno, pada hakikatnya adalah sebuah…

Bingkai

Marhaenis Dalam Bingkai Foto

Marhaenist - Ever Onward Never Retreat. Kalau pemuda sudah berumur 21-22 tahun…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?