Marhaenist.id, Jakarta – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) gelar acara Halal Bi Halal dalam rangka menperkuat kesalehan sekaligus doa bersama mengenang kepergian Murdaya Widyawimarta Poo.
Acara Halal Bi Halal tersebut digelar di Sekretariat DPP PA GMNI Jl.Cikini Raya 69 Jakarta Pusat pada Sabtu (12/4/2025) dengan mengusung tema “Memperkuat Kesalehan dan Solidaritas Untuk Indonesia Raya”.
Acara ini turut dihadiri ratusan alumni GMNI dari berbagai daerah, serta tokoh-tokoh nasionalis lintas generasi dengan semangat untuk memperkuat barisan ideologis yang disiarkan secara live streaming melalui YouTube: @KabarAlumniGMNI.
Ketua Umum DPP PA GMNI Arief Hidayat dalam sambutanya, menyerukan pentingnya konsolidasi kaum nasionalis untuk mengembalikan politik ke jalan ideologis.
Menurutnya, bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan besar yang tidak kasatmata, namun sangat berbahaya yakni pergeseran nilai dan arah perjuangan.
“Dulu, musuh Bung Karno jelas penjajah, tapi musuh kita sekarang lebih sulit dikenali, karena datang dari bangsa sendiri. Rakus akan kekuasaan, sumber daya dikeruk untuk kepentingan pribadi, bukan untuk rakyat,” kata Prof. Arief sapaan akrabnya.
Ia menegaskan, dalam situasi ini, kaum nasionalis terutama yang pernah digembleng dalam nilai-nilai GMNI harus berani tampil sebagai kekuatan penyeimbang dan pengarah perubahan.
“Teman-teman GMNI tidak boleh diam. Kita harus jadi pendulum perubahan ke arah yang benar. Kita harus kembalikan politik ke jalan Pancasila, Trisakti, dan Marhaenisme,” ujarnya disambut tepuk tangan para peserta.
Selain itu, Prof Arief menggarisbawahi bahwa saat ini Indonesia sedang memasuki siklus sejarah 20 hingga 30 tahunan yang selalu diwarnai guncangan besar. Mulai dari Kemerdekaan 1945, jatuhnya Orde Lama 1966, Reformasi 1998, hingga ketidakpastian politik setelah Pemilu 2024.
“Siklus ini pasti membawa kekacauan, tetapi juga peluang lahirnya tata baru. Kalau kita tidak bersiap, kita hanya jadi korban. Tapi kalau kita punya visi, kita bisa memimpin arah baru itu,” jelasnya.
Menurutnya, PA GMNI memiliki posisi strategis untuk menjadi penjaga arah bangsa. “Bukan karena kita merasa lebih baik, tetapi karena kita punya warisan ideologis yang jelas. Kita punya basis intelektual, moral, dan jaringan alumni yang tersebar di semua lini,” tuturnya.
Adapun acara ini juga menjadi ruang mengenang almarhum Murdaya Poo, tokoh nasionalis dan pengusaha yang juga mantan Ketua Umum DPP PA GMNI. Sosok Murdaya, kata Prof Arief, menjadi bukti bahwa nasionalisme dan keberpihakan pada rakyat tidak bertentangan dengan keberhasilan di dunia usaha.
“Murdaya adalah Marhaenis sejati. Ia membuktikan bahwa menjadi konglomerat tidak berarti harus jadi kapitalis rakus. Ia gunakan kekayaannya untuk membangun banyak hal termasuk perjuangan ideologi. Semoga semangat itu kita lanjutkan,” ucap Arief.
Di akhir pidatonya, Prof Arief mengajak seluruh alumni GMNI untuk tidak terjebak dalam romantisme sejarah, melainkan menjadikan nilai-nilai ideologis sebagai panduan konkret dalam bertindak.
“Nasionalisme kita bukan nostalgia. Ini soal keberpihakan. Kita harus berani mengatakan yang benar itu benar, yang salah itu salah, meski harus melawan arus. Jangan sampai kita kehilangan Ibu Pertiwi karena kita terlalu diam. Jangan biarkan surga bernama Indonesia berubah jadi neraka karena keserakahan,” tandasnya.***
Penulis: Redakdi/Editor: Bung Wadhaar.