By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Bulan Bung Karno: Ini Bukan tentang Persatuan, Tapi tentang Siapa yang Punya Kepentingan!

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Rabu, 25 Juni 2025 | 23:14 WIB
Bagikan
Waktu Baca 5 Menit
Foto: Moh. Fadli D. Lahalik, S.Pd Ketua DPC PA GMNI Touna/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Bulan Juni selalu menjadi bulan yang istimewa bagi bangsa Indonesia. Di bulan ini, kita memperingati kelahiran salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, yaitu Soekarno, atau yang lebih akrab kita sebut Bung Karno. Lahir pada 6 Juni 1901, Bung Karno bukan hanya seorang proklamator, tetapi juga seorang pemimpin yang berjuang untuk kemerdekaan dan persatuan bangsa. Namun, di balik semua itu, terdapat sebuah realitas yang sering kali terabaikan, bahwa persatuan yang dibangun Bung Karno tidak selalu mulus, melainkan juga dipengaruhi oleh kepentingan politik dan sosial yang ada pada waktu itu.

Dalam konteks sejarah, bulan Juni tidak hanya sekadar memperingati kelahiran Bung Karno, tetapi juga menjadi momen refleksi tentang bagaimana kepentingan Ego Pribadi sering kali menjadi penghalang bagi persatuan yang sejati. Misalnya, pada tahun 1945, saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, Bung Karno dan Mohammad Hatta berjuang untuk mempersatukan berbagai elemen bangsa yang berbeda latar belakang etnis, agama, dan ideologi.

Namun, dalam prosesnya, mereka harus menghadapi berbagai kepentingan yang saling bertentangan. Seperti yang dicatat oleh Ricklefs (2012), “Pemerintahan awal Indonesia dipenuhi dengan konflik internal yang mencerminkan perbedaan kepentingan di antara para pemimpin dan kelompok-kelompok masyarakat.”

Salah satu contoh nyata dari bentrokan kepentingan ini adalah ketika Bung Karno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, yang membubarkan Konstitusi RIS 1949 dan mengembalikan kepada UUD 1945. Keputusan ini diambil dalam konteks ketidakpuasan terhadap sistem politik yang ada, dimana berbagai partai politik saling berkonflik dan tidak mampu membentuk pemerintahan yang stabil. Dalam hal ini, Bung Karno berusaha untuk menyatukan semua elemen bangsa di bawah satu payung.

Baca Juga:   Tangan Halus Pemerintah di Balik Pecahnya Nasionalisme dalam GMNI?

Statistik menunjukkan bahwa pada periode awal kemerdekaan, Indonesia mengalami banyak gejolak politik. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1950-an, Indonesia memiliki lebih dari 20 partai politik yang beroperasi secara bersamaan. Keberagaman ini menciptakan tantangan tersendiri bagi Bung Karno dalam membangun persatuan.

Dalam konteks ini, kita bisa melihat bahwa kepentingan politik sering kali menghalangi tercapainya tujuan bersama. Sebagaimana dinyatakan oleh historian John Roosa (2006), “Bung Karno berusaha untuk menciptakan konsensus, tetapi pada akhirnya, banyak kepentingan yang bertentangan membuat persatuan sulit dicapai.”

Lebih jauh lagi, bulan Juni juga mengingatkan kita akan pentingnya memahami konteks sosial dan budaya yang melatarbelakangi perjuangan Bung Karno. Pada masa itu, Indonesia adalah negara yang baru merdeka dengan berbagai tantangan, mulai dari pembangunan ekonomi hingga pendidikan.

Bung Karno menyadari bahwa untuk mencapai persatuan, ia harus melibatkan semua elemen masyarakat, termasuk kaum buruh, petani, dan intelektual. Misalnya, dalam salah satu pidatonya, Bung Karno pernah menekankan pentingnya Persatuan dalam pembangunan Bangsa dan Negara (Sukarno, 1965).

Dalam konteks ini, kita dapat melihat bahwa meskipun Bung Karno berusaha untuk membangun persatuan, kepentingan ekonomi dan politik sering kali mendominasi agenda-agenda yang ada. Data dari International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa pada tahun 1960, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 8,5%, yang mencerminkan bahwa banyak orang yang merasa tidak terwakili dalam proses pembangunan. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat, yang pada gilirannya menciptakan tantangan bagi persatuan yang ingin dibangun oleh Bung Karno.

Bulan Juni, dengan segala maknanya, seharusnya menjadi momen untuk merenungkan kembali nilai-nilai Marhaenisme yang diajarkan oleh Bung Karno. Namun dalam banyak kasus, kepentingan individu atau kelompok sering kali mengalahkan kepentingan bersama. Ini adalah pelajaran penting yang harus kita ambil, terutama di tengah tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Sebagai penutup, bulan Juni seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa persatuan bukanlah sesuatu yang bisa diambil begitu saja. Ia memerlukan usaha, pengorbanan, dan pemahaman yang mendalam tentang kepentingan bersama.

Baca Juga:   Dunia Berubah Total dalam Lima Tahun

Bung Karno, dengan segala keberhasilannya, juga menunjukkan bahwa tidak ada persatuan yang sempurna tanpa pengakuan terhadap kepentingan yang berbeda. Dalam konteks ini, kita harus terus berjuang untuk mencapai persatuan yang sejati di mana setiap suara dan kepentingan dihargai dan diperhatikan.

Merdeka !!!***


Penulis: Moh. Fadli D. Lahalik, S.Pd
Ketua DPC PA GMNI Touna.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Foto: Desain Grafis oleh SP-NTT/MARHAENIST
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Senin, 25 Agustus 2025 | 17:44 WIB
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:34 WIB
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:28 WIB
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
Minggu, 24 Agustus 2025 | 21:13 WIB
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait
Sabtu, 23 Agustus 2025 | 19:24 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Peringati HUT Kemerdekaan RI, DPC GMNI Touna dan DPK GMN Bung Tomo Manajenen Gelar Nobar Sekaligus Bedah Film bersama Masyarakat
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kapitalisme

Ekonomi Lesu, Larangan Jual Rokok Ketengan Sangat Tidak Tepat

Marhaenist - Ekonom menilai larangan menjual rokok eceran sangat tidak tepat di…

Kabar GMNIOpini

Tolak Kongres Bandung, GMNI Bangka Belitung Seruhkan Kongres Persatuan untuk Mengakhiri Perpecahan

Marhaenist.id - Kekisruhan yang terjadi dalam internal Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Kabar PA GMNI

Alumni GMNI Ingatkan Gagasan Soekarno untuk Mengatasi Situasi Global

Marhaenist.id, Jakarta - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa…

InfokiniMarhaen

Masyarakat Rempang kembali Diserang, Banyak Korban Luka dan Kendaraan Dirusak

Marhaenist, Batam - Untuk kesekian kalinya, masyarakat Pulau Rempang menjadi korban kekerasan. Kali…

Opini

RUU Dewan Pertimbangan Presiden: Konsolidasi Kekuasaan, Menguatkan Presiden Untuk Melemahkan Demokrasi

Marhaenist - Sejauh ini, keberadaan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) tidak memberikan solusi…

Kabar PA GMNI

Pilpres 2024, Independensi PA GMNI Diuji

Marhaenist.id - Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) Indonesia 2024, Sempat beredar kabar dan…

Kabar GMNIOpini

Papua Bukan Tanah Kosong!

Marhaenist.id - Sebagai Sekretaris Kaderisasi DPC GMNI Kota Sorong! Menurut bapak menteri…

Kabar GMNI

GMNI Bersama Masyarakat Mamuju Tengah Gelar Aksi di Kantor ATR/BPN, Desak Pencopotan Kepala BPN

Maehaenist.id, Mamuju Tengah -Puluhan kader dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang…

Kabar GMNI

Peringati Dies Natalis Ke 70, DPK GMNI STAI YPIQ Baubau Gelar Diskusi Publik dalam Menyambut PILKADA Serentak 2024

Marhaenist.id, Baubau - Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?