Marhaenist.id, Surabaya – Jelang kongres GMNI ke-XXII, bursa pencalonan sebagai ketua umum semakin menguat dalam wacana ruang publik, terkhusus barisan dari front Marhaenist kelas menengah, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Meskipun belum ada kesepakatan secara pasti jadwal penyelenggaraan kongres mendatang, karena adanya dualisme kepemimpinan yang menghambat laju perkembangan organisasi yang berimplikasi pada akar rumput telah kehilangan marwah perjuangan sebagai organisasi ideologi dan kaderisasi.
Mempertimbangkan realitas ketidakpastian organisasi ditubuh GMNI yang pelik dan kompleks, M. Ageng Dendy Setiawan (Bung Dendy) dikabarkan untuk tidak maju dalam bursa pencalonan sebagai Ketua Umum dalam kongres GMNI mendatang. Hal ini terkonfirmasi oleh Ketua Cabang Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Surabaya, Prima Dwi Dzaldi (Bung Prima).
Menurutnya hal ini didasarkan pada hasil komunikasi DPC GMNI Surabaya dengan Bung Dendy (yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jendral DPP GMNI), dengan pertimbangan matang demi memperkuat solidaritas dan soliditas, refocusing perjuangan ideologi, dan keberlanjutan proses kaderisasi ditubuh GMNI.
“DPC GMNI Surabaya menilai bahwa saat ini prioritas perjuangan terletak pada konsolidasi persatuan kader, penguatan ideologi marhaenisme, dan respon terhadap dinamika sosial-politik nasional, bukan pada perebutan posisi dalam kongres”, ucap Prima.
Selain itu, pamflet atau sebaran digital yang beredar terkait pencalonan Bung Dendy merupakan bukan inisiatif Bung Dendy, “Bahwa Pamflet dan selebaran digital terkait pencalonan itu bukan inisiatif Bung Dendy dan saya menyampaikan pihaknya tidak akan mencalonkan diri dalam kongres, dan fokusnya pada kongres persatuan dan konsolidasi kader.” tegasnya.
DPC GMNI Surabaya juga mengajak seluruh kader untuk tetap menjaga etika organisasi, semangat persatuan, dan menjadikan kongres sebagai ajang konsolidasi intelektual serta ideologis, bukan sekadar kontestasi kekuasaan.***
Penulis: Redaksi/Editor: Bung Chayono.