By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Dunia Berubah Total dalam Lima Tahun

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Sabtu, 29 Maret 2025 | 12:14 WIB
Bagikan
Waktu Baca 5 Menit
Dunia berubah dalam lima tahun (Sumber foto: Bisnis.com)/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Pada 27 Maret 2025, sebuah artikel dari CNBC Indonesia menarik perhatian dengan judul “Dunia Berubah Total 5 Tahun Lagi”. Seorang petinggi Google di bidang komputer kuantum menyatakan keyakinannya bahwa dunia akan mengalami transformasi besar dalam lima tahun ke depan, yakni menjelang tahun 2030.

Pernyataan ini bukan sekadar prediksi kosong, melainkan refleksi dari perkembangan teknologi yang semakin cepat, khususnya dalam bidang komputer kuantum. Teknologi ini, yang telah lama menjadi fokus penelitian raksasa teknologi seperti Google, diyakini akan membawa dampak revolusioner pada berbagai sektor kehidupan manusia.

Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “perubahan total” ini, dan bagaimana kita dapat memahaminya dalam konteks yang lebih luas?

Komputer kuantum, tidak seperti komputer klasik yang kita gunakan sehari-hari, memanfaatkan prinsip-prinsip mekanika kuantum seperti superposisi dan belitan (entanglement) untuk memproses informasi dengan cara yang jauh lebih efisien.

Google, melalui divisi penelitiannya, telah mencapai tonggak penting dalam bidang ini, seperti klaim “quantum supremacy” pada tahun 2019, meskipun pencapaian tersebut masih diperdebatkan oleh para ahli.

Dalam lima tahun ke depan, jika prediksi ini benar, komputer kuantum bisa mulai keluar dari laboratorium dan masuk ke aplikasi praktis.

Bayangkan kemampuan untuk memecahkan masalah kompleks seperti simulasi molekul untuk pengembangan obat baru, optimasi rantai pasok global, atau bahkan pemecahan kode enkripsi yang saat ini dianggap tak tertembus. Ini adalah jenis perubahan yang dapat mengguncang fondasi ilmu pengetahuan, ekonomi, dan keamanan global.

Namun, pernyataan dari bos Google ini tidak berdiri sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir, pemimpin teknologi lainnya juga telah menyuarakan visi serupa tentang masa depan. Misalnya, Mark Zuckerberg, CEO Meta, pernah berbicara tentang kacamata pintar (smart glasses) yang akan menggantikan ponsel pintar dalam dekade mendatang, sebagaimana dilaporkan CNBC Indonesia pada Oktober 2024.

Baca Juga:   GMNI dalam Persimpangan Jalan: Machtsvorming sebagai Gagasan Pemersatu
Foto: Edi Subroto, Alumni GMNI Yogyakarta/MARHAENIST.

Sementara itu, Bill Gates, dalam wawancara pada Januari 2024, meramalkan bahwa kecerdasan buatan (AI) akan merevolusi sektor kesehatan dan pendidikan dalam lima tahun ke depan.

Jika kita tarik benang merah dari prediksi-prediksi ini, tampak jelas bahwa teknologi tidak hanya berkembang secara terpisah, tetapi saling berkaitan. Komputer kuantum dapat mempercepat pengembangan AI, yang pada gilirannya mendukung inovasi seperti kacamata pintar atau solusi medis berbasis data.

Itulah yang mungkin dimaksud dengan “dunia berubah total”: sebuah konvergensi teknologi yang menciptakan efek domino di seluruh aspek kehidupan.

Tentu saja, perubahan ini tidak datang tanpa tantangan. Salah satu implikasi dari komputer kuantum adalah potensinya untuk merusak sistem keamanan digital saat ini. Enkripsi yang melindungi data sensitif, seperti transaksi keuangan atau rahasia negara, bisa menjadi usang jika komputer kuantum mampu memecahkannya dalam hitungan detik. Di sisi lain, ada juga peluang untuk menciptakan sistem keamanan baru yang lebih kuat berbasis kuantum.

Selain itu, akses terhadap teknologi ini kemungkinan besar tidak akan merata. Negara-negara atau perusahaan dengan sumber daya besar, seperti Google, mungkin mendominasi, sementara yang lain tertinggal, memperlebar kesenjangan teknologi dan ekonomi.

Dari perspektif sosial, perubahan ini juga bisa mengubah cara kita bekerja dan berinteraksi. Jika AI dan komputer kuantum mampu mengotomatisasi tugas-tugas yang sebelumnya membutuhkan tenaga manusia, jutaan pekerjaan bisa hilang, sebagaimana diperingatkan oleh laporan IMF pada 2024 yang menyebut 40% pekerjaan global berisiko terdampak AI.

Namun, seperti yang dikatakan Bill Gates, sejarah menunjukkan bahwa teknologi baru juga menciptakan peluang baru. Revolusi industri membawa ketakutan serupa pada awal abad ke-20, tetapi akhirnya menghasilkan pekerjaan dan industri yang sebelumnya tak terbayangkan.

Baca Juga:   Rezim Hibrida Prabowo

Pertanyaannya adalah, apakah masyarakat siap untuk beradaptasi secepat yang dibutuhkan oleh percepatan teknologi ini?

Kembali ke pernyataan bos Google, kita bisa melihat bahwa visi tentang 2030 bukan hanya tentang teknologi itu sendiri, tetapi tentang bagaimana teknologi tersebut akan membentuk ulang dunia. Ini adalah panggilan untuk tidak hanya mengagumi kemajuan, tetapi juga untuk mempersiapkan diri menghadapi konsekuensinya.

Dalam lima tahun, kita mungkin tidak hanya menyaksikan komputer kuantum menjadi kenyataan sehari-hari, tetapi juga pergeseran paradigma dalam cara kita hidup, bekerja, dan berpikir.

Dunia memang bisa berubah total—dan tugas kita adalah memastikan bahwa perubahan itu membawa lebih banyak manfaat daripada kekacauan.

Sementara kita, bangsa Indonesia masih ribut mengenai program makan gratis, masuknya TNI ke ranah sipil, Ridwan Kamil selingkuh dan selingkuhannya telah memiliki anak, bangsa lain di luar sana selalu berfikir bahwa masa depan ada di tangan mereka yang berani bermimpi besar.***


Penulis: Edi Subroto, Alumni GMNI Yogyakarta.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Foto: Desain Grafis oleh SP-NTT/MARHAENIST
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Senin, 25 Agustus 2025 | 17:44 WIB
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:34 WIB
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:28 WIB
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
Minggu, 24 Agustus 2025 | 21:13 WIB
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait
Sabtu, 23 Agustus 2025 | 19:24 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Peringati HUT Kemerdekaan RI, DPC GMNI Touna dan DPK GMN Bung Tomo Manajenen Gelar Nobar Sekaligus Bedah Film bersama Masyarakat
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Opini

Dari Sulawesi untuk DPP: ‘Persatuan adalah Kunci Menuju Kejayaan GMNI’

Marhaenist.id - Kondisi internal Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) saat ini tengah…

Kabar GMNI

GMNI Pertanyakan Kenaikan Laba Pertamina Ditengah Kesulitan Masyarakat Akibat Kenaikan BBM

Marhaenist - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP…

Infokini

Implementasikan Tridharma, Mahasiswa UMIKA Galang Dana Kemanusiaan

Marhaenist - Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Mitra Karya Kota Bekasi (HMTI…

Kabar GMNI

Pasca Terpilih Menjadi Ketua dan Mendapatkan SK, Hasmin Berkomitmen Siap Membesarkan GMNI di Wakatobi

Marhaenist.id, Wakatobi - Salah satu organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung,…

Artikel

Bung Karno: Semboyan Kita Banyak Bicara, Banyak Bekerja

Marhaenist.id - Salah besar jika kita berpegang pada perkataan: "jangan banyak bicara…

Manifesto

Mao Zedong, Beberapa Masalah Mengenai Metode Memimpin

Marhaenist.id - Mao Zedong adalah mantan pemimpin Republik Rakyat China atau disingkat RRC.…

Manifesto

ABC Dialektika Materialis, Trotsky 1939

Marhaenist - Belakangan ini, terutama sejak runtuhnya Tembok Berlin, ada serangan yang…

Opini

Menolak Usulan Perguruan Tinggi Mengelola Tambang: Ancaman terhadap Demokrasi dan Kebebasan Akademik

Marhaenist.id - Usulan pemberian izin usaha pertambangan kepada perguruan tinggi telah menjadi…

Opini

Indonesia di Persimpangan Geopolitik: Peluang dan Tantangan Dalam Menjalin Kerja Sama Dengan Uni Eropa

Marhaenist.id - Pernyataan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?