Marhaenist.id – Mao Zedong adalah mantan pemimpin Republik Rakyat China atau disingkat RRC. Saat menjabat, Mao Zedong menganut sistem Sosialisme ala Komunisme dalam pemerintahannya, tetapi hal itu tidaklah berjalan mulus. Ada beberapa masalah mengenai metode memimpin yang kami uraikan sebagai berikut:
1. Bagi kita orang Komunis, ada dua metode yang harus dipergunakan dalam melakukan pekerjaan apapun. Pertama, memadukan yang umum dengan yang khusus, memadukan pimpinan dengan massa.
2. Dalam menjalankan tugas apapun, jika tidak ada seruan yang umum dan luas merata, massa luas tidak dapat dimobilisasi untuk bertindak. Tetapi jika pemimpin-pemimpin hanya membatasi diri pada seruan umum saja, tidak secara konkrit dan mendalam mengikuti langsung pekerjaan yang diserukan itu dalam beberapa organisasi dan tidak melakukan penjebolan di satu titik tertentu untuk memperoleh pengalaman itu untuk menuntun kesatuan lainnya, maka mereka tidak akan dapat menguji tepat tidaknya seruan umum yang mereka kemukakan, juga tidak akan dapat memperkaya isi seruan umum itu, dan ada bahaya seruan umum itu akan sia-sia belaka. Misalnya dalam gerakan pembetulan langgam di berbagai daerah pada tahun 1942, yang mencapai hasil adalah yang menggunakan metode memadukan seruan umum dengan tuntutunan khusus, sedangkan yang tidak mencapai hasil adalah yang tidak menggunakan metode ini.
Dalam gerakan pembetulan langgam pada tahun 1943 setiap biro daerah dan sub biro daerah Comite Central, setiap Comite Partai daerah-besar dan comite daerah, selain mengeluarkan seruan umum (rencana gerakan pembetulan langgam untuk seluruh tahun), harus melakukan hal-hal berikut ini untuk memperoleh pengalaman: Memilih dua tiga kesatuan (jangan terlampau banyak) di dalam badan sendiri dan di dalam jawatan-jawatan, badan-badab, sekolah-sekolah serta pasukan-pasukan yang berdekatan melakukan studi yang mendalam tentang kesatuan-kesatuan itu, berusaha mengetahui secara terperinci poses perkembangan gerakan pembetulan langgam di dalam kesatuan-kesatuan itu dan berusaha mengetahui secara terperinci riwayat politik, ciri-ciri ideologi, semangat belajar dan baik buruknya pekerjaan dari beberapa (juga jangan terlalu banyak) orang personilnya yang representatif, dan menuntun sendiri para penanggungjawab kesatuan-kesatuan itu untuk secara konkrit memecahkan soal-soal praktis di dalam kesatuan masing-masing.
Karena di dalam setiap jawatan, badan, sekolah atau pasukan juga ada beberapa kesatuan bawahan, maka pemimpin-pemimpin harus berbuat demikian juga. Ini adalah juga metode bagi pemimpin-pemimpin untuk memadukan tuntunan dengan belajar. Pemimpin manapun pasti tidak mampu memberi tuntunan yang luas merata kepada semua kesatuan apabila ia tidak menarik pengalaman yang konkrit dari perseorangan tertentu dan peristiwa tertentu dalam kesatuan bawahan tertentu. Metode ini harus dianjurkan secara luas merata supaya kader pimpinan di semua tingkat belajar sampai tahu menggunakannya.
3. Pengalaman gerakan pembetulan langgam pada tahun 1942 juga membuktikan bahwa tugas gerakan pembetulan langgam dalam setiap kesatuan hanya dapat diselesaikan apabila dalam proses gerakan itu terbentuk suatu tulang punggung pimpinan yang terdiri dari sejumlah kecil aktivis dengan penanggungjawab-penanggungjawab utama dalam kesatuan itu berpadu erat dengan massa luas yang ambil bagian dalam gerakan. Kalau hanya ada kegiatan tulang-punggung pimpinan saja tapi tidak dipadukan dengan kegiatan massa luas, maka kegiatan itu akan merupakan kesibukan yang sia-sia dari sejumlah kecil orang. Sebaliknya, kalau hanya ada kegiatan massa luas saja tapi tidak ada tulang punggung pimpinan yang kuat untuk mengorganisasi kegiatan massa itu dengan sepantasnya, maka kegiatan massa tidak mungkin tahan lama, juga tidak mungkin maju ke arah yang tepat dan meningkat ke taraf yang tinggi.
Di manapun saja pada umumnya massa terdiri dari tiga bagian; yang realtif aktif, yanag setengah-setengah dan yang relatif terbelajang.Maka itu pemimpin harus pandai mempersatukan elemen-elemen aktif yang kecil jumlahnya sebagai tulang punggung utnuk memimpin dan harus bersandar kepada mereka untuk meningkatkan taraf elemen-elemen yang setengah-setengah dan menarik elemen yang terbelakang.
Tulang punggung pimpinan yang benar-benar bersatu bulat dan berhubungan dengan massa hanya bisa terbentuk secara berangsur-angsur dalam perjuangan massa dan tidak bisa terbentuk lepas dari perjuangan massa. Dalam banyak hal, tulang punggung pimpinan tidak seharusnya dan juga tidak mungkin tetap sama seluruhnya pada tingkat permulaan, tingkat pertengahan dan tingkat terakhir dalam suatu proses perjuangan besar; aktivis-aktivis yang muncul dalam perjuangan harus terus menerus dipromosi untuk menggantikan elemen-elemen dalam tulang punggung semula yang telah menjadi kurang baik disbanding dengan orang lain, atau elemen yang telah merosot. Satu sebab yang pokok mengapa pekerjaan di banyak tempat dan banyak badan tidak dapat didorong maju yalah karena tidak ada tulang punggung pimpinan demikian yang bersatu bulat, berhubungan dengan massa dan selalu sehat. Sebuah sekolah dengan seratus orang pasti tidak akan dapat diselenggarakan dengan baik apabila sekolah itu tidak mempunyai tulang punggung pimpinan yang terdiri dari beberapa atau belasan orang yang paling aktif, paling jujur dan paling cekatan dari kalangan guru, pegawai lainnya dan pelajar, yang terbentuk sesuai dengan keadaan nyata (bukan dikumpulkan secara dibuat-buat).
Di setiap jawatan, bada, sekolah, pasukan, pabrik atau desa, baik besar maupun kecil, kita harus melaksanakan syart ke-9 dari 12 syarat pembolsyewikan Partai yang dikemukakan oleh Stalin, yaitu tentang pembentukan inti pimpinan [1] . Ukuran bagi tulang-punggung pimpinan yang demikian itu seharusnya yalah keempat ukuran yang dikemukakan oleh Dimitrov dalam membicarakan politik kader (kesetiaan tanpa batas, hubungan dengan massa, kemampuan bekerja sendiri, ketaatan kepada disiplin) [2] . Baik dalam menjalankan tugas pokok seperti perang, produksi, pendidikan (termasuk gerakan pembetulan langgam), maupun dalam memeriksa pekerjaan, memeriksa kader atau melakukan pekerjaan lainnya, selain memadukan seruan umum dengan tuntunan khusus, harus digunakan pula metode memadukan tulang-punggung pimpinan dengan massa luas.
4. Dalam segala pekerjaan praktis Partai kita, pimpinan yang tepat haruslah “dari massa, kembali ke massa”. Ini bearti: Pendapat massa (pendapat yang pencar-pencar dan tidak sistimatis) dipusatkan (dijadikan pendapat yang terpusat dan sistimatis setelah dipelajari), lalu dibawa ke tengah-tengah massa dan dipropagandakan serta dijelaskan sampai menjadi pendapat massa, sehingga dengan demikian massa mempertahankan pendapat itu dan mewujudkannya dalam tindakan, dan menguji tepat tidaknya pendapat itu dalam tindakan massa. Kemudian pendapat dari massa dipusatkan lagi, lalu dibawa lagi ke tengah-tengah massa untuk dipertahankan. Demikianlah seterusnya, berulang-ulang tak henti-hentinya, sehingga setiap kali pendapat itu menjadi makin tepat, makin hiudo dan makin kaya. Inilah teori Marxis tentang pengetahuan.
5. Fikiran tentang diadakannya hubungan yang tepat antara tulang-punggung pimpinan dengan massa luas dalam organisasi maupun dalam aksi perjuangan, fikiran bahwa pendapat pimpinan yang tepat hanya dapat diperoleh dengan memusatkan pendapat dari massa dan lalu membawa ke tengah-tengah massa untuk dipertahankan, dan fikiran bahwa seruan umum harus dipadukan dengan tuntunan khusus ketika pendapat pimpinan dipraktekkan, semuanya harus dipropagandakan secara luas merata dalam gerakan pembetulan langgam sekarang ini supaya pandangan kader yang salah dalam soal ini dapat dibetulkan. Banyak kawan tidak menganggap penting dan tidak pandai mempersatukan aktivis-aktivis untuk membentuk inti pimpinan, tidak menganggap penting dan tidak pandai memadukan erat-erat inti pimpinan ini dengan massa luas, sehingga pimpinan mereka menjadi pimpinan birokratis yang terpisah dari massa.
Banyak kawan tidak menganggap penting dan tidak pandai menyimpulkan pengalaman perjuangan massa, melainkan sukan menyatakan banyak pendapat yang subyektivis dengan berlanggak seolah-olah diri mereka pintar, sehingga pendapat mereka menjadi omongan yang kosong dan tidak praktis. Banyak kawan merasa puas dengan mengeluarkan seruan umum tentang tugas pekerjaan, tetapi tidak menganggap penting dan tidak pandai menyusuli seruan umum itu segera dengan tuntunan yang khusus dan konkrit, sehingga seruan mereka tinggal di mulut, di atas kertas atau di dalam rapat saja dan pimpinan mereka menjadi birokratis. Dalam gerakan pembetulan langgam sekarang ini kita harus mengatasi kekurangan-kekurangan itu dan belajar sampai bisa menggunakan metode memadukan pimpinan dengan massa dan memadukan yang umum dengan yang khusus dalam belajar, dalam memeriksa pekerjaan dan dalam memeriksa kader; dan kita harus mentrapkan metode ini dalam segala pekerjaan di masa datang.
6. Memusatkan pendapat dari massa, lalu membawanya lagi ke tengah-tengah massa untuk dipertahankan, sehingga tersusun pendapat pimpinan yang tepat – inilah metode memimpin yang pokok. Dalam proses memusatkan pendapat-pendapat dan mempertahankannya harus digunakan metode memadukan seruan umum dengan seruan khusus dan ini adalah bagian komponen dari metode yang pokok tersebut. Dari banyak tuntutnan khusus disusun pendapat yang umum (seruan umum), lalu pendapat yang umum ini dibawa lagi ke banyak kesatuan tertentu untuk diuji (bukan kita sendiri saja yang berbuat demikian, tetapi orang lain juga diajak berbuat demikian), kemudian pengalaman yang baru dipusatkan (pengalaman disimpulkan) dan dijadikan petunjuk baru untuk menuntun massa secara luas merata.. Kawan-kawan harus berbuat demikian dalam gerakan pembetulan langgam sekarang ini dan juga harus berbuat demikian dalam pekerjaan apapun. Pimpinan yang relatif baik justru berasal dari kecakapan yang relatif besar dalam berbuat demikian.
7. Dalam menyampaikan tugas pekerjaan apapun (perang revolusioner, produksi atau pendidikan; belajar dalam gerakan pembetulan langgam, pemeriksaan pekerjaan atau pemeriksaan kader; pekerjaan propaganda, pekerjaan organisasi atau pekerjaan pemberantasan mata-mata dan lain-lain) kepada kesatuan-kesatuan bawahan, badan pimpinan atasan dan bagian-bagiannya yang tertentu harus melalui penanggungjawab utama dari badan bawahan yang bersangkutan supaya ia memikul tanggungjawab atas tugas itu dan dengan demikian tercapailah pembagian kerja maupun kesatuan pimpinan (pimpinan tunggal).Tidak seharusnya bagian tertentu dari tingkat atasan hanya menghubungi bagian tertentu dari tingkat bawahan (misalnya, bagian oraganisasi, bagian propaganda atau bagian pemberantsan mata-mata dari tingkta atasan hanya menghubungi bagian-bagian yang sama dari tingkat bawahan) sehingga penanggungjawab umum badan bawahan (seperti sekretaris, ketua, direktur, kepala sekolah) tidak tahu menahu atau tidak memikul tanggungjawab.
Baik penanggungjawab umum maupun penanggungjawab bagian harus diberi tahu dan diberi tanggungjawan. Metode pimpinan tunggal yang memadukan pembagian kerja dengan kesatuan pimpinan itu memungkinkan pemobilisasian, melalui penanggungjawab umum, atas sejumlah besar kader bahkan kadang-kadang seluruh personil suatu badan untuk melaksanakan pekerjaan dan dengan demikian dapat mengatasi kurangnya kader di dalam bagian-bagian tertentu dan menjadikan banyak orang sebagai kader-kader yang ikut aktif di dalam pekerjaan tersebut.Ini juga merupakan salah satu bentuk memadukan pimpinan dengan massa. Ambillah mislany pemeriksaan kader. Pastillah tidak bisa dilakukan dengan baik apabila dijalankan tersendiri oleh beberapa orang bagian organisasi sebagai badan pimpinan; tetapi apabila dilakukan melalui penanggungjawab administrasi dari suatu jawatan, badan atau sekolah dengan memobilisasi banyak personil atau pelajar bahkan kadang-kadang seluruh personil atau semua pelajar untuk ambil bagian dalam pemeriksaan itu, sedang bersamaan dengan itu pemimpin-pemimpin dari bagian organisasi tingkat atasan memberi tuntunan yang tepat untuk pemeriksaan itu, dengan demikian telah ditrapkan prinsip memadukan pimpinan dengan massa, maka tujuan pemeriksaan kader pasti akan tercapai sepenuhnya.
8. Di daerah manapun tidak bisa ada banyak pekerjaan inti-pokok pada waktu yang sama; pada waktu tertentu hanya bisa ada satu pekerjaan inti-pokok yang disertai pekerjaan lain yang nomor dua atau nomor tiga pentingnya. Maka itu penanggungjawab umum suatu daerah harus mempertimbangkan sejarah perjuangan dan keadaan perjuangan didaerah itu dan menempatkan berbagai pekerjaan pada kedudukan yang selayaknya; tidak boleh hanya bertindak begitu saja menurut setiap instruksi dari atasan tanpa rencananya sendiri samasekali, sehingga menimbulkan banyak “pekerjaan inti-pokok” dan keadaan yang kacau dan tak teratur. Badan atasan juga jangan menetapkan banyak pekerjaan sekali gus untuk badan bawahan tanpa membeda-bedakan mana yang penting dan mana yang kurang penting, mana yang mendesak dan mana yang kurang mendesak, atau tanpa menentuka mana yang sebagai inti-pokok, sehingga menimbulkan kekacauan dalam langkah-langkah yang harus diambil oleh badan bawahan dalam pekerjaannya dan dengan demikian tidak akan mencapai hasil yang pasti. Berdasarkan syarat-syarat sejarah dan keadaan di setiap daerah tertentu, pemimpin menyusun rencana dengan mempertimbangkan seluruh situasi, dengan tepat menetapkan titik berat pekerjaan dan urutan pekerjaan untuk setiap periode dan dengan konsekwen melaksanakan ketetapan itu sehingga pasti mencapai hasil tertentu – ini adalah suatu seni memimpin. Ini juga merupakan masalah metode memimpin yang harus diperhatikan pemecahannya dalam mentrapkan prinsip memadukan pimpinan dengan massa dan memadukan yang umum dengan yang khusus.
9. Hal-hal yang terperinci berkenaan dengan masalah metode memimpin tidak akan dibicarakan di sini satu persatu; diharapkan agar kawan-kawan di setiap tempat memikirkannya dengan sungguh-sungguh dan mengembangkan daya cipta masing-masing berdasarkan prinsip yang dikemukakan di sini. Makin berat perjuangan, makin perlu bagi orang-orang Komunis untuk memadukan erat-erat pimpinan mereka dengan tuntutan massa luas, makin perlu bagi orang-orang Komunis untuk memadukan erat-erat seruan umum dengan tuntunan khusus untuk menghancurkan samasekali metode memimpin yang subyektivis dan birokratis. Semua kawan pimpinan Partai kita harus selalu mempertentangkan metode memimpin Marxis yang ilmiah dengan metode memimpin yang subyektivis dan birokratis dan mengatasi metode memimpin yang belakangan itu dengan yang pertama. Kaum subyektivis dan birokrat tidak memahami prinsip-prinsip memadukan pimpinan dengan massa dan memadukan yang umum dengan yang khusus, maka mereka sangat menghambat perkembangan pekerjaan Partai. Untuk melawan metode memimpin yang subyektivis dan birokratis, metode memimpin Marxis yang ilmiah harus dianjurkan secara luas dan mendalam.
Ini adalah keputusan Comite Central Partai Komunis Tiongkok tentang metode memimpin yang ditulis oleh Kawan Mao Ce-tung pada 1 Juni 1943.
Keterangan:
1). Lihat J.W.Stalin, Hari Depan Partai Komunis Jerman dan Masalah pembolsyewikan.
2). Lihat “Masalah Kader” , Bagian 7 dari Berjuang Untuk Persatuan Klas Buruh Melawan Fasisme, pidato kesimpulan yang diucapkan oleh Georgi Dimitrov dalam Kongres Ke-VIII Internasionale Komunis.