Marhaenist.id – Kekisruhan yang terjadi dalam internal Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) hingga detik ini belum menemukan titik terang, GMNI Bangka Belitung menyayangkan hilangnya indepedensi dan integritas organisasi yang disusupi kepentingan segelintir kelompok.
Sejak 2019 tepatnya pada kongres di Ambon, DPP GMNI mengalami perpecahan dalam tubuh internal organisasi dengan menghasilkan dua kepemimpinan yaitu Arjuna – Dendy dan Imanuel – Sujahri.
Kegagalan dua kubu kepemimpinan pusat dalam melakukan rekonsiliasi pada akhirnya menimbulkan kegaduhan di tingkat Cabang maupun Daerah, nilai-nilai perjuangan organisasi ternodai oleh kerasnya ego di kedua kubu.
Ajaran Bung Karno tentang Nasionalisme dengan tegas mengedepankan persatuan, sungguh hina jika organisasi dengan nilai perjuangan Nasionalisme malah dalam faktanya terjadi perpecahan di dalam internal organisasi.
Dengan akan terselenggarakannya kongres di Bandung yang di inisiasi oleh Imanuel – Sujahri pada nyatanya tidak mencerminkan semangat persatuan, embel embel kongres persatuan hanya sebuah topeng demi memperkuat legitimasi kepemimpinan Imanuel – Sujahri di tatanan Cabang maupun Daerah.
Oleh karna itu, jika persatuan tak dapat diraih oleh kedua kubu kepemimpinan di tingkat pusat sudah waktunya GMNI memulai kongres persatuan dengan semangat gotong royong yang tidak lagi memandangkan suatu kepengurusan Cabang maupun Daerah berdasarkan SK pusat. Karna dasarnya GMNI merupakan milik seluruh kader bukan milik ketua Arjuna ataupun Ketua Imanuel.
Kami, GMNI Bangka Belitung menyerukan semangat persatuan bagi seluruh kader GMNI demi membangun kembali gerakan yang revolusioner, terorganisir, dan ideologis. Juga mendesak kedua kubu kepemimpinan segera rekonsiliasi untuk mewujudkan kongres persatuan dan menghentikan segala konflik perpecahan.***
Penulis: Aditya Nugraha, Ketua DPC GMNI Bangka Belitung.