By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Resensi Ekologi Marx – John Belammy Foster
PB Jakarta Bangun Koperasi ‘Bottom Up’
Kisruh Koperasi dan MRT Bikin Iklim Usaha Buruk,  Ketua PB Jakarta Apresiasi Kebijakan Pramono Anung
Resensi Buku Karl Popper: Logika Penemuan Ilmiah
Kenapa Harus Adili Jokowi?

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Belajar Koperasi

Koperasi dan Era Anthropocene: Menjawab dengan Praktik atas Krisis Kemanusiaan dan Lingkungan

Marhaenist Indonesia
Marhaenist Indonesia Diterbitkan : Kamis, 21 November 2024 | 14:51 WIB
Bagikan
Waktu Baca 10 Menit
Ilustrasi Koperasi dan Digital.
Bagikan
iRadio

Seri Belajar Koperasi #1

Marhaenist – Praktik sistem kapitalisme industri yang berkembang di abad ke-17 telah menciptakan ancaman serius terhadap keberlangsungan planet bumi dan isinya. Sistem kapitalisme industri yang ditandai dengan berlakunya sistem pasar bebas, motif pengejaran keuntungan dan akumulasi kekayaan dan pola produksi skala massal berbasis mesin telah ciptakan krisis kemanusiaan dan sekaligus lingkungan. Era baru ini disebut sebagai era antropocene, jaman yang ditandai dengan semakin meningkatnya degradasi kemanusiaan dan lingkungan secara drastis atas perangai segelintir manusia serakah, para kapitalis industri.

Koperasi, sebagai sebuah gerakan perlawanan serius terhadap sistem kapitalisme sesungguhnya telah dimulai sejak pertengahan abad ke-18. Setidaknya hal ini ditandai dengan dideklarasikanya organisasi koperasi oleh 28 orang buruh di kota Rochdale, Inggris tahun 1844 yang dimanifestasikan sebagai gerakan lawan tanding secara fundamental terhadap bekerjanya sistem kapitalisme. Gerakan Pioner Rochdale atau The Equitable Society of Pionners of Rochdale tersebut melawan sistem kapitalisme dalam praktik dan mengoposisi langsung jantung aktifitas pergerakan sistem kapitalisme itu sendiri, yaitu perusahaan kapitalis.

Para pioner koperasi itu membangun sebuah perusahaan yang sama dengan yang dibuat oleh para kapitalis, namun dengan dasar fiosofi, cara dan tujuan yang berbeda. Koperasi adalah gerakan nyata yang sangat penting untuk melawan kapitalisme karena bekerja secara realistis menjawab kebutuhan hidup sehari hari manusia, namun dengan dasar ideologi yang jelas untuk menghentikan keserakahan manusia itu sendiri dengan kembangkan konsep dan nilai nilai penting seperti keadilan, kesetaraan, solidaritas, dan nilai nilai ethis seperti kejujuran dan kepedulian dan lain sebagainya.

Jika perusahaan kapitalis itu dibangun dengan dasar filosofi bahwa modal adalah sebagai alat penentu Keputusan perusahaan (capital-based enterprise), maka koperasi tempatkan manusia secara setara sebagai penentu keputusan (people-based enterprise) di perusahaan. Di koperasi, manusia dianggap sebagai yang supreme, yang utama dan kepemilikan modal finansialnya tidak dijadikan sebagai alat penentu namun hanya sebagai alat bantu untuk mencapai manfaat bersama dan kesejahteraan bersama.

Jika perusahaan kapitalis itu bertujuan untuk semata mengejar keuntungan bagi pemilik modal (shareholder), koperasi ditujukan untuk mengejar manfaat kebaikan bersama yang hasilnya dibagi secara adil bagi semua pihak (stakeholder). Tidak hanya untuk mereka yang menanam modal, namun juga mereka yang bekerja di dalamnya dan bahkan konsumenya. Jika korporat kapitalis itu dikembangkan secara autokratif, dimana setiap Keputusan itu ditentukan oleh para penanam modal finansial (investor), maka koperasi segala keputusanya dibuat secara setara bagi setiap orang yang terlibat di koperasi.

Baca Juga:   Inspirasi Juang Makmurkan Marhaen Indonesia: Terapkan Pajak Harta Bukan Naikkan PPN

Kita tahu, koperasi dengan demikian sesungguhnya adalah telah menjadi usaha untuk ciptakan penghormatan atas harkat dan martabat manusia yang setara. Tak hanya itu, sesungguhnya apa yang menjadi jantung dari krisis ekologi itu sendiri sesungguhnya adalah karena motif manusia mengekploitasi manusia lain dengan instrumen supremasi kepemilikan modalnya sebagai dasar penentu Keputusan perusahaan. Sehingga motif pengejaran keuntungan dan akumulasi kekayaan yang ditimbulkan oleh pelayanan atas keserakahan segelintir manusia kapitalis itulah yang akhirnya telah menghegemoni dunia dan ciptakan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang kita rasakan saat ini.

Untuk itu, demi mereduksi segala bentuk eksploitasi kemanusiaan dan kerusakan lingkungan tersebut, maka koperasi peranannya menjadi sangat penting. Sebab dasar keputusan perusahaan yang menyangkut soal nasib hidup manusia lain dan juga pemanfaatan sumberdaya alam itu seharusnya berada dalam kontrol bersama dalam basis pengejaran kebaikan umum (bonum commune), bukan didasarkan pada kepentingan segelintir orang pemodal perusahaan yang egois dan serakah.

Gerakan koperasi hari ini telah menjadi gerakan masyarakat yang meluas. Menurut laporan organisasi gerakan koperasi dunia, International Cooperative Alliance (ICA) saat ini setidaknya ada 1,3 milyard pemilik koperasi yang bergabung di kurang lebih 3 juta koperasi. Beroperasi di lebih dari 100 negara, dan bergerak di seluruh sektor sosial ekonomi. Dari pelayanan kebutuhan sehari hari seperti minimarket dan supermarket, layanan keuangan dan asuransi dan bahkan layanan sosial seperti pendidikan, Kesehatan, layanan listrik, dan lain sebagainya. Kekuatanya sebagai sebuah gerakan tidak hanya telah nyata mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, namun juga telah diakui dunia. Setidaknya UNESCO telah mengakui koperasi sebagai warisan bukan benda (intangible heritage) dan bahkan pada tahun 2025 atau tahun depan, telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai tahun koperasi Internasional.

Dalam konteks perananya untuk atasi krisis kemanusiaan, koperasi secara inheren telah mempraktikkan apa yang disebut dengan upaya ciptakan perkembangan ekonomi yang adil di dalam sistem kerjanya. Sebagai misal adalah dengan diterapkanya sistem pembagian keuntungan usahanya dengan dasar bukan hanya atas dasar kepemilikan modalnya namun dengan dasar partisipasi aktif anggotanya dalam layanan koperasi dengan konsep Divvy. Dimana dari praktik inilah koperasi telah secara nyata mampu atasi kesenjangan sosial ekonomi di dalam masyarakat.

Baca Juga:   Cara Melawan Kapitalisme (2): Sang Karyawan Hemat

Pemerataan pendapatan dan juga penguasaan kekayaan yang diciptakan koperasi setidaknya telah membuat setiap orang itu menjadi memiliki kemungkinan untuk mendorong kreatifitas lebih baik dari masyarakat anggotanya. Selain penting dalam membangun kesadaran masyarakat tentang arti penting perbaikan lingkungan dan juga masa depan hidup dan bumi yang berkelanjutan. Setidaknya hal ini dapat saya rasakan dan lihat sendiri dalam praktik koperasi di tanah air ataupun di luar negeri.

Di tanah air, sebagai misal prsktik baik adalah koperasi kredit (Credit Union). Koperasi ini telah mampu menghimpun tabungan pribadi kurang lebih 46 trilyun rupiah dan dengan jumlah anggota kurang lebih 4,6 juta orang (Inkopdit, 2023). Saat ini, koperasi ini juga telah mulai bermekaran membangun sebuah gerakan baru di berbagai sektor riil dimana saya sendiri telah turut terlibat membangun dan saat ini sebagai Chief Executive Officer (CEO) Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR) sebagai federasi nasional koperasi koperasi anggota INKUR di tingkat primer. Setidaknya sudah ada 11 anggota koperasi primer yang usahanya bergerak di sektor riil seperti koperasi konsumen, koperasi pertanian, koperasi jasa. Walaupun masih lamban dalam perkembanganya, setidaknya karena manfaatnya mulai nyata dirasakan langsung oleh anggotanya maka koperasi primer anggota anggota INKUR mulai berkembang secara perlahan.

Di luar negeri, ada banyak contoh praktik baik dari koperasi ini. Tak hanya di dalam memerangi keserakahan dan ciptakan keadilan ekonomi, namun bahkan cegah kerusakan lingkungan. Seperti misalnya praktik pengembangan Listrik basis turbin di negara Skandinavia, pengembangan koperasi yang didasarkan pada cara konsumsi dan produksi secara ethis yang dilakukan oleh gerakan koperasi I Co-op di Korea Selatan yang digerakan oleh petani perempuan pembaharu, pengembangan koperasi susu dengan manajemen pengurangan gas karbon terbaik di dunia oleh koperasi susu Fonterra di Selandia Baru, dan masih banyak contoh contoh lainya.

Untuk praktik penyelamatan lingkungan, gerakan koperasi di Indonesia sesungguhnya masih sangat minim, namun setidaknya telah berperan dalam selamatkan sebagian masalah kesenjangan sosial ekonomi. Hal ini tentu akan menjadi sangat penting artinya bagi masa depan Indonesia sebagaimana yang dinginkan oleh Konstitusi dan pendiri republik ini.

Baca Juga:   Agenda Aksi New Delhi tentang Masa Depan Koperasi: Menciptakan Kemakmuran untuk Semua

Ada banyak kendala yang dihadapi dalam pengembangan koperasi di Indonesia saat ini, selain masalah paradigma, juga masalah regulasi dan kebijakan pemerintah. Secara paradigmatik, tidak banyak dari masyarakat kita yang memahami arti penting koperasi bagi arti kemanusiaan dan juga penyelamatan masa depan bumi. Koperasi tidak diajarkan di sekolah dan kampus, koperasi bahkan sebagai mata kuliah di kampus telah banyak dihapus dan tidak dipelajari lagi. Koperasi telah diaborsi dari pikiran anak anak muda di Indonesia dan sementara di dalam praktiknya didominasi oleh koperasi palsu seperti rentenir berbaju koperasi atau koperasi palsu yang justru merusak citra koperasi.

Dalam konteks regulasi dan kebijakan, koperasi di Indonesia juga menghadapi banyak tantangan. Seperti misalnya subordinasi, diskriminasi dan bahkan eliminasi. Koperasi di Indonesia itu banyak diperlakukan tidak adil. Sebut saja misalnya disubordinasi dengan hanya ditempatkan sebagai penerima bantuan dan belas kasihan dari lembaga lain, diidentikan sebagai usaha kaum lemah dan dikerdilkan dengan dijadikan sebagai obyek para makelar proyek pembinaan koperasi. Dan diskriminasi kebijakan lainya. Sehingga pada akhirnya wajar jika perkembanganya cukup memprihatinkan dan hal ini dapat dilihat dari jumlah koperasinya yang menjadi terbanyak di dunia tapi tidak dalam kualitas partisipasi ekonominya.

Berdasarkan data Statistik, putaran bisnis koperasi di Indonesia secara keseluruhan dalam sepuluh tahun terakhir rata rata, jika dibandingkan total Produk Domestik Bruto (PDB) kita maka hanya 1,4 persen. Jangankan sebagai soko guru, tiang utama atau tiang besar ekonomi masyarakat, sebagai tiang pinggiranpun tidak terjadi. Koperasi kebanyakan hanya dimunculkan sebagai slogan daripada tindakan.

Dalam kesimpulanya, koperasi di Indonesia itu memang besar dalam kuantitas koperasinya, namun belum dalam partisipasi ekonomi riilnya, dan hal ini dikarenakan oleh sistem lingkungan ekonomi kita yang memang abaikan konsep demokrasi ekonomi sesuai dengan konstitusi kita. Dalam praktik, masyarakat kita yang tidak banyak mengetahui arti penting dan juga cara mengembangkan koperasi yang baik telah terus menerus dihegemoni oleh praktik bisnis kapitalis yang berkongkalikong dengan pejabat pejabat pemerintah yang buruk.

Jakarta, 20 November 2024


Suroto, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) dan CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR Federation)

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Resensi Ekologi Marx – John Belammy Foster
Jumat, 12 September 2025 | 00:53 WIB
PB Jakarta Bangun Koperasi ‘Bottom Up’
Senin, 8 September 2025 | 00:15 WIB
Kisruh Koperasi dan MRT Bikin Iklim Usaha Buruk,  Ketua PB Jakarta Apresiasi Kebijakan Pramono Anung
Senin, 8 September 2025 | 00:07 WIB
Resensi Buku Karl Popper: Logika Penemuan Ilmiah
Minggu, 7 September 2025 | 23:24 WIB
Kenapa Harus Adili Jokowi?
Minggu, 7 September 2025 | 21:46 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Lukisan Pakde Karwo Menolak Terbakar: Isyarat Zaman dari Api Grahadi, Ramalan Jayabaya yang Hidup
Marhaenis
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Polithinking

Todung Mulya Lubis Beberkan 12 Fakta Tak Terbantahkan pada Sidang PHPU di MK

Marhaenist.id, Jakarta - Tim Hukum Pasangan Calon (Paslon) Nomor Urut 3, Ganjar…

Menteri koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD dan Ketua Umum GBN Erros Djarot. MARHAENIST
Infokini

Dukung Musisi Bangkit Dari Pandemi, GBN Gelar Bhinneka Culture Festival

Marhaenist - Dalam rangka berikan wadah bagi para musisi-musisi tanah air yang…

Opini

Negara Darurat Intoleransi!!!

Marhaenist.id - Delapan Puluh Tahun Indonesia telah  bebas dari kolonialisme dan Imperialisme,…

Kabar GMNI

DPD GMNI Sulbar Kritik Kinerja Polda Sulbar, Soroti Dugaan Pungli dan Lambannya Penanganan Kasus

Marhaenist.id, Mamuju — Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Opini

Integritas vs Manipulasi: Tantangan Lembaga Survei Dalam Pemilihan Kepala Daerah

Marhaenist.id –Lembaga survei memiliki peran penting dalam proses pemilihan calon kepala daerah. Mereka…

Kabar GMNI

Soroti Keberpihakan Pendidikan Tinggi untuk Mahasiswa Kurang Mampu, GMNI Sampaikan Rekomendasi ke PJ Gubernur Jatim

Marhaenist.id, Surabaya - Dalam rangka Bulan Bung Karno, Dewan Pimpinan Daerah (DPD)…

Kabar PA GMNI

Alumni GMNI Pemalang Hadiri Acara Ziarah Makam Bung Karno Dengan Khidmat

Marhaenist - Puluhan alumni dan kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten…

Kabar GMNIOpini

Surat Cinta dari Timur Buat GMNI: Perpecahan! Nasionalisme?

Marhaenist.id - Jika tidak ada Kongres persatuan, mari kita anggota serta para…

Kabar PA GMNI

IKN Dorong PA GMNI Balikpapan Ajarkan Pemuda Semangat Gotong Royong dan Kembangkan Pertanian

Marhaenist - Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) kota Balikpapan…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?