By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Kapitalisme

Makan Siang Gratis Tidak Akan Bisa Atasi Stunting

Indo Marhaenist
Indo Marhaenist Diterbitkan : Senin, 1 Juli 2024 | 09:12 WIB
Bagikan
Waktu Baca 3 Menit
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. IST. PHOTO
Bagikan
iRadio

Marhaenist – World Bank atau Bank Dunia menyebut bahwa program makan siang gratis tidak dirancang untuk mengatasi stunting atau tengkes, sebab program tersebut tidak diberikan untuk 1.000 hari pertama kehidupan.

Hal itu, diungkap World Bank dalam Indonesia Economic Prospects (IEP) 2024 yang diterbitkan pada akhir Juni ini.

“Sehubungan dengan gizi, makanan di sekolah tidak dirancang untuk berdampak pada stunting, karena makanan tersebut tidak ditargetkan untuk 1.000 hari pertama kehidupan,” tulis World Bank dalam laporan itu, dikutip Jumat (29/06/2024).

Menurutnya, pemberian makan siang gratis dapat efektif untuk mencapai hasil gizi yang lebih baik jika dibarengi dengan penyediaan intervensi kesehatan dan gizi. Seperti, pemberian suplemen, obat cacing, kurikulum pendidikan kesehatan, hingga kebijakan kesehatan di sekolah.

“Untuk meningkatkan hasil kesehatan dan membantu memastikan saling melengkapi dengan intervensi stunting yang ditujukan pada 1000 hari pertama,” tulis World Bank.

World Bank juga mengungkapkan bahwa program tersebut secara tidak langsung memberikan manfaat bagi kesejahteraan ekonomi penerima manfaat, utamanya pada daerah-daerah yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi.

Lebih lanjut, World Bank menjelaskan bahwa program makan siang gratis merupakan program yang sangat populer dilakukan di berbagai negara. Pada tahun 2022 saja, 418 juta anak menjadi penerima manfaat program tersebut.

Selain itu, disebutkan juga bahwa terdapat bukti yang menyatakan program tersebut dapat meningkatkan kehadiran siswa di sekolah. Namun, dampaknya terhadap partisipasi sekolah kemungkinan akan terbatas di negara-negara yang memiliki partisipasi sekolah tinggi.

Tanggapan Pemerintah

Menanggapi itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa pemberian makan siang gratis ditujukan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan anak sekolah.

“Tujuan makanan bergizi, untuk meningkatkan pertumbuhan dan lain-lain,” ujar Airlangga saat ditemui awak media, Jumat (28/06/2024),

Baca Juga:   Kemenkeu Sebut Pemadananan NIK-NPWP Sudah Capai 99 Persen

Selain itu, kata Airlangga, pemberian makan siang untuk anak sekolah ditargetkan dapat menaikan skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia.

“Supaya targetnya PISA naik,” pungkas Airlangga.

Adapun, skor PISA Indonesia pada 2022 mencatat penurunan ke level terendah sejak tahun 2000, utamanya untuk kemampuan literasi atau membaca.

Skor membaca PISA Indonesia pada 2022 turun 12 poin menjadi 359 dari tahun 2018 yang skornya 371. Level itu adalah yang terendah sejak Indonesia mengikuti penilaian PISA pada tahun 2000.

Begitu juga skor matematika yang turun 13 poin jadi 366 dari tadinya di angka 379, terendah sejak 2002 ketika skornya 360. Untuk sains, skor PISA Indonesia pada 2022 juga turun 13 poin menjadi 383, terendah sejak 2011.

“Hasil rata-rata tahun 2022 turun dibandingkan tahun 2018 dalam bidang matematika, membaca, dan sains,” demikian dikutip dari laman OECD, Jumat (08/12/2023).

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Foto: Desain Grafis oleh SP-NTT/MARHAENIST
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Senin, 25 Agustus 2025 | 17:44 WIB
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:34 WIB
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:28 WIB
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
Minggu, 24 Agustus 2025 | 21:13 WIB
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait
Sabtu, 23 Agustus 2025 | 19:24 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Peringati HUT Kemerdekaan RI, DPC GMNI Touna dan DPK GMN Bung Tomo Manajenen Gelar Nobar Sekaligus Bedah Film bersama Masyarakat
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kabar GMNI

Gelar Dialog Interaktif, DPC GMNI Kendari Ulas Perspektif Pergerakan Perempuan di Masa Kini

Marhaenist.id, Kendari - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Polithinking

Survei Terbaru, Ganjar Terus Meroket Puncaki Elektabilitas Capres

Marhaenist - Lembaga Charta Politika Indonesia merilis survei terbaru terkait elektabilitas calon…

Infokini

Jokowi Kecam Israel Atas Pembunuhan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh

Marhaenist - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam keras pembunuhan pemimpin Hamas Ismail…

Polithinking

Ganjar: Bansos Kewajiban Negara, Tidak Boleh Diklaim Pihak Tertentu!

Marhaenist.id, Jakarta - Persoalan bantuan sosial menjadi topik menarik dalam perhelatan debat…

Polithinking

Resmikan Posko Jaga Suara, Cornelia Agatha: Jaga Suara Untuk Menangkan Pram-Doel

Marhaenist,id, Jakarta - Relawan Jaga Suara dan Kawan 98 meresmikan Posko Jaga…

Opini

Mengenang Sejarah Hari Buruh: Tantangan dan Peluang Perjuangan di Era Digital

Marhaenist.id - Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional sebagai…

Kabar GMNI

Menjelang Pilgub, Ketua DPD GMNI Jatim: Rakyat Perlu Diberi Pilihan

Marhaenist.id, Surabaya - Menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur yang akan digelar pada…

Kabar PA GMNIMarhaenis

Ahmad Yandi Khadafi: Hakim Tak Boleh Jadi Alat Kekuasaan: Wujudkan Asas Keadilan, Bebaskan Hasto!

Tangerang, Marhaenist.id - Proses hukum terhadap Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, kini…

Kabar GMNI

Dukung Kongres Persatuan, GMNI Sultra: Ini adalah Cara Terbaik untuk Mengakhiri Dualisme

Marhaenist.id, Kendari - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?