Marhaenist.id – Lebih dari enam dekade lalu, Bung Karno merumuskan Trisakti sebagai fondasi ideologis bangsa Indonesia: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Meski lahir dari semangat revolusi kemerdekaan, Trisakti justru semakin relevan di tengah situasi krisis multidimensi yang dihadapi bangsa saat ini.
Kedaulatan politik Indonesia masih lemah di hadapan kekuatan modal dan tekanan global. Dalam banyak hal, keputusan strategis bangsa dari energi, pangan, hingga pertahanan tak sepenuhnya lepas dari pengaruh luar. Demokrasi kerap tersandera kepentingan elite politik dan oligarki ekonomi. Dalam konteks inilah, Trisakti hadir sebagai pengingat, bahwa politik harus berpijak pada kedaulatan rakyat, bukan tunduk pada tekanan asing atau kekuasaan uang.
Di sektor ekonomi, cita-cita berdikari kian tergerus. Ketergantungan pada impor, investasi asing yang menjarah sumber daya, serta maraknya utang luar negeri membuktikan bahwa kita belum sepenuhnya mandiri. Lebih menyedihkan, rakyat kecil yang seharusnya menjadi subjek utama pembangunan justru tersingkir. Petani kehilangan lahan, nelayan tergeser industri besar, dan buruh hidup dalam ketidakpastian. Trisakti mengajarkan bahwa ekonomi nasional harus dikendalikan oleh bangsa sendiri dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
Di bidang kebudayaan, arus globalisasi membanjiri ruang publik kita dengan nilai-nilai asing. Budaya konsumtif, individualisme, dan hedonisme perlahan menggerus nilai luhur bangsa. Kita mulai lupa pada gotong royong, rasa hormat, dan semangat kebersamaan. Padahal, berkepribadian dalam kebudayaan bukan berarti menolak modernitas, tetapi membangun kemajuan dengan tetap berpijak pada nilai dan identitas bangsa sendiri.
Trisakti Bung Karno bukan sekadar doktrin politik, tetapi arah perjuangan ideologis yang menyeluruh. Ia menuntut keberanian berpihak pada rakyat, komitmen melawan ketergantungan, dan kesadaran membangun bangsa yang bermartabat. Bagi kader GMNI dan seluruh anak bangsa yang sadar akan pentingnya ideologi dalam gerak politik dan pembangunan, Trisakti adalah kompas moral sekaligus alat perjuangan.
Di tengah disorientasi kebijakan, komersialisasi pendidikan, dan pemiskinan struktural, Trisakti bukan hanya relevan ia mendesak untuk diwujudkan. Saatnya bangsa ini kembali ke jalan ideologisnya, jalan yang telah digariskan oleh pendiri bangsa kita jalan Trisakti.
“Berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan — itulah Trisakti!” – Bung Karno.***
Penulis: Adi Maliano, Kader GMNI Kendari.