Marhaenist.id – Berbicara soal perpecahan didalam tubuh Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia adalah hal yang sangat memprihatinkan dan sudah menghambat berbagai proses dalam gerakan. Organisasi kader seharusnya fokus terhadap kaderisasi baik dalam bentuk pengenalan kader terhadap organisasi, penguatan doktrinisasi ideologi bagi setiap kader maupun pendistribusian kader ke dalam pos-pos strategis dalam rangka memenangkan ideologi yang diyakini oleh GMNI secara institusi untuk menjawab tantangan zaman kini tidak lagi terjamah akibat dihadapkan pada konflik-konflik yang kontraproduktif.
Namun organisasi kader yang sejatinya organisasi kader harus mampu bertahan dalam segala rongrongan termasuk adanya beberapa faksionalisasi dalam struktur GMNI. Tetapi akhir-akhir ini kita ditunjukkan pada suatu kabar baik yang membahagiakan bagi seluruh kader GMNI, dimana pertemuan antara Arjuna Putra Aldino maupun Ageng Dendy dengan Sujahri Somar yang beredar belakangan ini menunjukkan bahwasanya diantara pihak yang sempat berbeda paham sudah mau menurunkan egonya untuk menumbuhkan harapan akan adanya persatuan didalam tubuh GMNI.
Menurut saya pribadi dengan adanya pertemuan diantara para tokoh persatuan ini maka akan menumbuhkan embrio persatuan yang tinggal menunggu momentum kapan persatuan tersebut lahir.
Namun dalam rangka mempersiapkan persatuan yang matang, maka diperlukan proses kaderisasi menuju momen persatuan tersebut. Sebab kaderisasi adalah nyawa GMNI karena organisasi ini adalah organisasi kader sehingga organisasi kader harus memperhatikan bagaimana pendidikan kader itu diberikan agar menghasilkan kader-kader yang produktif juga peka terhadap organisasi dengan menggunakan pendekatan yang rasional juga objektif serta memiliki integritas yang jelas dalam membicarakan GMNI termasuk melakukan rekonsiliasi dalam rangka membangun persatuan yang sejatinya persatuan. Tanpa proses pendidikan kaderisasi yang terukur juga sesuai maka menciptakan persatuan hanya sebatas semangat tanpa arah yang jelas.
Oleh karena itu membangun suatu kaderisasi yang konkrit adalah sebuah langkah pasti dalam pra-persatuan untuk menciptakan suatu persatuan. Kaderisasi yang memperhatikan semua aspek baik ideologi, zaman maupun pendekatan dalam rangka membangun kaderisasi yang baik sebagai alat membangun persatuan sehingga disini penulis akan mencoba merumuskan apa saja yang harus dilakukan juga diperhatikan dalam membangun kaderisasi.
1. Menumbuhkan Doktrinisasi Tentang Pentingnya Persatuan GMNI
Untuk menumbuhkan semangat persatuan maka semuanya harus dimulai dari tingkatan basis dan kesemuanya jangan lagi membuang waktu untuk membicarakan alibi mengenai siapa yang benar juga siapa yang salah tetapi membicarakan tentang mengapa kita harus bersatu dan pentingnya suatu persatuan dibangun.
Sebab GMNI secara historical merupakan fusi dari tiga organisasi yang berbeda kemudian bersatu karena memiliki persamaan asas juga perjuangan yang sama sehingga menumbuhkan doktrinisasi persatuan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap kader baik ditingkatan DPC, DPD maupun akar dari GMNI yaitu DPK dalam menerjemahkan embrio persatuan yang dihasilkan baik oleh Arjuna Putra Aldino, Ageng Dendy bersama Sujahri Somar dalam cita-cita besar untuk mewujudkan persatuan yang outputnya mungkin saja bisa kita rasakan dikemudian hari. Oleh karena itu menumbuhkan semangat persatuan harus dimulai sejak dini sebab dinamika yang terjadi di GMNI bukan hanya dalam struktural dipusat tetapi ditingkat basis pun memiliki dinamikanya masing-masing dengan berbagai faktor penyebab sehingga menumbuhkan doktrinisasi tentang pentingnya persatuan harus dimulai dari basis untuk kemudian menciptakan persatuan GMNI secara nasional kapan momentumnya tiba.
2. Menyusun Silabus Kaderisasi Bersama dan Menyelenggarakan Kaderisasi Bersama
Ketika persatuan secara struktural belum bisa diwujudkan dalam waktu dekat sebab harus menunggu momentum serta persiapan yang matang dalam rangka mewujudkan persatuan yang sejatinya persatuan. Maka memulai dari menciptakan silabus kaderisasi bersama tidak ada salahnya, baik DPP GMNI versi Arjuna-Dendy maupun DPP GMNI versi Sujahri-Amir melalui Kabid Kaderisasi DPP nya mungkin saja bisa untuk merumuskan silabus kaderisasi bersama sebagai awal mula untuk menciptakan pra-persatuan sebelum momentum persatuan tiba. Sebab kaderisasi tidak mengenal perbedaan tetapi kaderisasi yang sejatinya kaderisasi akan berorientasi pada ajaran ideologi juga organisasi secara objektif dalam menjalankan nilai-nilai organisasi sehingga menciptakan silabus bersama yang penuh spirit perjuangan organisasi terhadap seluruh kader tidak ada salahnya.
Diantara para pihak yang sudah siap untuk menyelenggarakan kaderisasi secara bersama-sama baik melalui KTD dan KTM tanpa memandang dari kubu DPP GMNI Arjuna-Dendy maupun DPP Sujahri-Amir maka tidak ada salahnya selama memenuhi kaidah-kaidah organisasi dan tidak melanggar prinsip-prinsip organisasi agar dari kaderisasi inilah spirit persatuan tersebut dibangun.
3. Memanfaatkan Platform Digitalisasi Sesuai Dengan Zaman
Diera zaman teknologi yang semakin massif ini maka pendekatan platform digitalisasi adalah hal yang harus dilakukan dalam menjawab tantangan zaman. Pendekatan yang cenderung konvensional juga lama tidak sepenuhnya lagi relevan dalam perjungan GMNI sebab sudah bukan zamannya lagi apalagi mayoritas bahkan sepenuhnya kader GMNI saat ini adalah generasi-Z yang rata-rata berumur 18-28 tahun. Sehingga pemanfaatan media sosial sebagai kampanye ideologi, AI dalam optimalisasi kerja-kerja organisasi serta berbagai pemanfaatan digitalisasi harus diperhatikan oleh setiap pelaku organisasi diGMNI agar penyebaran ideologi juga ajaran Bung Karno bisa terdeliver kepada setiap kadernya dizaman ini.
Bisa saja dalam melakukan kaderisasi GMNI, memanfaatkan platform digital aplikasi melalui playstore aplikasi GMNI seperti yang pernah dilakukan oleh DPP GMNI dizaman Arjuna-Dendy maupun DPP GMNI dizaman Immanuel-Sujahri dulu namun pemanfaatan aplikasi ini jauh dari kata sempurna bahkan tidak berlanjut lagi hingga saat ini.
Menurut saya pribadi pemanfaatan aplikasi GMNI melalui playstore harus dihidupkan lagi dengan desain juga muatan yang lebih menarik lagi agar tersebar kepada seluruh kader sehingga menghasilkan manfaat dalam melakukan pendekatan kaderisasi digital sehingga melalui platform digital kita bisa melakukan doktrinisasi ideologi kepada seluruh kader.
4. Filterisasi Terhadap Kontra Ideologis GMNI
Kaderisasi juga harus memperhatikan potensi ancaman dalam proses kaderisasi itu sendiri. Potensi ancaman bisa saja dari pihak eksternal maupun sesama internal, maka dari itu untuk menciptakan suatu kaderisasi yang baik maka harus bisa melakukan pemetaan terhadap apa saja yang bisa menjadi hambatan dalam proses kaderisasi ditubuh GMNI.
Pemetaan saya pribadi yang menjadi musuh GMNI hari ini ialah oportunisme organisasi, pembelahan didalam tubuh GMNI maupun apatisme dari beberapa kader yang mungkin sudah jenuh dengan keadaan. Dalam proses kaderisasi baik didalam tubuh DPP GMNI Arjuna-Dendy maupun DPP GMNI Sujahri-Amir harus memperhatikan potensi ancaman ini sehingga bisa memastikan filterisasi terhadap pihak yang ingin merongrong proses pembangunan kaderisasi ditubuh GMNI maupun embrio persatuan yang telah terbangun sehingga berpotensi dikemudian hari melahirkan persatuan dan juga menjaga kemurnian gerakan dari oknum-oknum yang menjadikan GMNI sebagai alat transaksional.
5. Menciptakan Buku Wajib GMNI Dalam Bentuk Konten Visualisasi
Selama saya ber-GMNI setahu saya ada 5 buku wajib GMNI yang harus dibaca oleh setiap kadernya yaitu Pidato 1 Juni Bung Karno, Indonesia Menggugat, Mencapai Indonesia Merdeka, Sarinah dan Dibawah Bendera Revolusi Jilid I juga II. Namun melihat generasi-z sekarang apakah pada maniak membaca buku? Tentu tidak, apalagi buku Dibawah Bendera Revolusi yang tebal banget.
Namun kelima buku wajib ini harus hukumnya dipahami oleh setiap kader GMNI apabila ingin dikatakan tuntas ber-GMNI. Namun pertanyaannya apakah semua kader GMNI bisa dipaksakan untuk membaca buku berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk menuntaskan ini semua, ya tentu tidak. Oleh karena itu memanfaatkan konten visualisasi dalam bentuk gambar, animasi atau bahkan film pendek perlu dilakukan dalam menerjemahkan kelima buku wajib GMNI oleh bidang Kaderisasi dalam rangka melalukan pendekatan terhadap kadernya dalam memastikan kelima buku wajib ini dapat dituntaskan.
Oleh karena itu menurut saya melibatkan kader atau bahkan pihak yang mampu memahami konten visualisasi perlu dilakukan untuk memastikan agar kiranya efektivitas penyebaran kelima buku wajib GMNI melalui konten visualisasi ini perlu untuk terus dilakukan.
Akhir kata, Kaderisasi adalah kekuatan gerakan ini dan energi dalam memberikan semangat persatuan. Oleh karena itu seperti yang dikatakan oleh Bung Karno “Kita belum hidup dalam terang sinar bulan purnama,kita masih hidup dalam masa pancaroba. Tetap bersemangat elang rajawali.”. Semangat kaderisasi ini harus terus ditumbuhkan untuk memberikan kekuatan bagi GMNI untuk terus bertahan. Merdeka !!! Jaya !!! Menang !!!***
Penulis: Jansen Henry Kurniawan, Ketua DPK GMNI Universitas Kristen Indonesia 2020-2021.