By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.
Opini

Dua Tujuh Juli, Peristiwa Besar Yang Dikerdilkan

Indo Marhaenist
Indo Marhaenist Diterbitkan : Sabtu, 27 Juli 2024 | 08:33 WIB
Bagikan
Waktu Baca 9 Menit
Peristiwa Kuda Tuli atau kerusuhan dan bentrokan yang terjadi di sekitar Jalan Diponegoro dan Jalan Salemba, Menteng, Sabtu (27/07/1996). KOMPAS/EDDY HASBY (ED)
Bagikan

27 Juli menjadi semakin kerdil, lewat begitu saja dan seakan tak bermakna. Yang rutin memperingatinya FKK 124 Korban anekdot Polri. Yah saya serius, itu sebuah pertunjukan besar yang amat lucu dan belum ada yang menjadikannya disertasi. Padahal bahan yang sangat bagus. Orang berdiam dalam rumahnya, di serang dengan batu dan senjata sampai banyak yang meninggal. Setelah penghuni tak berdaya, mereka pun diangkut lalu ditahan dan selanjutnya diadili dan diputuskan bersalah.

Daftar Konten
Orde Baru BubarKampus Yang GersangPenumpang Reformasi

Lucu kan? Kalau anda menganggap itu tidak lucu, maka maaf, anda sebaiknya konsultasi dengan dokter jiwa. Kelompok itulah yang mengorganisir diri menjadi FKK 124 yang kini diketuai Raya Tampubolon. Dan merekalah yang setia memperingati 27 Juli, sekalipun hanya dengan tabur bunga, lalu minum wedang jahe di pinggir jalan. Dan Ribka Ciptaning satu-satunya anggota DPR RI yang setia menemani mereka karena dia memang anggota FKK 124, yang saat ditangkap, harus membawa bayinya yang masih menyusu. Karenanya 27 Juli menjadi identik dengan FKK 124 itu. Padahal itu bukan hari mereka. Sebab sesungguhnya ada Eksponen 27 Juli yang terdiri atas berbagai komponen daerah yang mendukung Megawati dan komponen yang lebih besar menyatu dalam MARI ( Majelis RAKYAT Indonesia) yang dipimpin Prof. Dr. Muchtar Pakpahan.

Sering pulah hanya dikaitkan PDI Perjuangan, padahal 27 Juli adalah hari besar, yang berarti besar dan membawa perubahan besar bagi bangsa Indonesia. Hari Besar walaupun kini kerdil, karena, dengan itu memicu pergerakan sehingga membesar dan akhirnya menurunkan Presiden Soeharto dari tahta yang dipertahankannya selama 32 tahun.

Orde Baru Bubar

Hari besar karena merupakan puncak dari perjuangan panjang komponen pro demokrasi melawan tirani kekuasaan Orde Baru. Dan melalui itulah terjadi perubahan yang besar sekali; kekuasaan Orde Baru pimpinan Soeharto yang sangat besar dan sangat kokoh, runtuh. Bahkan komponen Orde Baru sendiri yang amat kekar tak tersentuh menjadi berantakan. Tidak hanya pada elemen luar, malahan pada lingkup internal pun. 14 orang menteri dipimpin Ginanjar Kartasasmita yang kesemuanya adalah orang yang dibesarkan dan diberi kebesaran oleh Soeharto selama bertahun-tahun, tiba-tiba kabur tanpa pamit. Dan, ini dia yang paling monumental, Harmoko, orang yang bisa menduduki berbagai posisi penting atas petunjuk bapak Presiden Soeharto, tiba-tiba dari kursinya, Ketua DPR RI yang juga bisa didudukinya tak lain karena petunjuk bapak Presiden Soeharto, tanpa sungkan sedikitpun meminta Soeharto mengundurkan diri. Maka kekuasaan Orde Baru yang sedemikian kokohnya setelah terbangun dengan apik selama 30 tahun menjadi berantakan. Mereka bubar tanpa pesta perpisahan.

Baca Juga:   Hukum sebagai Instrumen Penindasan oleh Rezim Kuasa: Studi Kasus Putusan Pidana Tom Lembong

Itulah ujung perjalanan panjang kekuasaan yang dikelola dengan sistim diktator. Itu pulah puncak dari perjuangan sulit para oposan yang memberanikan diri di bawah tekanan yang luar biasa selama puluhan tahun. “Jangan orang pikir perubahan itu tiba-tiba saja. Dan jangan berpikir Peristiwa 27 Juli itu terjadi begitu saja. Itu klimaks perjuangan panjang sejumlah putra putri bangsa yang ingin memperbaiki keadaan bangsa inii” ujar Prof Dr. Muchtar Pakpahan salah satu dedengkot asli Reformasi. Sayangnya, Muchtar Pakpahan guru besar Fak. Hukum UKI Jakarta, satu di antara segelintir orang yang memiliki keberanian luar biasa melawan Soeharto, tak pernah menikmati kue Reformasi yang diperjuangkannya.

Bukan hanya Muchtar, masih ada sejumlah pemain utama yang begitu gigih berjuang tetapi kemudian menjadi penonton hiruk pikuknya orang berebut jabatan karena Reformasi. Ada Sri Bintang Pamungkas, Adnan Buyung Nasution, Ali Sadikin, HJ. Princen, Rosa Damayanti dan beberapa tokoh yang pada zaman itu disebut orang-orang “gila”. Disebut “gila” karena berani melawan di saat mayoritas orang sedang merunduk ketakutan sekalipun menyadari terjadi kesalahan. Di zaman itu, orang setipe Muchtar Pakpahan, Sri Bintang Pamungkas, Adnan Buyung, Gus Dur, Megawati, Muchtar Lubis, adalah orang-orang yang langka. Langka karena berani di saat orang sedang ketakutan.

Kampus Yang Gersang

Begitu pun di lingkungan kampus, wilayah yang sejatinya menyuarakan kebenaran tetapi toh para penguasa kampus takluk di bawah kekuasaan Orde Baru yang memang otoriter. Kecuali beberapa yang konsisten menyuarakan kebenaran; Arbi Sanit dr UI, Arief Budiman dr UKSW Salatiga, Affan Gaffar dari UGM, Ishak Ngelyaratan di Unhas lalu kemudian Dimmyati Hartono dari Undip. Mau cari 5 orang yang berani dari setiap kampus? Ho ho……
jangan berharap.

Baca Juga:   Reformasi Polri Dimulai dengan Mencopot Sigit sebagai Kapolri

Sekarang semua orang teriak dan mengaku reformis bahkan digelari bapak reformasi, padahal di zaman itu kampus menjadi amat gersang. Bahkan mahasiswa pun hanya segelintir saja. Justru gerakan Buruh lah yang menonjol terutama melalui SBSI yang dipimpin Muchtar Pakpahan. Sebabnya karena tangan Orde Baru ibarat gurita yang menjangkau seluruh sudut kehidupan. Tak ada yang tak terjangkau.

Keadaan baru berubah setelah peristiwa 27 Juli 1996. Peristiwa yang terjadi di sekertariat PDI Jl. Diponegoro 58 itu ibarat hujan di penghujung kemarau demokrasi yang sangat panjang. Maka sesudah peristiwa itu, demokrasi yang lama di bonsai, mulai bertunas. Karenanya 27 Juli adalah peristiwa penting bagi republik ini. Sayangnya kini menjadi kerdil, setiap tahun berlalu tanpa arti. Hanya ada tabur bunga di Diponegoro 58, itupun dilakukan FKK 124. Padahal peristiwa itu bukan hanya milik FKK 124, bukan pulah hanya milik PDI Perjuangan. Karena sebelum peristiwa itu, kekuatan pro demokrasi yang selama puluhan tahun hanya tertati-tati, mulai menggelembung. Wujudnya , Muchtar Pakpahan berhasil menghimpun 34 elemen menjadi MARI ( Majelis RAKYAT Indonesia), lembaga yang aktif melakukan mimbar bebas di Diponegoro.

Jadi itu ibarat tungku tempat memanaskan Reformasi. Tetapi kini menjadi biasa-biasa saja. Bahkan di kalangan PDI Perjuangan saja sekarang menjadi sayup-sayup saja. Malahan memunculkan anekdot. Suatu saat seorang anggota DPR RI dari PDI Perjuangan bertanya kepada dr. Ribka Ciptaning. “Mbak, apa sih dua tujuh Juli itu? “.

Penumpang Reformasi

Sungguh menyedihkan. Padahal kalau 27 Juli tidak terjadi, yang bersangkutan tidak mungkin duduk di Senayan, karena sebelumnya yang bisa masuk Senayan hanyalah orang-orang tertentu, orang yang dipoles dan dipelihara untuk menjaga kelanggengan kekuasan. Yah, orang seperti Harmoko lah, orang-orang kepercayaan Soeharto. Itulah sebabnya DPR di masa Orde Baru di kenal sebagai tukang stempel, alat untuk melegitimasi kemauan pemerintah.

Baca Juga:   Mengapa Harus #AdiliJokowi? Analisis Dampak Kebijakan dan Pengelolaan Anggaran yang Menyebabkan Kesengsaraan Rakyat

Karenanya aneh seorang anggota DPR, dari PDI Perjuangan pulah, tidak tahu peristiwa 27 Juli. Padahal, sekali lagi jika tanpa perubahan, ia mustahil bisa duduk di DPR. Sama dengan Joko Widodo, jika tidak terjadi peristiwa 27 Juli, mustahil lah dia menjadi presiden. Maka Jokowi adalah salah satu warga negara yang paling diuntungkan dengan Reformasi. Tetapi bicara Reformasi jangan lalu berasosiasi tentang Amin Rais karena dia juga hanyalah satu di antara ribuan penumpang Reformasi. Buktinya sampai peristiwa 27 Juli nama dia belum muncul. Jadi maaf, Amin Rais hanyalah tipe yang terampil membaca momentum, karena walaupun dia orang kampus, jelas tidak bisa disandingkan dengan Arbi Sanit yang konsisten sebagai ilmuwan terus menyuarakan kebenaran tanpa terpengaruh cuaca. Jadi sangat jelas, dia adalah satu di antara ribuan orang yang diuntungkan Reformasi dan reformasi itu tungku besarnya di Diponegoro 58 yang meledak 27 Juli.

Sama dengan Jokowi, bahkan Jokowi orang yang lebih beruntung lagi, menjadi presiden tanpa pernah repot mengurus partai. Dan kini, Gibran anaknya pun sedang menyiapkan jas untuk pelantikan Wakil Presiden tanpa pernah repot mengurus organisasi. Hmmm…… kekuasaan memang nikmat, makanya orang berebut. Beda jauh di saat perjuangan, teramat berat mengajak orang. Karenanya kata Muchtar Pakpahan, orang yang berjuang hanyalah orang yang berani “bunuh diri kelas”.


Oleh : Yakobus Kamarlo Mayong Padang 

iRadio
Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
Rabu, 26 November 2025 | 23:43 WIB
Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
Rabu, 26 November 2025 | 12:29 WIB
Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
Senin, 24 November 2025 | 11:18 WIB
Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
Minggu, 23 November 2025 | 07:46 WIB
Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan
Sabtu, 22 November 2025 | 22:03 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Masa Jabatan Legislatif Tanpa Ujung: Celah yang Mengancam Alam Demokrasi
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi

Lainnya Dari Marhaenist

GMNI Jaktim Gelar Diskusi Pentingnya GMNI bagi Gen-Z

Marhaenist.id, Jaktim - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Pentingnya Keterwakilan Unsur Mahasiswa Didalam Satgas PPKS Unpam

 Marhaenist.id - Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) menurut…

Netral, DPC PA GMNI Solo Larang Anggota Hadiri Deklarasi Dukungan Capres-Cawapres

Marhaenist - Ketua DPC Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)…

Dialektika

Marhaenist - Maka itu, hukum-hukum dialektika diabstraksikan dari sejarah alam dan masyarakat…

Soal Ojol, Pemerintah Jadi Budak Korporasi

Marhaenist - Para pengemudi ojek online (Ojol) akhir akhir ini melakukan unjuk…

Inilah Pesawat Pertama Bermesin Pertama yang Asli Dibuat Oleh Indonesia

Marhaenist.id - Pesawat pertama bermesin pertama yang asli dibuat oleh Indonesia mengudara…

GMNI Situbondo Tolak Pemberian Gelar Pahlawan Nasional Kepada Soeharto

Marhaenist.id, Situbondo - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Indonesia Darurat Part 2, 100 Hari Kerja = 1000 Masalah

Marhaenist.id - Negara Indonesia telah melewati hari ke 100 dalam naungan pemerintahan…

Babay Farid Wajdi Jadi Tersangka, Petisi Brawijaya Jakarta Sebut Inilah Moment Tepat Pramono Anung Bersih-Bersih Bank DKI

Marhaenist, Jakarta - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jakarta Petisi Brawijaya Nasional (PBN)…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar Alumni GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

🎧 Online Radio

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Ikuti Kami
Merdeka!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?