Marhaenist.id – Akhir-akhir ini linimasa kita ramai banget sama warna pink dan hijau. Kalau dilihat sekilas, mungkin keliatan cuma tren medsos biasa. Tapi kalau direnungin lebih dalam, ternyata ada cerita besar di baliknya.
Brave Pink lahir dari sosok seorang ibu berjilbab merah muda yang berdiri tenang di tengah kericuhan demo. Wajahnya adem, tatapannya lembut tapi kokoh.
Hero Green datang dari kisah yang bikin hati kita nyesek. Affan Kurniawan, driver ojek online, meninggal terlindas di tengah kerusuhan. Jaket hijaunya lalu berubah jadi simbol.
Dua warna ini ngajarin kita bahwa simbol bisa jadi bahasa politik baru. Nggak ribet, gampang diikuti, tapi maknanya dalam banget.
Cuma dengan ganti foto profil jadi pink atau hijau, orang-orang udah bisa ngerasa nyambung satu sama lain, ngerasa satu perjuangan.
Lalu ada istilah SEAbling, semacam rasa persaudaraan. Maknanya sederhana tapi kuat kalau ada yang berani, itu juga bagian dari keberanian kita. Kalau ada yang jatuh, lukanya juga jadi luka kita bersama.
Tapi kita juga perlu sadar, warna hanyalah pintu masuk. Solidaritas yang sebenarnya nggak cukup berhenti di filter foto. Harus ada langkah nyata yaitu advokasi, edukasi, kawal kebijakan, sampai dorong perubahan struktural.
Karena janji negara yang tertulis di UUD 1945 “melindungi, memajukan kesejahteraan, mencerdaskan, dan menegakkan keadilan sosial” itu bukan sekadar hiasan kata-kata, tapi tanggung jawab yang nyata.
Brave Pink dan Hero Green jadi pengingat kepada kita swbagai rakyat nggak pernah berhenti menagih janji itu. SEAbling hadir sebagai kesadaran bahwa bangsa ini cuma bisa kuat kalau kita saling jaga, saling angkat, dan saling jadi saudara dalam kemanusiaan.
Kadang warna memang cuma warna. Tapi di tangan rakyat, warna bisa berubah jadi bahasa solidaritas, jadi tanda perlawanan, dan jadi harapan.
#BravePink #HeroGreen #SEAbling #Solidaritas #Kemanusiaan #indonesia.***
Penulis: Rifqi Nuril Huda, Wakil Bendahara Umum DPP GMNI.