By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Bangkitnya Massa Marhaen Penentu Kemenangan Ganjar

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Rabu, 17 Januari 2024 | 00:21 WIB
Bagikan
Waktu Baca 5 Menit
Bagikan
iRadio

Banyak kalangan dari kaum Nasionalis menilai bahwa transisi kepemimpinan kali ini punya dimensi berbeda dari Pemilu langsung yang telah dilaksanakan sejak 2009. Kebangkitan kekuatan Neo Orba sebagian besar didefinisikan berada dalam salah satu Paslon Pilpres nomer urut 02. Sebagian kecil lain berada di dalam paslon 01 yang menempatkan Nasdem sebagai inisiator koalisi dan melahirkan paslon Anies Cak Imin.

Dalam koalisi paslon 03 relatif sedikit, hanya menyisakan partai gurem Perindo, Hanura. Sementara PPP dan PDI Perjuangan yang berkoalisi sejak era reformasi, menjadi representasi perlawanan menumbangkan 32 tahun rezim Soeharto.

Partai Golkar sebagai partai politik pewaris ideologi Orde Baru, kini berusia 25 tahun usai reformasi 98 sudah beranak cucu. Beberapa keranjang berisi telur ideologi liberalisme ala Soeharto sudah lama menetas, dan tumbuh menjadi partai politik baru dengan genre yang tidak berbeda.

Sebut saja Partai Nasdem, Gerindra, Demokrat, PAN, Hanura ber-DNA Golkar sebagaimana para pendiri, para elit hingga ketua umumnya pernah berada dalam satu ceruk partai berlambang pohon beringin.

Mereka masih bertahan mengelola negara dengan visi liberalisme yang cernderung menjadikan sumber daya alam sebagai komoditas, bukan sebagai asset. Kran investasi dan pasar bebas menjadi skema pembangunan ekonomi yang bergerak cepat, namun rapuh dalam hal kedaulatan.

Konsep liberalism memungkinkan pemodal kuat memonopoli pengelolaan sumber daya alam untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Jika harus berbagi kepada pemerintah, jumlahnya tidak akan lebih besar dari keuntungan pemodal besar (kapitalis) yang menyerbu melalui fasilitas kebijakan UU Omnibuslaw dan UU Minerba. Aturan yang lebih berpihak kepada investor dibuat oleh mereka-mereka yang dekat dengan investor, bukan yang dekat rakyat.

Politik dan ekonomi liberal tidak akan pernah jauh dari kaum kapitalis. Dan kapitalisme adalah anak kandung dari kolonialisme. Menguasai suatu wilayah untuk dijadikan jajahan ekonomi. Inilah rapuhnya sebuah kedaulatan, menjadi sisi lain yang tidak pernah bisa diukur dari tingginya neraca devisa, rasio PDB, surplus perdagangan. Bagaimana sebagai bangsa punya kedaulatan ketika ijin pengelolaan SDA dilegalkan untuk pihak asing dengan alasan keterbatasan kemampuan kita mengelolanya sendiri? Bagaimana bangsa bisa mandiri ketika teknologi masih didominasi dan dimonopoli para pemilik modal?

Baca Juga:   Politik Kita dan Zaman Edan

Ekonomi bangsa di tangan pengelolaan kaum liberal selalu melahirkan persoalan keadilan dan pemerataan yang selalu timpang. Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, Nasdem nampaknya sudah sepakat melanjutkan ideologi Neolib dengan mengatasnamakan investasi. Banjir infrastruktur yang dibangun menjadi gula-gula pemerataan pembangunan pada akhirnya untuk kepentingan investor juga. Bansos, BLT dan aneka subsidi yang seolah-olah sangat bermanfaat, justru membungkam secara sistemik rakyat yang gelisah menjadi diam. Jika masih berisik tinggal tambah makan siang dan susu gratis, menjadi nina bobo yang paling sopan.

Bahwa kemiskinan tidak akan pernah bisa dientaskan dengan aneka jenis bansos dan subsidi. Sementara serangan pasar bebas pada akhirnya melahirkan ego konsumtif. Yang terjadi bansos berapapun akan habis dibelanjakan untuk apa yang diinginkan, bukan untuk apa yang dibutuhkan.

Pemilu serentak 2024 yang sekaligus menjadi masa transisi kepemimpinan menawarkan beberapa pilihan. Jokowi yang menyimpan tongkat estafet berada di belakang Prabowo yang sedang beradu retorika dengan Ganjar dan Anies untuk mendapatkan simpati masyarakat. Kepada siapa Jokowi akan menyerahkan tongkat estafet, di atas kertas lebih mempercayakan kepada Prabowo dengan dukungan koalisi neolib di belakangnya.

Masih berpeluangkah Ganjar merebut tongkat estafet dari tangan Jokowi sebelum direbut paksa oleh Prabowo? Seberapa tipis peluangnya, Ganjar punya kewajiban untuk merebutnya. Ganjar itu Marhaenis tulen, bukan kaleng-kaleng. Dia yang selama ini paling dekat mendengarkan suara keluhan petani, nelayan, pedagang kecil, pengangguran hingga warga pra sejahtera yang selama ini tidak mendapatkan akses keadilan dari negara. Merekalah para marhaen marhaen yang harus diperjuangkan dalam filosofi amanat perjuangan Bung Karno.

Inilah saat marhaenis-marhaenis selain Ganjar yang selama ini masih diam untuk bangkit dan bergegas.

Baca Juga:   Teror Kepala Babi dan Intimidasi Terhadap Pers

Para Neolib, Kapitalis dan kolonialis yang menjadi musuh abadi kaum marhaen dan marhaenis sudah terang-terangan berkacak pinggang di depan mata.

Negara memanggil dalam momentum suksesi kepemimpinan.

Nasionalisme kita sedang dipertaruhkan untuk puluhan tahun ke depan

Dan marhaen dengan ketidak-berdayaannya akan terus dieksploitasi oleh mereka yang tidak pernah sepakat dengan kemandirian yang sebenar-benarnya mandiri.

Bung Karno hanya besar dalam bentuk patung monument berikut catatan sejarah, namun tidak dengan ajarannya

Jika kita diam, Indonesia habis!!!**


Penulis: Dahono Prasetyo.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Foto: Desain Grafis oleh SP-NTT/MARHAENIST
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Senin, 25 Agustus 2025 | 17:44 WIB
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:34 WIB
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:28 WIB
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
Minggu, 24 Agustus 2025 | 21:13 WIB
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait
Sabtu, 23 Agustus 2025 | 19:24 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Peringati HUT Kemerdekaan RI, DPC GMNI Touna dan DPK GMN Bung Tomo Manajenen Gelar Nobar Sekaligus Bedah Film bersama Masyarakat
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kabar GMNI

Tiga Ormek Cipayung Blitar Bantah Ikut-ikutan Dalam Audiensi FMR Dengan Kapolres Blitar

Marhaenist.id, Blitar - Tiga organisasi ekstra kampus (Ormek) di Blitar membantah soal…

Infokini

TAP MPRS MPRS 33/1967 Dicabut, Bung Karno Bebas Dari Segala Tuduhan Terkait Komunisme

MARHANEIST - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyerahkan surat pimpinan MPR…

Kabar GMNI

Gelar Musyakom, GMNI Unidha Teguhkan Marhaenisme di Tengah Krisis Bangsa sebagai Panggung Regenerasi dan Konsolidasi Ideologis

Marhaenist.id, Malang – Dewan Pengurus Komisariat (DPK) GMNI Universitas Wisnuwardhana Malang (Unidha)…

Polithinking

Diduga Tak Terima Ditanyakan Soal Komitmen Persatuan, Imanuel Cahyadi Bawah Lari Palu Sidang Saat Kongres hingga Berakhir Ricuh

Marhaenist.id, Bandung — Kongres Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ke XXII versi…

Infokini

Skenario Perbaikan Demokrasi dan Pemerintahan Dibutuhkan Oleh Masyarakat Sipil

MARHAENIST - Di tengah kondisi kehidupan bangsa yang tengah menurun dalam berbagai…

Kabar GMNI

GMNI Minta PJ Bupati Mamasa Tepati Janjinya Tentang Penanganan Longsor di Desa Mambulilling

Marhaenist.id, Mamasa - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Study Marhaenisme

Marhaenisme, Marhaen dan Kita

Marhaenist.id - Banyak fenomena ganjil yang terjadi diantara kita. Terutama tentang Marhaenisme.…

Infokini

Kekerasan Aparat Mewarnai Aksi Tolak UU TNI

Marhaenist.id, Jakarta - Aksi unjuk rasa Ratusan Mahasiswa dan Koalisi Masyarakat Sipil…

Opini

Peningkatan PPN akan Menjadi Disinsentif Bagi Masyarakat Kecil

Marhaenist.id - Keputusan pemberlakuan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12 persen…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?