Marhaenist.id, Jakarta – Institut Sarinah menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya sembilan korban jiwa akibat kekerasan dalam gelombang demonstrasi yang melanda berbagai kota di Indonesia.
Salah satunya adalah seorang perempuan staf DPRD Sulawesi Selatan (Sulsel) yang tewas akibat dari terbakarnya Gedung Kantor DPRD Sulsel.
Bagi Institut Sarinah, adanya korban jiwa adalah luka bangsa yang seharusnya menjadi peringatan serius bagi semua pihak.
“Kami turut berduka cita atas adanya korban jiwa karena ini adalah luka bangsa yang harus menjadi perhatian seluruh elemen bangsa,” ujar Endang dari Institut Sarinah, Selasa (2/9/2025).
Dari itu, Institut Sarinah menyerukan hal-hal berikut:
1. Presiden RI, agar segera merespons aspirasi rakyat dengan mengoreksi RAPBN 2026, meneguhkan keberpihakan pada kesetaraan gender dan keadilan sosial, antara lain dengan memperbesar anggaran program padat karya dan menekan ketimpangan sosial-ekonomi.
2. DPR RI, agar berbenah diri dengan merumuskan regulasi yang berpihak sepenuhnya kepada kepentingan rakyat, bukan kepentingan segelintir kelompok.
3. Polisi dan TNI agar menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap demonstran, terutama mahasiswa. Stop penyergapan di kampus.
Aparat seharusnya fokus pada penangkapan penjarah dan perusak bayaran yang diduga digerakkan oleh oknum dari luar daerah demi menciptakan destabilisasi.
4. Para legislator dan eksekutif agar membuka ruang dialog, dan tidak sembunyi dari rakyat.
Di Palu, Maluku Utara, Maumere, Kupang, dan Yogyakarta, dialog langsung dengan demonstran terbukti mencegah kekerasan dan perusakan. Sikap terbuka ini perlu diteladani di seluruh daerah.
5. Polisi dan TNI harus menahan diri, tidak menggunakan kekerasan.
Beberapa korban meninggal diduga akibat tindakan represif aparat. Situasi ini mencederai rasa keadilan rakyat.
6. Badan intelijen harus bekerja serius dan optimal. Ledakan kekerasan yang terjadi belakangan ini memperlihatkan lemahnya deteksi dini serta pencegahan.
7. Bangsa Indonesia perlu kembali mengintegrasikan prinsip-prinsip Pancasila dalam menavigasi keadaan:
A. Ketuhanan: menegakkan moralitas dan keadilan ilahi.
B. Kemanusiaan: menghormati martabat setiap jiwa.
C. Persatuan: menolak pecah-belah.
D. Musyawarah Mufakat: mengedepankan dialog, bukan represif.
E. Keadilan Sosial: menjawab ketimpangan yang jadi akar kegelisahan rakyat.
Institut Sarinah juga menekankan agar gerakan yang dilakukan mengedepankan kecerdasan bukan pada emosi untuk menciptakan gerakan yang damai tanpa merusak.
“Kami menekankan, emosi tidak boleh mendominasi, melainkan kecerdasan holistik Pancasila yang harus menuntun bangsa melewati krisis yang terjadi saat ini,” ujar Endang.
Institut Sarinah jugavmengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga Ibu Pertiwi, menghargai perjuangan para pendiri Bangsa, dan menegakkan Pancasila sebagai jiwa bangsa, rumah bersama, tempat kita pulang, berlindung, dan membangun masa depan yang adil dan setara.***
Penulis: Redaksi/Editor: Bung Wadhaar.