Marhaenist.id – Dalam buku “Dibawah Bendera Revolusi” karya Soekarno, terdapat penggalan informasi yang menggambarkan dilema apakah serekat (serikat) sekerja boleh berpolitik atau tidak. Namun, dalam konteks perkembangan gerakan buruh dewasa ini di Indonesia, terlihat bahwa peran politik dalam gerakan buruh menjadi semakin penting dalam mencapai perubahan sosial yang diinginkan.
Gerakan buruh dewasa ini tidak lagi terfokus pada tuntutan perbaikan kondisi kerja semata, seperti kenaikan gaji dan peningkatan jam kerja yang lebih manusiawi.
Namun, gerakan buruh kini juga menuntut perubahan struktural dalam sistem ekonomi dan sosial. Mereka mendorong adanya perlindungan bagi pekerja, penghapusan ketidakadilan, dan redistribusi kekayaan yang lebih merata.
Sebagai contoh aktual, dalam peringatan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2024, ribuan buruh di berbagai daerah di Indonesia akan melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut hak-hak mereka (Bisa dilihat https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/04/30/peringatan-hari-buruh-sedunia-masih-akan-diwarnai-aksi-unjuk-rasa).
Mereka tidak hanya meminta peningkatan upah, tetapi juga memperjuangkan kesetaraan gender, penghapusan kontrak kerja yang tidak adil, dan perlindungan buruh migran.
Tidak hanya itu, gerakan buruh dewasa ini juga semakin sadar akan pentingnya memperkuat kehadiran politik mereka. Mereka menyadari bahwa dengan terlibat dalam politik, baik melalui partai politik maupun organisasi-organisasi politik pekerja, mereka dapat membuka jalan menuju perubahan sistemik yang lebih besar. Hal ini juga disampaikan oleh tokoh-tokoh terkemuka, seperti buruh aktivis Dita Indah Sari, yang pernah mengatakan, “Politik adalah jalur untuk mengubah nasib buruh.”
Dalam mengejar perubahan sosial ini, gerakan buruh mengambil contoh dari negara-negara lain yang berhasil mengamankan hak-hak buruh melalui partisipasi politik yang kuat. Misalnya, di negara-negara Skandinavia, buruh memiliki peran yang signifikan dalam pembuatan kebijakan dan menduduki posisi penting di pemerintahan. Hal ini tercermin dari kebijakan negara yang progresif dalam memastikan kesejahteraan dan perlindungan pekerja.
Dalam konteks Indonesia, upaya untuk memperkuat peran politik dalam gerakan buruh telah dilakukan oleh beberapa organisasi seperti Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI). Mereka berjuang untuk mengamankan kepentingan pekerja melalui partisipasi politik mereka, baik melalui ajang pemilihan umum maupun melalui advokasi kebijakan.
Namun, tantangan yang dihadapi gerakan buruh dalam memperkuat kehadiran politik mereka tetap signifikan. Dalam lingkungan politik yang kompleks dan sering kali dipenuhi oleh kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan, dibutuhkan upaya yang berkelanjutan untuk memajukan agenda buruh.
Peningkatan kesadaran dan partisipasi anggota buruh, penguatan solidaritas antar serikat pekerja, serta advokasi kebijakan yang efektif akan menjadi bagian penting dari strategi gerakan buruh menuju perubahan sosial yang lebih adil.
Dalam menyikapi permasalahan ini, pihak terkait, termasuk organisasi buruh, akademisi, serta pemerintah, perlu bekerja sama untuk mencari solusi yang efektif. Penelitian yang lebih mendalam dan diskusi publik yang melibatkan berbagai pihak dapat membantu mendorong perubahan kebijakan yang mendukung peran politik yang kuat bagi gerakan buruh.
Dalam melakukan transformasi sosial, bukanlah hal yang aneh jika gerakan buruh merangkul politik sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka. Tuntutan perubahan struktural dalam sistem ekonomi dan sosial membutuhkan kerangka kerja yang lebih luas, yang hanya dapat dicapai melalui pengaruh politik yang kuat. Dalam konteks ini, peran politik dalam gerakan buruh menjadi penting dalam memperjuangkan keadilan sosial dan kesetaraan.
Namun, penting untuk mempertimbangkan bahwa partisipasi politik tidak boleh semata-mata menjadi tujuan akhir gerakan buruh. Gerakan buruh juga harus tetap berfokus pada perjuangan langsung untuk meningkatkan kondisi pekerjaan, memperbaiki perlindungan pekerja, dan memastikan keadilan dalam sistem ekonomi. Melalui kombinasi strategi politik dan aksi langsung, gerakan buruh dapat mencapai perubahan nyata di berbagai tingkatan.
Sebagai kesimpulan, dalam peringatan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2024, penting untuk mengakui peran politik yang semakin kuat dalam gerakan buruh saat ini. Gerakan buruh tidak hanya berjuang untuk tuntutan perbaikan langsung, tetapi juga untuk perubahan sosial yang lebih besar.
Dalam menghadapi tantangan yang ada, koordinasi, kerja sama, dan advokasi yang efektif merupakan kunci untuk mencapai tujuan bersama. Dengan membangun keseimbangan antara perjuangan langsung dan partisipasi politik, gerakan buruh dapat mengambil peran yang berpengaruh dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Referensi:
– Soekarno. (1964). Dibawah Bendera Revolusi: Jilid 1 Cetakan Ketiga. Jakarta, 1 Januari 1964: Panitia Penerbit “Dibawah Bendera Revolusi”
– https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/04/30/peringatan-hari-buruh-sedunia-masih-akan-diwarnai-aksi-unjuk-rasa.***
Penulis: Sugeng Sjamsuri, Alumni GMNI Manado.