Marhaenist.id – Bangsa Indonesia kembali diingatkan oleh sejarah bahwa tanggal 06 Juni merupakan hari lahir seseorang yang menjadi tokoh penting dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tidak lain ialah Bung Karno, lahir di Surabaya dari seorang ayah dan ibu yang memiliki latar berbeda. Ayah Bung Karno merupakan penganut kejawen tulen sedangkan ibu berdarah Bali.
Namun, latar berbeda itu yang justru mencetak kepribadian Bung Karno menjadi seorang pluralis dan terbuka terhadap perbedaan-perbedaan. Menjadi berbeda dari kebanyakan, kelahiran Bung Karno tepat pada saat fajar menyingsing diikuti peristiwa alam berupa meletusnya Gunung Kelud yang melengkapi keyakinan masyarakat jawa.
Ada satu keyakinan yang berkembang dalam tradisi masyarakat Jawa yaitu ketika bayi lahir pada saat fajar menyingsing dan di saat pergantian abad menandakan bayi tersebut takdirnya sudah ditentukan dan kelak akan menjadi orang yang besar.
Tidak hanya sekadar mistifikasi, Bung Karno dalam mengarungi perjalanan hidup penuh dengan perjuangan sehingga keyakinan terhadap seorang bayi yang kelak akan menjadi orang besar dan memberikan keteladanan dapat terwujud. Fase remaja Bung Karno dipenuhi dengan dunia belajar dan buku.
Bung Karno merupakan seorang pembelajar yang disiplin, memiliki gairah terhadap ilmu pengetahuan yang tinggi, hingga H. O. S Cokroaminoto seorang gurunya kagum terhadap Bung Karno.
Dari buku-buku, Bung Karno mengenali ide dari Thomas Jefferson. Seorang berdarah Amerika yang menggagas _Declaration of Independence_ pada tahun 1776 tentang deklarasi kemerdekaan Amerika dari Kolonialisme Inggris. Gagasan Jefferson sedikit banyak mengilhami pemikiran Bung Karno yang selanjutnya dipraktekkan untuk memperjuangkan dan memerdekakan Indonesia.
Meskipun selanjutnya ada kritikan tajam dari Bung Karno bahwa gagasan Jefferson tersebut dipakai untuk melegitimasi modus operandi kapitalisme Amerika yang menekankan ideologi liberalisme dalam praktek politik dan ekonomi Amerika.
Di tengah pergolakan multi-ideologi yang menyemai dalam arena pertarungan politik sebagai upaya saling ingin menancapkan pengaruh dari masing-masing kelompok, Bung Karno tetap teguh membawa Indonesia di bawah ideologi nasionalisme.
Alasan yang dipakai Bung Karno cukup rasional. Indonesia ditakdirkan menjadi negara yang beragam, multi-agama, suku, budaya, dan bahasa. Bagi Bung Karno dari sekian ideologi yang ada hanya nasionalisme yang mampu mengakomodasi keberagaman yang dimiliki Indonesia tersebut.
Irisan-irisan perjalanan hidup Bung Karno dapat dimaknai sebagai warisan untuk generasi muda terus meneladaninya agar seluruh pemikiran, ide, dan cita-cita Bung Karno tidak pernah lekang.
Bung Karno cukup lengkap menjadi representasi patronase para pemuda dalam menempatkan kiblat pemikiran dan cita-citanya. Sorot Bung Hendra, tantangan bangsa hari ini salah satunya ialah krisis identitas yang mendalangi hilangnya kesadaran berbangsa bagi para pemuda.
Salah satu faktor krisis identitas ditandai oleh terbukanya arus informasi yang dijembatani oleh transformasi digital. Moral bangsa ditantang untuk menghadapi perubahan zaman.
Alih-alih transformasi digital menawarkan efisiensi untuk mempermudah suatu pekerjaan, tapi di sisi lain pemuda cenderung dapat tergiring oleh opini dan narasi yang tidak sehat sehingga rentan membentuk menjadi pribadi pesimis, kesejahteraan psikologi yang terganggu hingga berdampak pada mudahnya depresi dan merasa terisolasi dan mudah pantang menyerah. Mentalitas yang seperti ini kontras dengan mentalitas para pendiri bangsa, khususnya Bung Karno.
Sebagai pemuda, tanggal 06 Juni tidak boleh berhenti hanya dimaknai sebagai hari kelahiran Bung Karno saja. Tanggal 06 Juni merupakan peristiwa penting di mana lahir seorang anak bernama Bung Karno yang telah memberikan keteladanan bagi para pemuda untuk menjadi agen penggerak bangsa dan menentukan arah bangsa. Pemuda tidak boleh terkontaminasi oleh semangat yang bersebrangan dengan cita-cita bangsa.
Semangat nasionalisme Indonesia serta penjelmaannya menjadi identitas bangsa harus mempelopori seluruh perilaku dan tindakan daripada para pemuda. Semangat untuk merefleksikan hari kelahiran Bung Karno dimaksudkan untuk menavigasi arah pemikiran dan tindakan para pemuda agar tidak keluar dari cita-cita yang telah digagas oleh Bung Karno.***
Penulis: Hendro Prayogi, Ketua DPD GMNI Jatim.