By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Resmi Dilantik, DPC GMNI Halut Komitmen Kawal Kebijakan Pemda yang Pro Rakyat
Arjuna Putra Aldino Lantik Pengurus DPC GMNI Halut Periode 2025-2027
DPD PA GMNI Kaltim Tolak Pemangkasan DBH yang Dinilai Sangat Tidak Adil
Tambang Rampok Hak Rakyat, Ketua PA GMNI Kaltim Desak Presiden Prabowo Hentikan Operasi 13 Perusahaan Raksasa
Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Historical

Kucing Hitam Atau Kucing Putih dan Deng Xiaoping

Indo Marhaenist
Indo Marhaenist Diterbitkan : Kamis, 5 September 2024 | 16:40 WIB
Bagikan
Waktu Baca 6 Menit
Deng Xiaoping semasa muda. Foto : Public Domain/Georgy Manaev
Bagikan
iRadio

MARHAENIST – Ketika mendengar ungkapan “Kucing Hitam Kucing Putih”, pikiran tentang kucing mungkin langsung terlintas di benak kita. Sebenarnya, ungkapan ini adalah teori yang sudah dikenal luas sejak reformasi dan keterbukaan Tiongkok.

Hal ini berdasarkan pada kutipan dari mendiang pemimpin Deng Xiaoping pada tahun 1960-an, “Kucing hitam atau kucing putih, jika bisa menangkap tikus, ia adalah kucing yang baik.”

Dengan kata lain, tidak peduli apakah itu ekonomi terencana atau ekonomi pasar, ekonomi hanyalah sarana mengalokasikan sumber daya, tidak ada hubungannya dengan sistem politik.

Kapitalisme dapat memiliki rencana, dan sosialisme dapat memiliki pasar. Selama ekonomi dapat mengembangkan produktivitas, keduanya dapat digunakan dalam praktik.

Sebagai seorang pragmatis, Deng percaya bahwa terlibat dalam perdebatan teoritis akan menunda peluang. Ia menganggap argumen kosong tidak membantu dan kebenaran hanya dapat diuji dalam praktik. Jadi, menurutnya, kita harus bertindak berani dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan sebelum mencoba sesuatu.

Apakah solusinya memecahkan masalah yang menjadi tujuannya? Itulah yang terpenting. Solusi yang memenuhi persyaratan tertentu tetapi gagal memecahkan masalah tidak ada gunanya. Dia tidak peduli dengan kemurnian ideologis, yang penting adalah hasilnya.

Dan setelah bertahun-tahun berlatih, kini Tiongkok telah membuka jalan baru menuju sosialisme dengan karakteristik Tiongkok, dan membangun ekonomi pasar sosialis.

Peking awal musim panas, 1962. Deng Xiaoping berdiri di hadapan lebih dari 1.000 pemuda dari seluruh China. Itu saat Pleno ke-7 Komite Sentral Partai Komunis China (PKC) dalam Konferensi Liga Pemuda PKC. Deng sudah 6 tahun mendampingi Ketua PKC Mao Zedong sebagai Sekretaris Jenderal PKC.

Ketua Mao sendiri belum lama mundur dari jabatan Presiden, setelah program ambisiusnya Lompatan Jauh ke Depan gagal dan memicu kelaparan yang menewaskan 43 juta orang. Presiden berikutnya, Liu Shaoqi, kemudian melakukan enam langkah pemulihan ekonomi.

Baca Juga:   Pesan Terakhir Ki Hadjar Pada Bung Karno

Pertama, memberi insentif tanah untuk swasta. Kedua, mengefisiensikan BUMN. Ketiga, memberi kewenangan perusahaan dalam produksi. Keempat, mengizinkan pemerintah lokal menetapkan target dan kuota produksi. Kelima, mengedepankan akurasi data. Keenam, mereorganisasi partai.

Pada 1962 itu, enam langkah tersebut mulai menunjukkan hasil, meski belum membalikkan situasi sepenuhnya. Namun, kondisi ekonomi perdesaan China praktis sudah mulai membaik, terlihat dari berkembangnya industri skala kecil dan menengah seperti pabrik dan peralatan pertanian.

Deng sendiri, yang mulai terbuka pada gagasan liberal, percaya pemerintah lokal harus diberikan kewenangan memilih model terbaik atas produksinya. Pemerintah lokal harus bisa mengadopsi model produksi apa pun yang dapat memfasilitasi pemulihan dan pertumbuhan produksi pertanian.

Petani juga harus diizinkan mengadopsi model produksi apa pun yang mereka inginkan. Ini ibarat dalam pertempuran, Kamerad Liu Bocheng sering mengutip pepatah Sichuan: Tidak masalah mau kucing hitam atau kucing putih, asalkan bisa menangkap tikus,” kata Deng dalam pidatonya.

Sayang, pada 1966, Ketua Mao kumat lagi. Ia meluncurkan Revolusi Kebudayaan. Bukannya kapok dengan kegagalannya terdahulu, kali ini Mao ingin menghadirkan ideologi komunis yang ‘benar’ dengan menyapu unsur kapitalis dan tradisional. Akibatnya, pemulihan ekonomi itu pun gagal.

Sebab pada masa itulah banyak budayawan, ilmuwan, teknisi, dan manajer pabrik dipenjara karena dituduh kontrarevolusi. Jutaan orang dianiaya, pengusiran, perampasan properti, perusakan situs agama dan budaya, banyak terjadi. Akibatnya, suplai pekerja dan tenaga ahli pun kian menyusut.

Upaya pengembangan teknologi untuk industrilisasi jangka panjang terhambat. Aktivitas politik lebih menyita energi ketimbang meningkatkan produktivitas. Alat transportasi untuk menunjang distribusi hasil produksi dipakai untuk mobilitas pengawal merah. Industri pun kekurangan bahan mentah.

Revolusi Kebudayaan itu sekaligus menandai kembalinya pengaruh Mao ke tampuk kekuasaan China. Kaum muda menanggapi agenda tersebut dengan membentuk kelompok-kelompok milisi. Gerakan itu lalu menyebar ke militer, buruh, PKC, hingga akhirnya ke seluruh ranah kehidupan.

Baca Juga:   Inggit Garnasih Pahlawan Nasional yang Tak Kunjung Diakui dan Telupakan

Gerakan faksional ini lalu berujung pada pembersihan massal pejabat senior PKC, termasuk Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping. Pada saat yang sama kultus personalitas Mao kian tumbuh, dan Maoisme akhirnya menjadi ideologi baru China, sekaligus mengantarkan China jatuh ke titik terendah ekonominya.

Deng, yang disebut Ketua Mao sebagai ‘antek kapitalis terbesar kedua di partai’ setelah Liu, pada 1966 itu dicopot dari jabatannya, ditugaskan bekerja di kantin sekolah kader di Peking. Pada 1969, ia dipaksa bekerja di pabrik traktor di Xinjian, Jiangxi, hingga akhirnya kembali pada 1973.

Setelah Wakil Ketua PKC Lin Bao tewas dalam kecelakaan udara setelah gagal mengudeta Mao pada 1971, Perdana Menteri Zhou Enlai meyakinkan Mao untuk kembali membawa Deng ke politik. Mao yang tak punya pilihan lain akhirnya setuju. Pada 1974, Deng dipilih sebagai Wakil PM.

Pada 1975, Deng terpilih sebagai Wakil Ketua PKC. Sayang, setahun berikutnya Zhou meninggal. Mao lalu memilih Hua Guofeng sebagai PM. Pada tahun itu pula Mao meninggal. Kelompok reformasi yang dipimpin Deng akhirnya mulai melucuti kebijakan Mao yang berkaitan dengan Revolusi Kebudayaan.

Ia melanjutkan reformasi ekonomi yang sudah dimulai pada 1970-an, dengan privatisasi, menerapkan kawasan khusus dengan insentif pajak, menyudahi kontrol harga, dan menghapus proteksi. Hasilnya, selama 1978-2013, ekonomi China tumbuh rata-rata 9,5% per tahun.

“Kita tidak akan memiliki harapan berhasil, kecuali kita melakukan segala upaya untuk membangkitkan inisiatif massa, termasuk petani dan penduduk kota. Kita bisa menemukan cara untuk merehabilitasi ekonomi nasional dalam waktu yang singkat,” kata Deng dengan penuh percaya diri.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Resmi Dilantik, DPC GMNI Halut Komitmen Kawal Kebijakan Pemda yang Pro Rakyat
Senin, 13 Oktober 2025 | 20:59 WIB
Arjuna Putra Aldino Lantik Pengurus DPC GMNI Halut Periode 2025-2027
Senin, 13 Oktober 2025 | 14:51 WIB
DPD PA GMNI Kaltim Tolak Pemangkasan DBH yang Dinilai Sangat Tidak Adil
Senin, 13 Oktober 2025 | 12:24 WIB
Tambang Rampok Hak Rakyat, Ketua PA GMNI Kaltim Desak Presiden Prabowo Hentikan Operasi 13 Perusahaan Raksasa
Senin, 13 Oktober 2025 | 11:36 WIB
Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima
Senin, 13 Oktober 2025 | 00:21 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Refleksi Hari Jadi Kabupaten Rohul Ke-26 Tahun, GMNI: Momentum Evaluasi Pembangunan dan Penguatan Nasionalisme Kerakyatan
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Manifesto

Materialisme Dialektis dan Historis

Marhaenist.id - Materialisme dialektis adalah pandangan dunia partai Marxis-Leninis. Disebut materialisme dialektis karena…

Kapitalisme

Bantuan Kemiskinan Ekstrem Rp5 Miliar Disalurkan Pemkab Jayawijaya

Marhaenist - Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Papua sedang menyalurkan Rp5 miliar bantuan kemiskinan…

Kabar GMNI

GMNI Kecam Aksi Pencurian yang Marak Terjadi di Kabupaten Touna

Marhaenist.id, Touna - Aksi pencurian yang kerap terjadi di Kabupaten Tojo Una-Una…

Opini

Politik Inklusif Ganjar Pranowo

Perhelatan kontestasi politik melalui Pemilihan Umum 2024 semakin dekat dan berjalan dinamis.…

Kabar GMNI

Manifesto Ekonomi Nasional GMNI

Marhaenist.id - Akhir-akhir ini ekonomi Indonesia tengah berada dalam kondisi yang tidak…

Kabar GMNI

Minim Subtansi, Maha Sakti Esa Jaya: Debat Pilkada Penajam Paser Utara Jadi Ajang Jual Program

Marhaenist.id, Penajam Paser Utara - Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Maha Sakti…

Kabar GMNIKabar PA GMNI

Berharap Dualisme Segera Berakhir, Dua Alumni GMNI Dukung adanya Kongres Persatuan

Marhaenist.id - Perpecahan antara kubu Imanuel Cahyadi/Soejahri Somar dan Arjuna Putra Aldino/M.…

Kabar GMNI

Sikapi Revisi UU Pilkada, GMNI Blitar Gruduk Kantor DPRD

MARHAENIST - Pelantikan anggota DPRD Kota Blitar terpilih periode 2024-2029 berlangsung pada…

Kabar GMNI

Puluhan Mahasiswa Yogyakarta Gelar Diskusi Menolak Politisasi Bansos

Marhaenist.id, Yogyakarta - Puluhan mahasiswa Yogyakarta dengan mengatasnamakan Forum Mahasiswa Yogyakarta melakukan…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?