Marhaenist.id – Delapan Puluh Tahun Indonesia telah bebas dari kolonialisme dan Imperialisme, Itu artinya Indonesia Merdeka dari segala bentuk penjajahan, penindasan ataupun diskriminasi terhadap segala bentuk apapun baik itu perbedaan seperti ras, etnis, suku, tradisi, budaya dan agama dan segala bentuk perbedaan lainya.
Negara Indonesia di kenal sebagai bangsa yang multikultural/majemuk dan sebagai bangsa yang indah karena perbedaan ras, suku, etnis, tradisi, budaya, bahasa dan agama, tetapi dapat di satukan dalam satu bingkai Kebhinekaam.
Negara Indonesia memiliki Ideologi yaitu Pancasila sebagai satu-satunya dasar yang mempersatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke atau dari Pulau Miangas sampai pulau Rote, tetapi nyata-nyatanya penerapan dan implementasi dari nilai-nilai Ideologi Pancasila sampai hari ini hanya sebatas sebagai gantungan di dinding-dinding dan sekedar tulisan di buku-buku.
Sila pertama Pancasila berbunyi:
“Ketuhanan Yang Maha Esa” akan selalu menjadi pedoman utama bagi rakyat Indonesia untuk hidup beragama. Bukan hidup tanpa agama (atheisme).
Dalam bunyi sila ke lima Pancasila “Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” artinya seluruh rakyat Indonesia dinegri ini wajib di perlakukan sama dan adil, tanpa melihat ras, suku, tradisi budaya dan agama ataupun mayoritas dan minoritas.
Sebelumnya satu Nusantara di hebohkan dengan tindakan intoleransi yang terjadi pada saat anak-anak katolik retreat di salah satu tempat villa yang berada di Sukabumi Jawa barat dan kali ini tindakan intoleransi kembali berulang terjadi di Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Kota Padang Sumatera Barat yang menghancurkan tempat ibadah, kaca, kursi dan fasilitas gereja lainya dan lebih mirisnya melakukan kekerasan terhadap anak-anak kecil yang sedang beribadah. tindakan sedemikian merupakan tindakan yang tidak dibenarkan dan perbuatan yang tidak terpuji karena tidak menghargai perbedaan agama yang diakui di Negara yang sungguh-sungguh kita cintai ini.
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28e ayat (1) berbunyi “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.” Ini berarti setiap warga negara memiliki hak untuk memilih agama yang diyakininya dan menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
Pasal 29 Ayat (2) berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”, artinya bahwa negara Indonesia mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dan menjamin kebebasan beragama bagi seluruh penduduknya.
Begitu terang dan gamblang juga di atur dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia (UU HAM) dalam pasal 22 yang menjamin kebebasan beragama, Pasal ini menyatakan bahwa setiap orang bebas untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya masing-masing, dan negara menjamin kemerdekaan tersebut.
Tindakan Intoleransi marak terjadi di negri ini, oknum Intoleran merajalela bertingkah karena di sebabkan tidak ada tindakan, proses penegakkan hukum yang tegas.
Keseringan terjadi selesai dengan perdamaian tanpa ada efek jera terhadap oknum. Dalam tindakan intoleransi yang terus berulang-ulang sekali terjadi ini seharusnya pemerintah dalam hal ini penegak hukum tidak boleh tutup mata, hati dan telingan.
Pemerintah harus buka mata, hati dan telingan untuk hadir dan tegas memproses secara Hukum bagi pelaku intoleransi-intoleransi di negri ini, agar persatuan, kerukunan dan keharmonisan anak-anak bangsa selalu tercipta dan tetap terjaga.
Heiiii…, Apa kabar Kebhinekaan?
Penulis: Efrem Elman Siarif Ndruru, Kader GMNI Jakarta Timur.