Marhaenist – Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) diminta untuk memperbanyak narasi persatuan dan nilai-nilai Pancasila untuk menguatkan kohesi masyarakat yang mulai meluntur belakangan ini.
Hal tersebut diutarakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP PA GMNI), Arief Hidayat, saat memberikan sambutan dalam Halal Bi Halal 1443H Keluarga Besar Alumni GMNI di Auditorium TVRI, Jakarta, Senin malam (23/05/2022).
“Mari kita bersama-sama yang bergabung dalam slagorde Persatuan Alumni GMNI untuk menggunakan media sosial secara bertanggung jawab. Kita isi medsos dengan narasi-narasi bertanggung jawab untuk memperkuat persatuan bangsa dan kohesi sosial masyarakat,” ujar Arief Hidayat.
Turut hadir dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Kehormatan DPP PA GMNI Siswono Yudohusodo; Ketua Dewan Pertimbangan DPP PA GMNI Soekarwo yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI, Ketua Harian DPP PA GMNI Arudji Wahyono, Sekjen DPP PA GMNI Abdy Yuhana, Dirut TVRI Iman Brotoseno, Dirut RRI Hendrasmo, dan mantan Dubes RI untuk Austria, Slovenia dan PBB, Darmansjah Djumala.
Menurut hakim konstitusi tersebut, situasi yang dihadapi bangsa belakangan ini membuat prihatin. Jika melihat perkembangan teknologi informasi, adanya disrupsi teknologi, justru membuat kohesi sosial masyarakat mulai meluntur.
Profesor Arief mengakui media sosial yang sangat berkembang pesat saat ini memang memiliki sisi positif maupun sisi negatif. “Sisi positifnya dengan adanya medsos di masa pandemi kita bisa saling bersilaturahim dan melakukan kegiatan produktif. Termasuk dalam mendukung kegiatan persidangan di Mahkamah Konstitusi,” jelasnya.
Satu hal, menurutnya medsos juga bisa digunakan untuk mengontrol kebijakan negara. Artiya, peran medsos mampu meningkatkan partisipasi publik dalam mengontrol kebijakan yang dibuat pemerintah maupun lembaga negara.
Namun demikian, Ketum PA GMNI menambahkan, memang ada sisi buruk medsos jika digunakan secara tidak bertanggung jawab. Seperti yang dialami beberapa tahun terakhir banyak bermunculan konten medsos berisikan ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong.
“Situasi ini terjadi karena meluasnya informasi berdasarkan pemikiran false truth atau post truth. Konten medsos mulai banyak berisikan kebenaran semu atau ujaran kebohongan yang disebarkan secara massif serta berulang-ulang sehingga menjadi kebenaran yang diterima publik,” tutur Guru Besar Hukum Undip tersebut.
Oleh karena itu, ia mendorong agar alumni GMNI mendorong pelbagai narasi melalui medsos yang menyemaikan ajaran persatuan dan toleransi antarsesama anak bangsa. Sebagaimana yang dicontohkan oleh para Founding Fathers khususnya oleh Bung Karno, bapak ideologis PA GMNI.
Dengan begitu, Arief mengimbau, kini saatnya alumni GMNI menyebarkan narasi-narasi ajaran Bung Karno dimulai dari keluarga, sekolah, perguruan tinggi dan berbagai lapisan masyarakat. Sebab, peran ini merupakan tanggung jawab alumni GMNI sebagai kaum nasionalis, pecinta damai dan musyarawah untuk mufakat. Terlebih lagi alumni GMNI banyak tersebar di berbagai profesi, baik di akademisi, parpol, budaya, pemerintahan, dan profesional.
Dalam tausiyah halal bi halal itu, ustadz Nurdin Pranika, pengasuh Pesantren Yatim Nurul Mubtadi’in, Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, mengharapkan PA GMNI menjadi kelompok yang merekatkan kembali masyarakat dari rongrongan disintegrasi bangsa.
“Apalagi ideologi Marhaenisme maupuna ajaran Islam sama-sama memperjuangkan kepentingan rakyat kecil,” tukas ulama yang akrab disebut ustadz Pitung.
Pada kesempatan itu, DPP PA GMNI juga menyerahkan santunan bagi anak yatim bagi keluarga alumni GMNI. Secara simbolis bantuan diberikan pengurus DPP PA GMNI kepada keluarga almarhum Wempy Hadir (mantan Presidium GMNI 2011-2015), keluarga almarhum Cahyo Gani Saputro (alumni GMNI Solo), dan keluarga almarhum Giat Wahyudi (alumni GMNI Untag Jakarta).