By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Resensi Ekologi Marx – John Belammy Foster
PB Jakarta Bangun Koperasi ‘Bottom Up’
Kisruh Koperasi dan MRT Bikin Iklim Usaha Buruk,  Ketua PB Jakarta Apresiasi Kebijakan Pramono Anung
Resensi Buku Karl Popper: Logika Penemuan Ilmiah
Kenapa Harus Adili Jokowi?

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Kabar GMNI

Pernyataan Sikap GMNI Jaksel: Cabut UU TNI dan RUU Kepolisian Negara serta Mendesak Reformasi Kepolisian yang Demokratis

Trian Walem
Trian Walem Diterbitkan : Minggu, 6 April 2025 | 19:53 WIB
Bagikan
Waktu Baca 3 Menit
Foto: Pernyataan Sikap GMNI Jakarta Selatan. MARHAENIST
Foto: Pernyataan Sikap GMNI Jakarta Selatan. MARHAENIST
Bagikan
iRadio

Proses Historis: Dari Militerisme Orde Baru Ke Reformasi Yang Mandeg

Sejarah Indonesia pasca-kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari peran dominan militer dalam politik dan pemerintahan. Pada masa Orde Baru (1966-1998), TNI (dulu ABRI) menjadi pilar utama rezim otoritarian melalui doktrin Dwi Fungsi ABRI, yang melegitimasi intervensi militer di segala aspek kehidupan berbangsa.

Contents
Proses Historis: Dari Militerisme Orde Baru Ke Reformasi Yang MandegBerdasarkan proses historis di atas, GMNI Cabang Jakarta Selatan menilai:TUNTUTAN GMNI CABANG JAKARTA SELATAN:1. Cabut UU TNI dan Tolak RUU Kepolisian!
  • Era Orde Baru:

Militer tidak hanya bertugas di bidang pertahanan, tetapi juga menguasai pos-pos strategis di pemerintahan, bisnis, dan parlemen. Polri (waktu itu masih bagian dari ABRI) berfungsi sebagai alat represi rezim, termasuk dalam pembungkaman demokrasi, penculikan aktivis, dan pelanggaran HAM berat seperti peristiwa Tanjung Priok (1984), Talangsari (1989), dan penembakan mahasiswa Trisakti (1998).

  • Reformasi 1998 dan Janji Demiliterisasi:

Pasca-keruntuhan Soeharto, tuntutan reformasi total termasuk penghapusan Dwi Fungsi ABRI dan pemisahan Polri dari TNI (1999). TNI secara resmi ditarik dari politik praktis, tetapi warisan struktural dan budaya militerisme tetap hidup melalui doktrin “Peran Politik TNI” yang terselubung.

  • Kemunduran Demokrasi Pasca-Reformasi:

UU TNI No. 34/2004 tidak sepenuhnya memutus mata rantai militerisme, karena masih membuka celah intervensi sipil melalui Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Polri gagal bereformasi menjadi institusi yang profesional dan akuntabel, terbukti dari maraknya kasus kekerasan aparat, impunitas, dan politisasi kepolisian (contoh: penanganan demo buruh, kriminalisasi aktivis, hingga represi mahasiswa). RUU Kepolisian yang sedang digodok justru mengancam demokrasi dengan memperluas kewenangan represif Polri tanpa pengawasan memadai.

Baca Juga:   Jelang Pemilu 2024, DPD GMNI Sultra Ajak Masyarakat Ciptakan Pemilu Damai dan Tolak Politik Uang

Berdasarkan proses historis di atas, GMNI Cabang Jakarta Selatan menilai:

UU TNI dan RUU Kepolisian adalah bentuk kemunduran reformasi yang mengembalikan Indonesia ke pola Orde Baru. Tanpa reformasi sejati, TNI/Polri akan terus menjadi alat kekuasaan, bukan pelindung rakyat. Gerakan mahasiswa memiliki tanggung jawab sejarah untuk melanjutkan perjuangan 1998 dalam menegakkan civilian supremacy.

TUNTUTAN GMNI CABANG JAKARTA SELATAN:

1. Cabut UU TNI dan Tolak RUU Kepolisian!

Kembalikan TNI ke BARAK dan pada fungsi pertahanan murni, hapuskan OMSP yang sarat intervensi sipil dan Tolak RUU Kepolisian yang mengancam kebebasan sipil dan mengukuhkan represi.

2. Reformasi Kepolisian yang Demokratis!

Polri harus belajar dari sejarah kelam sebagai alat rezim dan bertransformasi menjadi institusi yang melayani publik.

3. Wujudkan Supremasi Sipil!

Kita tidak boleh mengulang kesalahan Orde Baru yang membiarkan militer menguasai kehidupan demokrasi.

Jakarta, 05 Maret 2025

Hormat kami,
Dewan Pimpinan Cabang
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
(GMNI)
Jakarta Selatan

 

Deodatus Sunda Se (Ketua GMNI Jaksel

Erdison (Sekretaris GMNI Jaksel)

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Resensi Ekologi Marx – John Belammy Foster
Jumat, 12 September 2025 | 00:53 WIB
PB Jakarta Bangun Koperasi ‘Bottom Up’
Senin, 8 September 2025 | 00:15 WIB
Kisruh Koperasi dan MRT Bikin Iklim Usaha Buruk,  Ketua PB Jakarta Apresiasi Kebijakan Pramono Anung
Senin, 8 September 2025 | 00:07 WIB
Resensi Buku Karl Popper: Logika Penemuan Ilmiah
Minggu, 7 September 2025 | 23:24 WIB
Kenapa Harus Adili Jokowi?
Minggu, 7 September 2025 | 21:46 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Lukisan Pakde Karwo Menolak Terbakar: Isyarat Zaman dari Api Grahadi, Ramalan Jayabaya yang Hidup
Marhaenis
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Polithinking

Alumni UI Garda Pancasila (AUIGP) Dukung DPR-RI Gunakan Hak Angket

Marhaenist.id, Jakarta - Alumni Universitas Indonesia Garda Pancasila (AUIGP) mendukung DPR RI…

Sukarnoisme

Menelisik Kunjungan Bung Karno ke AS 16 Mei 1956

Marhaenist.id - Bung Karno tiba di Washington dengan menggunakan pesawat pribadi Presiden…

Polithinking

Puluhan Aktivis Geruduk Ganjar, Dinilai Paling Paham Aspirasi Perempuan

Marhaenist.id, Jakarta - Puluhan aktivis perempuan menggeruduk Ganjar Pranowo untuk memberikan dukungan…

Indonesiana

Mahfud MD Sebut Status WTP Papua Tak Menjamin Bebas Korupsi

Marhaenist - Pemerintah Provinsi Papua kembali meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)…

Garis polisi terpasang di gerbang 13 Stadion Kanjuruhan, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (06/10/2022) tempat korban meninggal berdesak-desakan akibat gas air mata. TELEGRAF/Koeshondo W. Widjojo
Infokini

Jumlah Korban Tragedi Kanjuruhan Bertambah 1 Orang, Total Meninggal 132 Jiwa

Marhaenist - Korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur bertambah satu…

Polithinking

Reshuffle Kabinet, Ugal-Ugalan Diakhir Masa Jabatan

MARHAENIST - Belum hilang hiruk-pikuk seputar pengunduran diri secara mendadak dari Ketua…

Kabar GMNI

GMNI Soroti Debat Pilkada Bantaeng di Makassar: Bikin Malu, Ricuh di Kampung Orang

Marhaenist.id, Makassar - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Kabar GMNI

GMNI Jaksel Serukan Potong Satu Generasi: Bersihkan Pejabat Warisan Orde Baru dan Adili Jokowi-Makzulkan Gibran

Marhaenist.id, Jakarta – Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta…

Opini

Hukum Sebagai Panglima Bukan Kekuasaan

MARHAENIST - Baru saja kita memperingati hari konstitusi pada tanggal 18 agustus…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?