By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima
Refleksi Hari Jadi Kabupaten Rohul Ke-26 Tahun, GMNI: Momentum Evaluasi Pembangunan dan Penguatan Nasionalisme Kerakyatan
Heri Purnomo Kembali Terpilih Secara Aklamasi sebagai Ketua PA GMNI Kota Bekasi
Erick Thohir dan Serangkaian Keputusan Aneh
Pertumbuhan Ekonomi Yang Menyisakan Luka Sosial dan Ekologis

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Bangkitnya Massa Marhaen Penentu Kemenangan Ganjar

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Rabu, 17 Januari 2024 | 00:21 WIB
Bagikan
Waktu Baca 5 Menit
Bagikan
iRadio

Banyak kalangan dari kaum Nasionalis menilai bahwa transisi kepemimpinan kali ini punya dimensi berbeda dari Pemilu langsung yang telah dilaksanakan sejak 2009. Kebangkitan kekuatan Neo Orba sebagian besar didefinisikan berada dalam salah satu Paslon Pilpres nomer urut 02. Sebagian kecil lain berada di dalam paslon 01 yang menempatkan Nasdem sebagai inisiator koalisi dan melahirkan paslon Anies Cak Imin.

Dalam koalisi paslon 03 relatif sedikit, hanya menyisakan partai gurem Perindo, Hanura. Sementara PPP dan PDI Perjuangan yang berkoalisi sejak era reformasi, menjadi representasi perlawanan menumbangkan 32 tahun rezim Soeharto.

Partai Golkar sebagai partai politik pewaris ideologi Orde Baru, kini berusia 25 tahun usai reformasi 98 sudah beranak cucu. Beberapa keranjang berisi telur ideologi liberalisme ala Soeharto sudah lama menetas, dan tumbuh menjadi partai politik baru dengan genre yang tidak berbeda.

Sebut saja Partai Nasdem, Gerindra, Demokrat, PAN, Hanura ber-DNA Golkar sebagaimana para pendiri, para elit hingga ketua umumnya pernah berada dalam satu ceruk partai berlambang pohon beringin.

Mereka masih bertahan mengelola negara dengan visi liberalisme yang cernderung menjadikan sumber daya alam sebagai komoditas, bukan sebagai asset. Kran investasi dan pasar bebas menjadi skema pembangunan ekonomi yang bergerak cepat, namun rapuh dalam hal kedaulatan.

Konsep liberalism memungkinkan pemodal kuat memonopoli pengelolaan sumber daya alam untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Jika harus berbagi kepada pemerintah, jumlahnya tidak akan lebih besar dari keuntungan pemodal besar (kapitalis) yang menyerbu melalui fasilitas kebijakan UU Omnibuslaw dan UU Minerba. Aturan yang lebih berpihak kepada investor dibuat oleh mereka-mereka yang dekat dengan investor, bukan yang dekat rakyat.

Politik dan ekonomi liberal tidak akan pernah jauh dari kaum kapitalis. Dan kapitalisme adalah anak kandung dari kolonialisme. Menguasai suatu wilayah untuk dijadikan jajahan ekonomi. Inilah rapuhnya sebuah kedaulatan, menjadi sisi lain yang tidak pernah bisa diukur dari tingginya neraca devisa, rasio PDB, surplus perdagangan. Bagaimana sebagai bangsa punya kedaulatan ketika ijin pengelolaan SDA dilegalkan untuk pihak asing dengan alasan keterbatasan kemampuan kita mengelolanya sendiri? Bagaimana bangsa bisa mandiri ketika teknologi masih didominasi dan dimonopoli para pemilik modal?

Baca Juga:   Chip War dan Geopolitik Laut China Selatan: Paradigma Baru Gerakan Non-Blok

Ekonomi bangsa di tangan pengelolaan kaum liberal selalu melahirkan persoalan keadilan dan pemerataan yang selalu timpang. Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, Nasdem nampaknya sudah sepakat melanjutkan ideologi Neolib dengan mengatasnamakan investasi. Banjir infrastruktur yang dibangun menjadi gula-gula pemerataan pembangunan pada akhirnya untuk kepentingan investor juga. Bansos, BLT dan aneka subsidi yang seolah-olah sangat bermanfaat, justru membungkam secara sistemik rakyat yang gelisah menjadi diam. Jika masih berisik tinggal tambah makan siang dan susu gratis, menjadi nina bobo yang paling sopan.

Bahwa kemiskinan tidak akan pernah bisa dientaskan dengan aneka jenis bansos dan subsidi. Sementara serangan pasar bebas pada akhirnya melahirkan ego konsumtif. Yang terjadi bansos berapapun akan habis dibelanjakan untuk apa yang diinginkan, bukan untuk apa yang dibutuhkan.

Pemilu serentak 2024 yang sekaligus menjadi masa transisi kepemimpinan menawarkan beberapa pilihan. Jokowi yang menyimpan tongkat estafet berada di belakang Prabowo yang sedang beradu retorika dengan Ganjar dan Anies untuk mendapatkan simpati masyarakat. Kepada siapa Jokowi akan menyerahkan tongkat estafet, di atas kertas lebih mempercayakan kepada Prabowo dengan dukungan koalisi neolib di belakangnya.

Masih berpeluangkah Ganjar merebut tongkat estafet dari tangan Jokowi sebelum direbut paksa oleh Prabowo? Seberapa tipis peluangnya, Ganjar punya kewajiban untuk merebutnya. Ganjar itu Marhaenis tulen, bukan kaleng-kaleng. Dia yang selama ini paling dekat mendengarkan suara keluhan petani, nelayan, pedagang kecil, pengangguran hingga warga pra sejahtera yang selama ini tidak mendapatkan akses keadilan dari negara. Merekalah para marhaen marhaen yang harus diperjuangkan dalam filosofi amanat perjuangan Bung Karno.

Inilah saat marhaenis-marhaenis selain Ganjar yang selama ini masih diam untuk bangkit dan bergegas.

Baca Juga:   Mengedepankan Prinsip Kesetaraan Hukum dalam Kasus Sekjen PDI Perjuangan

Para Neolib, Kapitalis dan kolonialis yang menjadi musuh abadi kaum marhaen dan marhaenis sudah terang-terangan berkacak pinggang di depan mata.

Negara memanggil dalam momentum suksesi kepemimpinan.

Nasionalisme kita sedang dipertaruhkan untuk puluhan tahun ke depan

Dan marhaen dengan ketidak-berdayaannya akan terus dieksploitasi oleh mereka yang tidak pernah sepakat dengan kemandirian yang sebenar-benarnya mandiri.

Bung Karno hanya besar dalam bentuk patung monument berikut catatan sejarah, namun tidak dengan ajarannya

Jika kita diam, Indonesia habis!!!**


Penulis: Dahono Prasetyo.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima
Senin, 13 Oktober 2025 | 00:21 WIB
Refleksi Hari Jadi Kabupaten Rohul Ke-26 Tahun, GMNI: Momentum Evaluasi Pembangunan dan Penguatan Nasionalisme Kerakyatan
Minggu, 12 Oktober 2025 | 16:32 WIB
Heri Purnomo Kembali Terpilih Secara Aklamasi sebagai Ketua PA GMNI Kota Bekasi
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 22:25 WIB
Erick Thohir dan Serangkaian Keputusan Aneh
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 21:48 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Yang Menyisakan Luka Sosial dan Ekologis
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 08:38 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Metodologi KIV: Sebagai Alat Perjuangan GMNI Melawan Tangangan Zaman
Artikel
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Indonesiana

Jangan Dengar Apa Kata Deddy, Ayo Tolak RUU TNI!

Marhaenist.id - Deddy Corbuzier dalam videonya menyebut bahwa penolakan rapat DPR di…

InfokiniKabar GMNI

GMNI Jaksel dan Pakar Desak Pertanggungjawaban Etik-Moral Gibran dan Dinasti Politik Jokowi

Marhaenist.id, Jakarta - Berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, akademisi, dan pengamat hukum, terus…

Kabar PA GMNI

Alumni GMNI Ingatkan Gagasan Soekarno untuk Mengatasi Situasi Global

Marhaenist.id, Jakarta - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa…

Kabar GMNI

Tak Ingin Militerisasi di Ruang Sipil, GMNI di Sultra Nyatakan Tolak RUU TNI

Marhaenist.id, Sultra - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Sulawesi Tenggara (Sultra) menolak…

Opini

Satu Oktober: Nyawa Lenyap, Tragedi Kanjuruhan, dan Pelanggaran HAM

Penulis: Aryasatya Krishdiansyah (Wakabid Sosial Politik GMNI UINSA Gunung Anyar).   Marhaenist.id…

Kabar GMNI

Gelar Kongres Persatuan, DPC GMNI Ternate Dorong Adanya Rekonsoliasi Nasional

Marhaenist.id, Ternate - Gerakan mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) akan segera mengelar Kongres…

Kabar GMNI

Sambut Dies Natalis ke 71 di Bulan Ramadhan, GMNI Kendari Gelar Buka Puasa Bersama dan Tasyakuran

Marhaenist.id, Kendari - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

InfokiniMarhaenis

Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo

Marhaenist.id, Jakarta - Serikat Pemuda Nusa Tenggara Timur (SP-NTT) menilai gempuran investasi…

Kabar GMNI

Gelar Sosialisasi dan Dialog Interaktif, KPU Ajak GMNI Jaksel Kawal Pilkada Jakarta

Marhaenist.id, Jaksel - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Jakarta Selatan (Jaksel) gelar…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?