By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Menolak Gelar Pahlawan Nasional bagi Soeharto adalah Kewajiban Ideologis bagi Marhaenis
Tirani yang Tersenyum dalam Bayang Kiamat Epistemik: Evolusi Kekuasaan dari Orwellian ke Huxleyian – Part I
Jika atas Dasar Cinta, Permata Indonesia Tantang Walikota Kendari Permanenkan Penghentian Proyek KOPPERSON di Tapak Kuda
Layangkan Penyataan Sikap Ke Pemerintah, GMNI Se-Indonesia Tolak Pemberian Gelar Pahlawan Kepada Suharto
DPC PA GMNI Bengkalis Ucapkan Selamat atas Terselenggaranya Konfercab Ke- I GMNI Bengkalis

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Sudah Sejahterakah Buruh Hari Ini? Telaah Kritis Melalui Perspektif Marxis

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Rabu, 30 April 2025 | 23:09 WIB
Bagikan
Waktu Baca 5 Menit
Bendera GMNI/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Di tengah kemajuan teknologi, liberalisasi ekonomi, dan pergeseran dunia kerja, pertanyaan klasik ini masih bergema: “Sudah sejahterakah buruh hari ini?” Sebuah narasi dominan yang umumnya akan dijawab “ya” oleh para kapitalis.

Namun, bila kita menelaah dari perspektif Marxis. Kesejahteraan buruh bukan lah sekadar perkara angka-angka di atas kertas, tetapi perkara struktural yang berkaitan erat dengan relasi produksi, kepemilikan alat produksi, dan nilai lebih yang dihasilkan dari kerja mereka.

Latar Belakang Persoalan Kesejahteraan Buruh di Era Modern

Sejak era Revolusi Industri, buruh telah menempati posisi sentral dalam mesin produksi kapitalisme. Mereka menjual tenaga demi bertahan hidup, namun tidak memiliki kuasa atas hasil kerjanya.

Kondisi ini dijelaskan dengan tajam oleh Karl Marx dalam bukunya Das Kapital, bahwa dalam sistem kapitalis buruh tidak pernah benar-benar dibebaskan dari eksploitasi. Mereka menjadi komoditas yang nilainya ditentukan oleh kebutuhan minimum untuk mempertahankan hidup, bukan oleh nilai sejati dari kerja yang mereka berikan.

Memasuki era kontemporer, wajah eksploitasi mengalami perubahan. Dunia kerja kini dihiasi jargon-jargon seperti fleksibilitas, efisiensi, dan inovasi. Namun sebaliknya, struktur pada relasi kuasa yang di pegang oleh Kapitalis tetap tidak berubah.

Realitas buruh hari ini jauh dari gambaran ideal tentang kesejahteraan. Di Indonesia, upah minimum regional masih sering kali tidak memenuhi kebutuhan hidup layak bagi para buruh.

Inflasi terus naik, harga kebutuhan pokok meningkat, sementara upah kerap stagnan. Banyak buruh masih bekerja dalam kondisi tidak pasti ini dengan status kontrak, tanpa jaminan pensiun, dan tanpa perlindungan maksimal dari negara.

Sementara itu, buruh di sektor industri juga menghadapi tantangan serius. Peningkatan jam kerja, beban kerja berlebih, bahkan penghilangan hak-hak normatif dengan alasan efisiensi dan produktivitas menjadi praktik yang semakin umum ditemui oleh para buruh selama bekerja. Serikat pekerja juga tak luput dari upaya pelemahan melalui berbagai mekanisme, baik secara hukum maupun sosial, menjadikan posisi buruh semakin terasingkan (alienasi) dari posisi idealnya.

Baca Juga:   IHSG Anjlok!!!

Strategi Kooptasi dan Ilusi Kesejahteraan

Salah satu kekuatan utama kapitalisme modern bukan hanya pada kontrol ekonomi, tetapi juga pada kemampuannya membangun kesadaran semu (false consciousness). Buruh tidak hanya dieksploitasi secara material, tetapi juga dimanipulasi secara ideologis. Mereka dibentuk untuk percaya bahwa kerja keras akan membawa kesejahteraan pribadi. Mereka disuguhi narasi tentang meritokrasi, mobilitas sosial, dan mimpi menjadi “orang sukses”.

Kooptasi ini juga hadir dalam bentuk corporate social responsibility (CSR), penghargaan karyawan terbaik, atau program kesejahteraan semu yang disponsori perusahaan. Padahal semua itu hanyalah mekanisme untuk memperhalus dominasi, bukan mengubah struktur relasi kerja. Negara pun berperan dalam memperkuat strategi ini melalui regulasi-regulasi yang condong pada kepentingan modal, seperti UU Omnibuslaw, & UU Minerba yang justru mempermudah pemutusan hubungan kerja dan mengurangi hak-hak dasar buruh.

Di sisi lain serikat buruh kerap dilemahkan bukan hanya melalui represi langsung, tapi juga melalui kooptasi ideologis. Serikat dijinakkan, diarahkan untuk menjadi bagian dari sistem manajerial, bukan sebagai alat perjuangan kelas. Hal ini menyebabkan buruh kehilangan saluran perjuangan yang sejati.

Perlawanan dan Alternatif Menuju Kesejahteraan

Dalam perspektif Marxis, perjuangan buruh bukan hanya untuk kenaikan upah atau perbaikan kondisi kerja, tapi untuk membangun tatanan sosial alternatif. Masyarakat tanpa kelas, di mana alat produksi dikuasai secara kolektif dan hasil kerja dibagikan berdasarkan kebutuhan. Ini bukan mimpi utopis, melainkan cita-cita revolusioner yang berpijak pada logika pembebasan dari alienasi dan dominasi modal.

Alternatif jangka pendek bisa meliputi penguatan serikat buruh independen, aliansi lintas sektor pekerja, serta perjuangan hukum yang berpihak pada buruh. Namun alternatif jangka panjang menuntut transformasi radikal atas struktur ekonomi dan politik. Sebuah Project Sosialisme yang memberikan kontrol atas produksi dan distribusi pada kelas pekerja itu sendiri.

Baca Juga:   Gubernur NTT Menyerbu Kampung Adat: Transisi Energi atau Kolonialisme Baru?

Sudah sejahterakah buruh hari ini?

Menjawab pertanyaan “Sudah sejahterakah buruh hari ini?” memerlukan niat yang besar untuk melihat realitas secara keseluruhan. Di balik narasi kesejahteraan, tersembunyi sistem kerja yang masih menjadikan buruh sebagai komoditas untuk akumulasi modal. Perspektif Marxis membantu kita memahami bahwa persoalan ini tidak akan selesai hanya dengan perbaikan kosmetik, tetapi harus melalui perubahan sistemik.

Kesejahteraan sejati bagi buruh bukan sekadar soal angka upah atau jaminan sosial, tetapi soal penghapusan eksploitasi, penguasaan kolektif atas alat produksi, dan pembebasan manusia dari sistem kerja yang menindas.

Maka, selama kapitalisme masih menjadi fondasi sistem ekonomi, perjuangan buruh akan terus relevan sebagai bagian dari upaya panjang menuju masyarakat yang lebih adil.***


Penulis: DPC GMNI Balikpapan. Tulisan ini ditulis berdasarkan hasil Kajian DPC GMNI Balikpapan pada Tanggal 27 April 2025.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Menolak Gelar Pahlawan Nasional bagi Soeharto adalah Kewajiban Ideologis bagi Marhaenis
Jumat, 7 November 2025 | 13:59 WIB
Tirani yang Tersenyum dalam Bayang Kiamat Epistemik: Evolusi Kekuasaan dari Orwellian ke Huxleyian – Part I
Kamis, 6 November 2025 | 04:39 WIB
Jika atas Dasar Cinta, Permata Indonesia Tantang Walikota Kendari Permanenkan Penghentian Proyek KOPPERSON di Tapak Kuda
Kamis, 6 November 2025 | 03:35 WIB
Layangkan Penyataan Sikap Ke Pemerintah, GMNI Se-Indonesia Tolak Pemberian Gelar Pahlawan Kepada Suharto
Rabu, 5 November 2025 | 22:05 WIB
DPC PA GMNI Bengkalis Ucapkan Selamat atas Terselenggaranya Konfercab Ke- I GMNI Bengkalis
Rabu, 5 November 2025 | 17:43 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Menteri ATR/BPN Temui Warga Kebon Sayur Setelah Didesak Massa Aksi untuk Tuntaskan Konflik Sengketa Lahan 
Kabar GMNI Marhaenis
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Menteri koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD dan Ketua Umum GBN Erros Djarot. MARHAENIST
Infokini

Dukung Musisi Bangkit Dari Pandemi, GBN Gelar Bhinneka Culture Festival

Marhaenist - Dalam rangka berikan wadah bagi para musisi-musisi tanah air yang…

Artikel

Melawan Lupa: Mengapa Rakyat Indonesia, Pengagum Bung Karno, hingga GMNI harus Menolak Soeharto Menjadi Pahlawan Nasional?

Marhaenist.id - Isu penganugerahan Pahlawan Nasional untuk Soeharto memang sering menimbulkan perdebatan…

Bingkai

Komandante ‘Pacul’ Saat Ziarahi Makam Bung Karno

Marhaenist.id, Blitar - Ketua DPD Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMNI) Jawa…

Kabar GMNI

GMNI UIN Jakarta Tegaskan Peran Mahasiswa Mengawal Aspirasi Rakyat

Marhaenist.id, Jakarta - Pada Kamis, 28 Desember 2023, Sekelompok Mahasiswa UIN Jakarta menggelar…

Kabar GMNI

GMNI UIN Jakarta Bersama Rakyat, Rayakan Kemerdekaan dengan Aksi Nyata

Marhaenist.id, Ciputat – Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80,…

Kabar PA GMNI

Ziarahi di Makam Bung Karno, Berdoa dan Menabur Bunga: Warisan Penting Geo Politik Soekarno (Catatan Perjalanan DPP PA GMNI 2)

Marhaenist.id, Blitar - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa…

Kabar PA GMNI

Alumni GMNI Ingatkan Gagasan Soekarno untuk Mengatasi Situasi Global

Marhaenist.id, Jakarta - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa…

Kabar GMNI

Bung Yusuf, Api yang Kembali Menyala Buat GMNI

Marhaenist.id - Sudah enam tahun lamanya ia meninggalkan kampus. Namanya Yusuf, dulu…

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto. FILE/PDI Perjuangan
Polithinking

Hasto Sebut Banyak Manuver PSI Yang Merugikan PDI Perjuangan

Marhaenist - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, meski sesama…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?