Marhaenist.id – Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni adalah pengingat historis sekaligus moral bahwa bangsa Indonesia berdiri di atas fondasi nilai-nilai luhur: kebangsaan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial.
Pancasila bukan hanya dasar negara, tetapi juga merupakan jiwa perjuangan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), yang lahir dari rahim sejarah perjuangan bangsa dan ideologi Bung Karno.
Namun hari ini, ketika bangsa memperingati Pancasila sebagai ideologi pemersatu, GMNI justru berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Perpecahan di tubuh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang belum juga terselesaikan, serta sikap saling mementingkan ego masing-masing, jelas mencederai nilai-nilai kebangsaan, kepemimpinan kolektif, dan semangat ideologis itu sendiri.
Pancasila adalah fondasi ideologis, bukan alat untuk melegitimasi kekuasaan. Pada dasarnya, GMNI harus bersatu dan memperjuangkan rakyat dalam satu front marhaenisme. Kami, sebagai akar rumput, senantiasa berjuang dalam pengembangan organisasi melalui pengkaderan dan penguatan keilmuan.
Perpecahan di tubuh DPP hari ini tidak mencerminkan semangat Pancasila maupun ajaran Bung Karno. DPP sebagai pemegang mandat tertinggi seharusnya menjadi teladan dalam membangun persatuan, bukan justru terjebak dalam konflik kepentingan yang menjauhkan dari garis ideologis.
Sebagaimana Bung Karno pernah mengingatkan dalam pidatonya pada 1 Juni 1945: “Jikalau kita ingin mendirikan negara Indonesia yang kuat dan teguh, marilah kita mencari persatuan. Marilah kita mencari persetujuan, mencari persaudaraan yang sejati.”
Pesan ini relevan untuk GMNI hari ini, bahwa perpecahan hanya akan melemahkan perjuangan dan mencederai semangat Pancasila itu sendiri.
Kami, DPC GMNI Jombang bersama seluruh DPK se-Jombang, menekankan bahwa perpecahan ini harus disikapi dengan segera melalui penyelenggaraan Kongres Persatuan — bukan melalui pengklaiman sepihak atau pengutamaan ego masing-masing.
Jikalau memang persatuan sulit terwujud karena masing-masing pihak masih mengedepankan ego, maka seharusnya dapat ditempuh jalan konstitusional berupa Kongres Luar Biasa demi menyelamatkan marwah organisasi dan menjaga semangat ideologi marhaenisme tetap hidup.***
Penulis: Daffa Raihananta/Ketua DPC GMNI Jombang.