Marhaenist – Kamala Harris nampaknya semakin pede bakal melenggang setelah hasil survei Pilpres 2024 Amerika Serikat muncul, apalagi kini dirinya unggul dengan capres Partai Republik Donald Trump.
Perlu diketahui, bahwa Wakil Presiden Kamala Harris saat ini maju di Pilpres 2024 setelah Joe Biden mengakhiri kampanye pemilihannya (Mundur).
Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan pada hari Senin dan Selasa, merupakan lanjutan dari Konvensi Nasional Partai Republik di mana Trump pada hari Kamis secara resmi menerima nominasi partainya dan pengumuman Biden pada hari Minggu bahwa ia meninggalkan pencalonan dan mendukung Harris.
Harris, yang tim kampanyenya menyatakan bahwa ia telah mendapatkan nominasi dari Partai Demokrat, unggul atas Trump dengan perolehan suara 44% berbanding 42% dalam jajak pendapat nasional, selisihnya dalam margin kesalahan 3 poin persentase.
Harris dan Trump memiliki perolehan suara yang sama sebesar 44% dalam jajak pendapat tanggal 15-16 Juli, dan Trump memimpin dengan selisih satu poin persentase dalam jajak pendapat tanggal 1-2 Juli, keduanya berada dalam margin kesalahan yang sama.
Meskipun survei-survei berskala nasional memberikan sinyal penting mengenai dukungan Amerika terhadap kandidat politik, hanya segelintir negara bagian yang bersaing yang biasanya menyeimbangkan Electoral College AS, yang pada akhirnya menentukan siapa yang memenangkan pemilihan presiden.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan 56% pemilih terdaftar setuju dengan pernyataan bahwa Harris, 59 tahun, tajam secara mental dan mampu menghadapi tantangan, dibandingkan dengan 49% yang menyatakan hal yang sama tentang Trump, 78 tahun.
Hanya 22% pemilih yang menilai Biden seperti itu.
Ketika para pemilih dalam survei tersebut diperlihatkan surat suara hipotetis yang mencakup calon presiden independen Robert F. Kennedy Jr., Harris memimpin Trump dengan 42% berbanding 38%, sebuah keunggulan di luar margin kesalahan.
Kennedy, yang didukung oleh 8% pemilih dalam jajak pendapat tersebut, belum memenuhi syarat untuk memberikan suara di banyak negara bagian menjelang pemilu 5 November.
Jajak pendapat tersebut, yang dilakukan secara online, mensurvei 1.241 orang dewasa AS secara nasional, termasuk 1.018 pemilih terdaftar.