By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Jenderal A.H. Nasution, Sang Prajurit Idealistis yang Menolak Jadi Presiden Meski Punya Peluang Besar
Terpilih dalam Konfercab V, Aji Darmawan-Diman Safaat Resmi Pimpin DPC GMNI Kendari Periode 2025–2027
GMNI Balikpapan Jadi Rumah Ideologis, Tiga Ketua DPP GMNI Siap Hadir di KTD 2025
PA GMNI Jakarta Raya Desak Pemprov DKI Koreksi Arah Pembangunan Ekonomi Ibukota yang Dikuasai Kapitalisme Global
6 Buku untuk Memahami Mengapa Gelar Pahlawan Nasional bagi Soeharto Harus Ditolak

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

SPMB 2025 di Banten: Ketika Pendidikan Jadi Kantor Pos Wakil Rakyat

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Minggu, 29 Juni 2025 | 20:48 WIB
Bagikan
Waktu Baca 4 Menit
Foto: Khairul Anwar, Masyarakat sipil Banten dan Kader GMNI/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Di tengah hiruk-pikuk Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (SPMB) 2025 yang menyedot perhatian publik dengan sejuta harapan dan ketegangan, Provinsi Banten justru mempersembahkan satu episode drama yang tak kalah menarik dari sinetron jam tayang utama.

Bukan soal nilai rapor yang tak kunjung adil, bukan pula tentang zonasi yang membuat warga mendadak pindah domisili, melainkan tentang secarik memo sakti bertanda tangan seorang pejabat, lengkap dengan kop surat, stempel basah, dan tentu—kekuatan jaringan kekuasaan.

Memo itu datang dari Wakil Ketua DPRD Banten, Budi Prajogo. Sepintas, kalimatnya terdengar manis: “Perihal: Mohon dibantu dan ditindaklanjuti.”

Kalau dibaca tanpa konteks, mungkin dikira bantuan logistik untuk korban bencana. Tapi jangan salah, memo itu bukan menyoal bantuan sosial—melainkan titipan calon siswa untuk masuk ke salah satu SMA negeri favorit di Kota Cilegon.

Bayangkan, anak-anak bersaing lewat nilai, portofolio, dan harapan, sementara di sudut meja kepala sekolah, bersandar memo sakti dari gedung dewan. Ini bukan lagi “pintu belakang”, tapi sudah seperti jalan tol bebas hambatan bagi yang punya akses kekuasaan.

Ketika Kekuasaan Masuk ke Ruang Kelas

Dunia pendidikan tidak seharusnya menjadi ruang bagi intervensi politik. Ketika seorang pejabat publik menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi proses seleksi siswa di sekolah negeri, maka itu adalah bentuk penyalahgunaan kekuasaan, sekaligus pelanggaran terhadap prinsip keadilan dan transparansi. Seharusnya, setiap anak bangsa memiliki peluang yang sama untuk mengakses pendidikan berkualitas tanpa harus bersaing dengan “akses istimewa” yang hanya dimiliki oleh segelintir orang dekat kekuasaan.

Jika lembaga legislatif yang seharusnya menjadi pengawas kebijakan publik justru ikut bermain dalam ranah teknis seleksi siswa, maka kita patut bertanya: ini wakil rakyat atau wakil keluarga?

Baca Juga:   Jelang Pemilu, Apa saja Isu yang Fokus Disuarakan Caleg Perempuan Sulbar Sebagai Wujud dari Afirmasi Keterwakilan Perempuan?

Pendidikan: Bukan Arena Titipan

Praktik semacam ini bukan hal baru di Banten maupun daerah lain, tetapi semakin vulgar ketika dilakukan secara formal—melalui surat, stempel, dan kartu nama. Ketika seorang pejabat merasa wajar menitipkan anak atau kerabatnya melalui jalur tidak resmi, maka kita sedang menyaksikan kematian moralitas politik dalam dunia pendidikan.

Sungguh ironis, di saat anak-anak diajarkan pentingnya kejujuran dan kompetensi, mereka justru melihat bagaimana “surat sakti” bisa mengalahkan nilai dan perjuangan. Bukankah ini semacam pelajaran kehidupan dari sistem yang gagal: nilai bisa dicapai, tapi relasi lebih utama?

Tapi jangan salah, mungkin ini bagian dari kurikulum tersembunyi.

Kurikulum “Surat Sakti 4.0” — di mana siswa belajar bahwa politik lebih kuat dari matematika, dan relasi lebih penting dari prestasi. Sebuah pendidikan karakter versi negara tropis: licin, hangat, dan penuh jebakan etika.

Jika pendidikan adalah fondasi peradaban, maka praktik titipan ini adalah rayap yang menggerogoti dari dalam. Jika dibiarkan, bukan hanya sistem pendidikan yang roboh — tapi juga kepercayaan publik terhadap proses, institusi, dan harapan akan keadilan.

Jika pendidikan adalah fondasi utama peradaban, maka praktik titipan ini adalah rayap-rayap kekuasaan yang diam-diam menggerogoti pondasinya. Kita boleh bangga membangun ribuan gedung sekolah, tapi apa gunanya jika kejujuran luluh lantak di dalamnya?

Jika praktik semacam ini dibiarkan, yang runtuh bukan hanya sistem seleksi, tapi juga kepercayaan publik terhadap pendidikan itu sendiri. Dan ketika kepercayaan itu hilang, kita tak lagi bicara tentang kegagalan administratif, tapi tentang kebangkrutan moral sebagai bangsa.

Karena sejatinya, yang membuat suatu bangsa besar bukanlah jumlah sekolah yang dibangun, melainkan kejujuran yang diajarkan dan diteladankan didalamnya.***

Baca Juga:   Pilkada 2024: Kesadaran Politik Pemilih Muda 

Penulis: Khairul Anwar, Masyarakat Sipil Banten dan Kader GMNI.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Jenderal A.H. Nasution, Sang Prajurit Idealistis yang Menolak Jadi Presiden Meski Punya Peluang Besar
Senin, 10 November 2025 | 04:08 WIB
Terpilih dalam Konfercab V, Aji Darmawan-Diman Safaat Resmi Pimpin DPC GMNI Kendari Periode 2025–2027
Minggu, 9 November 2025 | 23:16 WIB
GMNI Balikpapan Jadi Rumah Ideologis, Tiga Ketua DPP GMNI Siap Hadir di KTD 2025
Minggu, 9 November 2025 | 22:50 WIB
PA GMNI Jakarta Raya Desak Pemprov DKI Koreksi Arah Pembangunan Ekonomi Ibukota yang Dikuasai Kapitalisme Global
Minggu, 9 November 2025 | 22:41 WIB
Foto: Dhiva Trenadi Pramudia, Institut Marhaenisme 27/MARHAENIST.
6 Buku untuk Memahami Mengapa Gelar Pahlawan Nasional bagi Soeharto Harus Ditolak
Minggu, 9 November 2025 | 21:24 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
GMNI Berduka, Senior GMNI Antasari Azhar Telah Berpulang Kepada Sang Khalik
Kabar PA GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kabar GMNI

Peringati Dies Natalis Ke 70, DPK GMNI STAI YPIQ Baubau Gelar Diskusi Publik dalam Menyambut PILKADA Serentak 2024

Marhaenist.id, Baubau - Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Kabar PA GMNI

Jadi Pembicara Diskusi yang Digelar PA GMNI Jakarta Raya, Soni Sumarsono: Kota Global Harus Punya Ideologi Keadilan Sosial

Marhaenist.id, Jakarta - Penjabat Gubernur DKI Jakarta periode 2016–2017, Soni Sumarsono, menegaskan…

Opini

Supremasi Hukum: Jangan Jadikan Hukum Positif Indonesia Sebagai Instrumen Politik Praktis

Marhaenist.id - Mengutip dari halaman website resmi Mahkamah Konstitusi Indonesia menjelaskan bahwa…

Sukarnoisme

Menelisik Kunjungan Bung Karno ke AS 16 Mei 1956

Marhaenist.id - Bung Karno tiba di Washington dengan menggunakan pesawat pribadi Presiden…

Opini

Jelang Pemilu, Apa saja Isu yang Fokus Disuarakan Caleg Perempuan Sulbar Sebagai Wujud dari Afirmasi Keterwakilan Perempuan?

Marhaenist.id - Bagaimana caleg-caleg kita menyuarakan dan membawa misi peyekesaian masalah yang…

Polithinking

Puluhan Aktivis Geruduk Ganjar, Dinilai Paling Paham Aspirasi Perempuan

Marhaenist.id, Jakarta - Puluhan aktivis perempuan menggeruduk Ganjar Pranowo untuk memberikan dukungan…

Kabar GMNI

Terus Kembangkan Potensi Diri, Pesan Bupati Purworejo Untuk GMNI

Marhaenist - Dewan Pengurus Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Purworejo…

Kabar PA GMNI

Maret 2025, PA GMNI Berduka: 3 Kadernya Telah Pergi

Marhaenist.id - Di Bulan Maret 2025, Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional…

Opini

GMNI dan Seolah-Olah Berkuasa

Marhaenist.id - GMNI dari tahun 1953 sampai 2024 kini, telah melahirkan sejumlah…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Merdeka!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?