By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Menolak Gelar Pahlawan Nasional bagi Soeharto adalah Kewajiban Ideologis bagi Marhaenis
Tirani yang Tersenyum dalam Bayang Kiamat Epistemik: Evolusi Kekuasaan dari Orwellian ke Huxleyian – Part I
Jika atas Dasar Cinta, Permata Indonesia Tantang Walikota Kendari Permanenkan Penghentian Proyek KOPPERSON di Tapak Kuda
Layangkan Penyataan Sikap Ke Pemerintah, GMNI Se-Indonesia Tolak Pemberian Gelar Pahlawan Kepada Suharto
DPC PA GMNI Bengkalis Ucapkan Selamat atas Terselenggaranya Konfercab Ke- I GMNI Bengkalis

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Aksi Protes Peternak Buang Susu: Quo Vadis Kedaulatan Nasional

Marhaenist Indonesia
Marhaenist Indonesia Diterbitkan : Rabu, 13 November 2024 | 16:30 WIB
Bagikan
Waktu Baca 4 Menit
Aksi Mandi Susu di Boyolali, Jawa Tengah (9/11/2024). (Sumber Foto: Kumparan)/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Merlihat aksi demonstratif peternak susu di Boyolali yang membuang susu sapi hasil ternak mereka sungguh sangat memprihatinkan. Sementara solusi yang ditawarkan pemerintah juga tidak memberikan jaminan atas perbaikan masa depan nasib peternak secara fundamental dan berkelanjutan.

Mereka hanya diberikan janji oleh pemerintah bahwa para importir susu akan diwajibkan untuk menampung hasil susu peternak lokal dengan ancaman akan dicabut izin importnya jika tidak dijalankan. Tidak ada solusi fundamental yang diberikan oleh pemerintah.

Dalam tata niaga persusuan nasional kita selama ini, peternak rakyat jelas dalam kedudukan sangat lemah. Mereka bukan hanya menjadi bulan bulanan pabrikasi penampung hasil susu mereka, tapi juga korban importir susu yang mendapatkan privelege kuota import dari pemerintah.

Perusahaan pengolahan susu itu dapat semena mena menentukan menolak atau menerima setoran susu peternak rakyat. Apakah dengan alasan standard kualitas ataupun daya tampung yang dibuat buat. Sementara importir susu juga dapat setiap saat menekan harga susu peternak dengan menambah kuota import.

Dalam posisi di atas, peternak rakyat tentu hanya jadi bulan bulanan pemilik pabrik pengolahan dan pemasar serta importir susu. Sebabnya karena peternak tidak memiliki kuasa terhadap keputusan apapun dari pabrik pengolahan dan pemasar dan juga lobby terhadap pemerintah sebagai pemegang kuasa kuota import. Nasib peternak sangat bergantung pada kebaikan hati pemilik pabrik pengolahan dan pemasar dan kebijakan pemerintah. Padahal pebisnis kita hanya punya satu tanggungjawab ; mengejar keuntungan.

Di berbagai negara yang industri persusuanya maju seperti New Zeland, Swiss dan bahkan Canada sebagaimana saya lihat sendiri, para peternak itu mereka hanya fokus produksi. Peternak rakyat itu tidak dihargai setoran susunya dari harga pasaran. Tapi diberikan bagian keuntungan dari hasil perusahaan pengolah dan pemasar, dari bisnis hulu hingga hilir secara fair dan transparan.

Baca Juga:   Sudah Sejahterakah Buruh Hari Ini? Telaah Kritis Melalui Perspektif Marxis

Seperti di New Zeland justru lebih hebat lagi. Peternak susu itu bergabung dalam satu koperasi susu yang bernama Koperasi Susu “Fonterra” ( Diary Cooperative).Tugas dari koperasi susu Fonterra tak hanya memproses dan memasarkan, tapi juga memberikan layanan berupa penyediaan dana untuk rencana anggota koperasi lakukan ekspansi jumlah ternak sapi mereka, menyelenggarakan aktifitas pendidikan dan pelatihan, penanganan kesehatan sapi, dan bahkan hingga riset dan pengembangan.

Peternak tidak dihargai hasil panenan susunya di tingkat kandang (on farm), tapi mereka mendapat keuntungan dari bisnis pendukungnya (off farm) setelah susu diolah dan dipasarkan oleh koperasi. Keuntungan dibagi sepenuhnya sesuai dengan kapasitas volume partisipasi setoran susu mereka.

Keuntungan dari koperasi selain dibagikan kepada peternak anggotanya, juga dipotong dana cadangan untuk memupuk modal dan kembangkan layanan lanjutan. Bahkan mereka alokasikan dana khusus untuk mendukung aktifitas sosial bagi masyarakat.

Peternak anggota koperasi susu itu mereka mendudukan perwakilan langsung di koperasi susu sebagai Board Of Director ( Dewan Pengurus) dalam sebuah pemilihan demokratis di tingkat Rapat Umum (General Assembly). Dewan Pengurus koperasi mengangkat manajer profesional yang bekerja dan bertanggungjawab terhadap mereka.

Dipandu oleh para manajer profesional koperasi susu dari tamatan kampus terbaik, Dewan Pengurus memutuskan kebijakan terbaik untuk peternak anggota koperasi susu. Lalu manajer profesional mengeksekusi kebijakan umum yang disusun tersebut dan melaporkanya kepada Dewan Pengurus.

Koperasi Fonttera saat ini kuasai pangsa pasar susu dunia hingga 35 persen. Dari 10.500 peternak anggota koperasi susu mereka per orang memiliki sapi perah rata rata 3.500 ekor sapi. Menjadi perusahaan besar penerima penghargaan sebagai perusahaan berbasis kepemilikan rakyat ( people-based enterprise) yang kuasai bisnis susu dari hulu hingga hilir.

Baca Juga:   Soal Ojol, Pemerintah Jadi Budak Korporasi

Pemerintah jika memang serius untuk memperbaiki nasib peternak maka hal fundamenfal yang harus dilakukan adalah memperkuat peternak rakyat melalui koperasi. Jika hanya berikan janji dan regulasi sekelas Perppres maka akan tetap sama, jadi macan kertas yang tak berguna.


Penulis: Suroto, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis(AKSES) dan CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR).

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Menolak Gelar Pahlawan Nasional bagi Soeharto adalah Kewajiban Ideologis bagi Marhaenis
Jumat, 7 November 2025 | 13:59 WIB
Tirani yang Tersenyum dalam Bayang Kiamat Epistemik: Evolusi Kekuasaan dari Orwellian ke Huxleyian – Part I
Kamis, 6 November 2025 | 04:39 WIB
Jika atas Dasar Cinta, Permata Indonesia Tantang Walikota Kendari Permanenkan Penghentian Proyek KOPPERSON di Tapak Kuda
Kamis, 6 November 2025 | 03:35 WIB
Layangkan Penyataan Sikap Ke Pemerintah, GMNI Se-Indonesia Tolak Pemberian Gelar Pahlawan Kepada Suharto
Rabu, 5 November 2025 | 22:05 WIB
DPC PA GMNI Bengkalis Ucapkan Selamat atas Terselenggaranya Konfercab Ke- I GMNI Bengkalis
Rabu, 5 November 2025 | 17:43 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Menteri ATR/BPN Temui Warga Kebon Sayur Setelah Didesak Massa Aksi untuk Tuntaskan Konflik Sengketa Lahan 
Kabar GMNI Marhaenis
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kabar GMNI

Kader GMNI Jombang Inisiasi Program Krupuk Ikan Jendhil

Marhaenist.id - Cepu, Blora - Dalam rangka melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)…

Kabar GMNI

Manifesto Politik Konsolidasi Nasional GMNI 2025 di Blitar

"SATU GMNI SATU PERJUANGAN, MARHAENISME SEBAGAI KEKUATAN NASIONAL" Salam Marhaen, Merdeka! Kami,…

Opini

Tanimbar Membutukan Pemimpin yang Visioner untuk Menjawab Masalah Publik

Marhaenist.id - Kontestasi pemilihan kepala daerah 2024 yang dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan…

Kabar GMNI

Tebar Kebaikan di Bulan Ramadhan, GMNI dan Dirintelkam Polda Riau Kolaborasi Berbagi Paket Sembako ke Panti Asuhan

Marhaenist.id, Pekanbaru - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Manifesto

Tan Malaka, Dari Ir. Soekarno Sampai ke Presiden Soekarno

Marhaenist - Pengaruh Soekarno pada sejarah Indonesia besar sekali, tidak mungkin orang…

Foto: Gibran memperagakan diri sedang mencari jawaban Mahfud di debat Pilpres 2024/Marhaenist.id.
Polithinking

TPN Ganjar Sebut Gibran Tidak Layak Bertarung di Pilpres

Marhaenist.id, Jakarta - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo - Mahfud MD…

Opini

Menimbang Arah Indonesia dari Cermin Sejarah

Marhaenist.id - “Sejarah berulang,” begitulah teori klasik yang mengonfirmasi bacaan kita tentang…

IndonesianaOpini

Pati Efek dan Demokrasi Kekuasaan Negara

Marhaenist.id - Siapaka sangka hari ini kita telah melihat secara langsung maupun…

Belajar KoperasiOpini

Pajak untuk Keadilan

Marhaenist.id - Perdebatan soal kenaikan tarif PPN dari 11 persen menjadi 12 persen…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?