By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Resensi Ekologi Marx – John Belammy Foster
PB Jakarta Bangun Koperasi ‘Bottom Up’
Kisruh Koperasi dan MRT Bikin Iklim Usaha Buruk,  Ketua PB Jakarta Apresiasi Kebijakan Pramono Anung
Resensi Buku Karl Popper: Logika Penemuan Ilmiah
Kenapa Harus Adili Jokowi?

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Infokini

Intoleransi Meningkat, GMNI: Masyarakat Harus Hati-hati Pilih Pemimpin di 2024

Indo Marhaenist
Indo Marhaenist Diterbitkan : Selasa, 16 Mei 2023 | 17:52 WIB
Bagikan
Waktu Baca 3 Menit
Bagikan
iRadio

Marhaenist – Intoleransi masih menjadi persoalan yang krusial dalam hubungan kemasyarakatan di Indonesia. Belum lama ini, Setara Institute merilis laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2022. Hasilnya, secara rata-rata tingkat pengelolaan toleransi antarpenduduk di kota-kota di tanah air cenderung stagnan.

Tak hanya Setara Institute, sejumlah riset juga menunjukkan tingkat toleransi di Indonesia mengalami krisis. Dalam Fragile State Index 2022 yang dirilis The Fund for Peace menempatkan Indonesia di peringkat 100 dari 179 negara. Indeks ini mengukur kerentanan suatu negara terhadap potensi konflik atau perpecahan.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menyampaikan bahwa masyarakat perlu berhati-hati dalam memilih pemimpin di tahun politik 2024. Karena Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki keberpihakan yang jelas pada prinsip kebhinekaan dan keberagaman ditengah kondisi krisisnya toleransi terhadap kebhinekaan dan keberagaman.

“Masyarakat harus hati-hati pilih pemimpin di 2024 nanti. Jangan sampai pemimpin yang terpilih akan memperparah krisisnya toleransi terhadap kebhinekaan dan keberagaman. Keutuhan bangsa jadi taruhan”, tutur Arjuna

Menurut Arjuna, masyarakat perlu teliti melihat rekam jejak para calon pemimpin bangsa ke depan. Terutama harus dipastikan tidak memilih pemimpin yang punya rekam jejak pernah mengeksploitasi isu SARA dalam kampanye politik untuk meraih kursi kekuasaan. Dan mengorbankan keakraban dan harmoni sosial di masyarakat.

“Masyarakat harus teliti rekam jejaknya. Jika calon pemimpin itu punya rekam jejak melakukan kampanye SARA dalam meraih kursi kekuasaan, lebih baik tidak usah dipilih. Karena berbahaya bagi kepentingan yang lebih besar yaitu eksistensi NKRI yang Bhineka Tunggal Ika”, tambah Arjuna

Arjuna juga menyampaikan masyarakat jangan sampai terlena dengan pidato atau retorika politik yang seakan indah dan ideal. Namun kita juga harus menengok apa yang dilakukannya di masa lalu, karena rekam jejak tersebut akan mencerminkan tindakannya di masa yang akan datang. Sehingga masyarakat perlu melihat secara komprehensif rekam jejak calon pemimpin tidak hanya terjebak potongan-potongan informasi.

Baca Juga:   Tenaga Ahli Utama KSP Minta GTRA Kabupaten Blitar Lebih Proaktif Komunikasikan Konflik Agraria

“Kita tidak boleh terlena oleh kemasan kata-kata yang indah seakan ideal. Namun punya rekam jejak memantik api perpecahan dengan politisasi SARA misalnya. Kita tidak boleh tertipu oleh kemasan, tapi harus menilai satunya kata dan tindakan”, ungkap Arjuna

Peran pemimpin sangat penting dalam menentukan meningkat atau menurunnya angka intoleransi. Karena faktor regulasi pemerintah dan tindakan pemerintah yang mencakup pernyataan pejabat kunci seperti Presiden sangat berpengaruh. Apabila calon pemimpin didukung oleh kelompok intoleran maka akan sulit diyakini dapat menjaga keberagaman dan toleransi karena tersandera oleh kepentingan para pendukungnya.

“Jika seorang calon pemimpin didukung oleh kelompok intoleran maka tidak bisa diharapkan mampu mengatasi masalah intoleransi yang meningkat sekarang. Indikatornya adalah nasionalisme dalam tindakan, bisa dilihat dari cara dia meraih kekuasaan hingga kebijakan yang diambil saat berkuasa. Semua ada jejak digitalnya. Jadi masyarakat perlu mawas diri”, tutup Arjuna

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Resensi Ekologi Marx – John Belammy Foster
Jumat, 12 September 2025 | 00:53 WIB
PB Jakarta Bangun Koperasi ‘Bottom Up’
Senin, 8 September 2025 | 00:15 WIB
Kisruh Koperasi dan MRT Bikin Iklim Usaha Buruk,  Ketua PB Jakarta Apresiasi Kebijakan Pramono Anung
Senin, 8 September 2025 | 00:07 WIB
Resensi Buku Karl Popper: Logika Penemuan Ilmiah
Minggu, 7 September 2025 | 23:24 WIB
Kenapa Harus Adili Jokowi?
Minggu, 7 September 2025 | 21:46 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Lukisan Pakde Karwo Menolak Terbakar: Isyarat Zaman dari Api Grahadi, Ramalan Jayabaya yang Hidup
Marhaenis
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kabar GMNI

DPC GMNI Kota Binjai Apresiasi Kinerja Kapolres dalam Penanganan Arus Lalu Lintas Mudik dan Pengamanan Idul Fitri 1445 H

Marhaenist.id, Binjai - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Kabar GMNIOpini

Sikap GMNI Bandung: Bandung Bukan Arena Konsolidasi Patologi, Tetapi Historis Manifestasi Persatuan Ideologi

Marhaenist.id - Di Bandung, Soekamo tak hanya belajar menuntut ilmu, melainkan membangun…

Kabar PA GMNI

Ketum PA GMNI: Transisi Demokrasi Tak Boleh Set Back ke Era Sebelum Reformasi

Marhaenist.id, Jakarta - Ketua Umum DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia…

Opini

Konsep “Partai Perorangan” PSI

Marhaenist.id - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) selama ini dikenal sebagai partai yang…

Infokini

Endus Aroma Ordal dalam Perekrutan PPSU, DPD Jakarta Petisi Brawijaya Minta Proses Perekrutannya di Perketat

Marhaenist.id, Jakarta - Pemprov DKI Jakarta berencana merekrut anggota Penanganan Prasarana dan…

Kabar GMNI

Di Hari Lahir Pancasila, GMNI Kendari Harapkan Nilai Pancasila harus Mampu Diimplementasikan Pemangku Kebijakan di Sultra

Marhaenist.id, Kendari - Dewan pimpinan cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Foto: GMNI Jaksel saat Melaporkan Dugaan Skandal Korupsi PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk/MARHAENIST
Kabar GMNI

GMNI Jaksel Tuntut Polri Usut Tuntas Skandal Mobil Mewah 5 Direksi PT ATPI

Marhaenist.id, Jakarta - Bobrok pengelolaan BUMN kembali terbongkar! Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia…

Belajar Koperasi

Koperasi dan Era Anthropocene: Menjawab dengan Praktik atas Krisis Kemanusiaan dan Lingkungan

Seri Belajar Koperasi #1 Marhaenist - Praktik sistem kapitalisme industri yang berkembang…

Foto:
Kabar GMNIOpini

IUP bagi Perguruan Tinggi Menyalahi Tridharma Perguruan Tinggi

Marhaenist.id - Setelah sebelumnya ormas keagamaan mendapat karpet merah dalam pengajuan Izin…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?