Marhaenist.id – Sukarno itu Marxis sejati tetapi bukanlah komunis sama sekali, karena beliau hanya cinta sama metode berpikirnya saja karena tajam. Beliau hanya cinta kepada pisau anilisisnya Marx saja. Lalu kita mengenalnya dengan historis materiallisme.
Marx dan Soekarno dalam konteks cita-cita negara seperti minyak dan air, tak bisa disatukan. Kenapa? Karena memang jauh beda. Marx menggunakan historis materialisme untuk mengantitesa kapitalisme, sedangkan Soekarno menggunakan historis materialisme untuk mengantitesa kolonialisme/imperialisme.
Karena antitesanya berbeda maka wajar jika sintesanya berbeda. Marx menawarkan komunisme, Soekarno menawarkan marhaenisme. Marx menawarkan pertentangan kelas dalam melaksanakan revolusi, sedangkan Soekarno menawarkan gotong royong.
Jadi clear.. Marhanenisme memang benar adalah marxisme yang diterapkan di Indonesia… Apa itu? Hanya metode berpikirnya saja! Soekarno hanya meminjam historis materialismenya Marx untuk membedah penindasan di Indonesia. Dan hasilnya bukan komunisme, tetapi Marhaenisme yang kelak disempurnakan menjadi PANCASILA.
Merdeka! GMNI Jaya! Marhaen Menang!
Penulis: Donny Tri Istiqomah, Alumni GMNI.