By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Momentum HUT TNI, GMNI Jaksel Desak Prabowo: TNI Kembali ke Barak, Hentikan Bisnis Militer & Hapus Komando Teritorial!
Di Momentum HUT TNI, GMNI Jaksel Desak Prabowo: TNI Kembali ke Barak, Hentikan Bisnis Militer & Hapus Komando Teritorial!
Diskusi Pra-Konfercab DPC GMNI Jaksel: Menegakkan Supremasi Sipil atau Mempertahankan Kekuasaan?
Menjadikan Organisasi sebagai Ratu Adil
GMNI Jaksel Desak Presiden Copot Kapolri Listyo Sigit: Reformasi Kepolisian Harus Menegakkan Supremasi Sipil

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Revolusi Industri 4.0 dan Ancaman Pemiskinan Struktural Kaum Buruh

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Kamis, 1 Mei 2025 | 17:40 WIB
Bagikan
Waktu Baca 6 Menit
Foto: Albert Waatwahan Ketua DPC GMNI Malang/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Revolusi Industri 4.0, yang ditandai dengan integrasi teknologi digital, kecerdasan buatan (AI), big data, dan otomatisasi, seolah menjadi simbol kemajuan zaman. Namun, kemajuan itu menyimpan paradoks. Alih-alih memperkuat kesejahteraan kolektif, Revolusi Industri 4.0 justru melahirkan ancaman serius bagi kelas pekerja, terutama buruh dan kaum marhaen yang menjadi fondasi produktivitas bangsa. Jika tidak diimbangi oleh kebijakan negara yang berpihak, maka otomatisasi dan digitalisasi akan memperdalam jurang ketimpangan dan memiskinkan buruh secara struktural.

Otomatisasi dan Pengangguran Struktural: Wajah Gelap dari Kemajuan

Realitas yang terjadi hari ini menunjukkan bahwa otomatisasi telah menggantikan fungsi kerja manusia dalam skala masif, terutama di sektor padat karya seperti manufaktur, transportasi, dan ritel. Lini produksi yang dulu dikuasai buruh kini digantikan oleh mesin dan robot. Perusahaan berlomba-lomba melakukan efisiensi demi produktivitas dan profit, sementara buruh menjadi korban rasionalisasi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan drastis kebutuhan tenaga kerja manusia di sektor industri sejak 2015. Sementara itu, McKinsey Global Institute memperkirakan sekitar 23 juta pekerjaan di Asia Tenggara berisiko hilang akibat otomatisasi sebelum 2030—dan Indonesia, dengan struktur buruh besar namun sistem pendidikan belum adaptif, menjadi yang paling rentan.

Ini bukan lagi sekadar pengangguran biasa, melainkan pengangguran struktural—yaitu pengangguran yang disebabkan oleh hilangnya jenis pekerjaan karena perubahan teknologi, bukan karena rendahnya kemampuan individu. Ini menandai satu hal: sistem sosial dan politik kita gagal menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Netralitas Negara yang Menyesatkan

Alih-alih hadir sebagai pelindung, negara justru bersikap netral dalam konflik struktural ini. Padahal, dalam konteks pertarungan antara buruh dan pemilik modal, sikap netral sama saja dengan keberpihakan terselubung kepada kekuasaan modal. Ini tercermin nyata dalam kebijakan kontroversial seperti Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Law). Alih-alih melindungi buruh, UU ini justru menyederhanakan PHK, menghapus kewajiban pesangon, memperluas outsourcing, dan melegitimasi fleksibilitas kerja yang menguntungkan perusahaan besar.

Baca Juga:   Trisakti Bung Karno: Jalan Ideologis Menghadapi Krisis Bangsa Hari Ini

Tidak ada peta jalan nasional yang jelas mengenai pelatihan ulang (reskilling) atau peningkatan keterampilan (upskilling). Buruh dibiarkan menghadapi tsunami otomatisasi dengan tangan kosong. Negara seakan menutup mata terhadap fakta bahwa revolusi digital tanpa regulasi yang adil justru menjebak rakyat dalam kemiskinan abadi.

Marhaenisme dan Tugas Sejarahnya

Dalam situasi seperti ini, ideologi Marhaenisme yang diajarkan Bung Karno menemukan relevansinya kembali. Bung Karno menegaskan bahwa “Segala teknik modern tidak ada artinya jika tidak digunakan untuk kebahagiaan rakyat banyak.” Teknologi harus menjadi alat pembebasan, bukan penindasan. Namun saat ini, teknologi justru dikendalikan oleh elite ekonomi global yang menjadikannya senjata untuk memeras buruh dan memperbesar dominasi kapital.

Marhaenisme berpihak pada buruh, tani, nelayan, dan seluruh rakyat kecil yang tidak memiliki alat produksi namun menjadi tulang punggung bangsa. Revolusi Industri 4.0 tanpa keadilan struktural hanyalah bentuk baru dari kolonialisme digital—dengan mesin dan algoritma sebagai alat penaklukan.

GMNI: Dari Aksi ke Gagasan Revolusioner

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) meyakini bahwa perjuangan hari ini tidak cukup dengan demonstrasi seremonial atau slogan kosong. Dibutuhkan konsolidasi ideologis dan aksi nyata. GMNI Malang terus mendorong kerja-kerja solidaritas kelas—menggalang forum advokasi buruh digital, memperkuat jaringan dengan serikat pekerja, serta menuntut perubahan kebijakan publik yang menempatkan buruh sebagai subjek pembangunan, bukan objek eksploitasi.

Kita tidak anti-teknologi. Namun kita menolak dengan tegas sistem yang membungkam suara kaum pekerja atas nama efisiensi. Kita menolak pembangunan tanpa keadilan. Kita menolak modernisasi yang meninggalkan buruh dalam kehinaan.

Negara wajib hadir secara aktif dalam menyusun ulang sistem perlindungan ketenagakerjaan, terutama di sektor digital dan informal, dengan menjamin upah layak, kepastian kerja, serta perlindungan sosial yang menyeluruh bagi seluruh pekerja. Ini termasuk menyediakan pendidikan dan pelatihan kerja yang adaptif terhadap perkembangan teknologi namun tetap berpijak pada prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Baca Juga:   Menilai Keterlibatan TNI dalam Pelatihan KPU

Pemerintah juga harus mencabut dan merevisi Undang-Undang Cipta Kerja yang selama ini lebih menguntungkan kepentingan kapital besar, serta secara tegas mengakui buruh digital, pekerja freelance, pengemudi ojek online, dan content creator sebagai bagian dari tenaga kerja yang memiliki hak atas perlindungan hukum dan kesejahteraan kerja.

Menyusun Kekuatan, Merebut Masa Depan

Hari ini, kaum buruh tak hanya yang bekerja di pabrik. Mereka juga yang bekerja tanpa upah di platform digital, yang kehilangan pekerjaan karena robotisasi, yang menggadaikan masa depan karena sistem kerja fleksibel tanpa jaminan. Ini adalah bentuk eksploitasi baru yang harus dilawan dengan semangat lama: semangat perjuangan kelas.

Bung Karno pernah berkata, “Pembangunan tanpa pergerakan adalah kosong. Pergerakan tanpa pembangunan adalah lumpuh.” Maka teknologi dan pergerakan sosial harus berjalan bersama. Revolusi Industri 4.0 harus diarahkan menuju transformasi struktural yang menjamin kemanusiaan, bukan sekadar profit.

1 Mei bukan akhir, tapi awal dari pembebasan baru. Buruh adalah jantung bangsa—jika mereka tercekik, maka kemanusiaan kita sedang sekarat.

Revolusi tidak boleh jadi milik elite.
Revolusi adalah hak kaum tertindas untuk mengubah nasibnya.***


Penulis: Albert Waatwahan Ketua DPC GMNI Malang.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Foto: Ketua DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta Selatan, Dendy Se. MARHAENIST
Momentum HUT TNI, GMNI Jaksel Desak Prabowo: TNI Kembali ke Barak, Hentikan Bisnis Militer & Hapus Komando Teritorial!
Minggu, 5 Oktober 2025 | 07:56 WIB
Foto: Desain Grafis GMNI Jaksel/MARHAENIST.
Di Momentum HUT TNI, GMNI Jaksel Desak Prabowo: TNI Kembali ke Barak, Hentikan Bisnis Militer & Hapus Komando Teritorial!
Minggu, 5 Oktober 2025 | 03:25 WIB
Diskusi Pra-Konfercab DPC GMNI Jaksel: Menegakkan Supremasi Sipil atau Mempertahankan Kekuasaan?
Jumat, 3 Oktober 2025 | 00:37 WIB
Menjadikan Organisasi sebagai Ratu Adil
Jumat, 3 Oktober 2025 | 00:17 WIB
GMNI Jaksel Desak Presiden Copot Kapolri Listyo Sigit: Reformasi Kepolisian Harus Menegakkan Supremasi Sipil
Jumat, 3 Oktober 2025 | 00:00 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Dugaan Manipulasi Pengangkatan PPPK Mencuak, GMNI Pertanyakan Integritas Kepala BKD Busel
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kabar GMNI

Darurat Penegakan Hukum, GMNI Nias Selatan Soroti Lemahnya Aparat Penegakan Hukum

Marhaenist.id, Nisel - Banyaknya laporan masyarakat di Kepolisian Resort (Polres) Nias Selatan…

Manifesto

ABC Dialektika Materialis, Trotsky 1939

Marhaenist - Belakangan ini, terutama sejak runtuhnya Tembok Berlin, ada serangan yang…

Indonesiana

Mengapa PDI Perjuangan Memecat Joko Widodo?

Marhaenist.id, Jakarta - PDI Perjuangan resmi memecat pemecatan Joko Widodo (Jokowi), Gibran…

Internasionale

Jadi PM Baru dan Termuda di Thailand, Ini Rekam Jejak Paetongtarn Shinawatra

Marhaenist.id - Parlemen Thailand telah melakukan pemungutan suara atas pencalonan Paetongtarn Shinawatra, putri…

Kabar GMNI

GMNI PPU Desak Pembebasan 6 Aktivis yang Ditangkap Usai Aksi ‘Indonesia Gelap’ di DPRD Balikpapan

Marhaenist.id, Penajam Paser Utara - Komisariat GMNI Penajam Paser Utara (PPU) desak…

Marhaenisme

Sukarno, Marhaenisme dan Proletariat

MARHAENIST - Di dalam konferensi di kota Mataram baru-baru ini, Partindo telah…

Marhaenis

Taufiq Kiemas dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

MARHAENIST - Palembang, siang hari yang terik, 19 Agustus 1960. Remaja yang…

Kabar GMNI

GMNI Halut Sukses Gelar PPAB Jilid I, Bangun Kesadaran Ideologis dan Pondasi Kaderisasi

Marhaenist.id, Halut - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Infokini

Endus dugaan Terima Suap dalam Perekrutan Pandis, GMNI Minta Ketua Bawaslu Mimika Segera Diganti

Marhaenist.id, Mimika – Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Mimika, Frans Wetipo, diduga…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?