By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.
ArtikelKabar Alumni GMNI

Komandan Pacul, Marhaen Rasa ‘Korea’

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Kamis, 26 Juni 2025 | 23:06 WIB
Bagikan
Waktu Baca 6 Menit
Foto: Komandan Pacul, Wakil Ketua MPR RI 2024/2029, Ketua Umum DPD PDIP Jateng, Ketua Umum DPD PA GMNI Jateng/MARHAENIST.
Bagikan

Marhaenist.id – Saat kita menyaksikan pejabat atau politisi di layar kaca maupun media sosial, sering kali masyarakat yang hidup pas-pasan hanya bisa menggerutu dan takut bermimpi menjadi ‘orang besar’.

Fenomena itu nyata di kalangan kelas bawah atau Marhaen dalam sebutan Soekarno (selanjutnya ditulis Bung Karno), yang selama berabad-abad terjebak dalam kemiskinan akibat kolonialisme dan imperialisme.

Dengan panggilan nurani itulah Bung Karno mengajarkan semangat anti-kemiskinan: kemerdekaan adalah jembatan emas, dan di seberang jembatan itu segala ketertinggalan harus dituntaskan.

Kuncinya adalah mindset, kepercayaan diri, dan langkah terukur. Semangat progresif itu wajib diteruskan, terutama dalam membangun mentalitas kelas bawah.

Komandan Pacul dan Spirit ‘Korea’

Sejak pertama kali muncul di podcast Total Politik, saya merasa beruntung ada figur yang menyampaikan langkah terukur dalam melawan ‘kemiskinan’ agar melenting, tanpa harus mengutuk keadaan.

Figur yang dimaksud yaitu Bambang Wuryanto, atau Komandan Pacul, Wakil Ketua MPR RI, Ketua Bappilu DPP-PDI Perjuangan, dan Ketua DPD-PDI Perjuangan Jawa Tengah.

Menurut saya, beliau adalah murid ideologis Bung Karno yang meneruskan ‘semangat melenting bagi kelas bawah.’

Komandan Pacul menyebut mereka yang lahir dalam kemiskinan ekstrem tetapi bertekad mengubah nasib sebagai ‘Korea’.

Istilah itu berangkat dari gambaran pasukan Korea di bawah Jepang: tak segagah tentara Jepang, tetapi militansinya tinggi.

Di Jawa, ‘Korea’ dimaknai sebagai ‘orang kecil yang bersiap melakukan quantum leap, melenting ke atas dari keterbatasan.

Empat prinsip

Bagi Komandan Pacul, terdapat empat prinsip hidup seorang ‘Korea’ agar bisa melenting. Pertama, tahu tujuan. ‘Korea’ harus jelas arah atau tujuan, baik dalam hal kekuasaan, finansial, atau intelektual.

Tanpa tujuan, hidup bagai pepatah ‘hidup segan, mati tak mau’. Setelah menetapkan tujuan, seorang ‘Korea’ harus mampu fokus.

Baca Juga:   DPP PA GMNI Salurkan Bantuan Gempa ke Pasaman dan Pasaman Barat

Momentum sering hilang justru karena pikiran bercabang atau tidak fokus. Bung Karno sendiri sejak kecil sudah menetapkan tujuan dan cita-cita revolusionernya—meraih kekuasaan untuk memerdekakan rakyat—dan tetap konsisten untuk menggapainya.

Kedua, cari galah. Sebaik apa pun potensi, tanpa ‘galah’ yang tepat, Korea sulit melenting. Galah adalah ‘patron, komunitas, atau jejaring yang memberi tuas.’

Komandan Pacul menemukan galah dengan mengikuti organisasi ketika masih mahasiswa, maupun setelahnya sekitar tahun 1990-an masuk PDI-Perjuangan dan bertemu figur-figur seperti Megawati Soekarnoputri, Almarhum Taufiq Kiemas, Puan Maharani, dan Almarhum Soetjipto.

Menurut saya, jika melihat perjalanan Komandan Pacul, seorang ‘Korea’ apabila ingin melenting harus memilih mengikuti komunitas, organisasi atau perkumpulan yang tepat demi menemukan jaringan yang tepat lalu.

Seorang ‘Korea’ haruslah manusia yang bergaul dan mampu menentukan siapa yang ia inginkan menjadi galah.

Selain itu, yang paling terpenting seorang korea harus mampu meyakinkan galah tersebut untuk memasukkannya kedalam circle sang galah.

Seorang ‘Korea’ harus mampu memenangkan hati galahnya secara emosional maupun kebutuhannya dalam memecahkan persoalan agar galah tersebut melentingkannya, bukan justru membebani hati dan pikiran sang galah.

Seorang ‘Korea’ mesti memahami alam pikir galah; gunakan ‘otot proaktif’ kapan pun dibutuhkan untuk men-treatment galahnya. Bung Karno dahulu pun ‘melenting’ lewat galah H.O.S. Tjokroaminoto.

Ketiga, berani ambil risiko. “Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan dimenangkan,” kata Sutan Sjahrir. Korea wajib berani, tapi dengan kalkulasi risiko minimum, beda dengan teroris yang membabi buta.

Keberanian menentukan pilihan dengan mempertimbangkan konsekuensi logis, baik peluang maupun risiko dari setiap keputusan akan sangat menentukan keberlangsungan Korea.

Prinsip ini pernah dilakukan Bung Karno ketika memilih bekerja sama dengan Jepang karena menghitung penjajahan mereka tak lama dan bisa dipakai menyiapkan kemerdekaan secara matang, baik secara penguatan militer maupun sipil.

Baca Juga:   PKPA Beasiswa PA GMNI – PERADI Utama Resmi Dibuka, Prof. Hardi Fardiansyah Tekankan Integritas Advokat

Meskipun langkah politik Bung Karno ini menimbulkan pro-kontra, tetapi ini dilakukannya dengan terlebih dahulu mengukur risiko minimum.

Keempat, haram baper, tetap bahagia. “Keluh adalah tanda kelemahan jiwa,” petuah Bung Karno yang kerap dikutip Komandan Pacul.

Jalan hidup ‘Korea’ tak mungkin mulus. Hambatan ada, tetapi mengeluh berarti menghabiskan energi. Komandan Pacul punya resep jitu yang sering disampaikannya: don’t worry, be happy.

Seorang ‘Korea’ mesti mampu menyikapi konflik, perbedaan pandangan dan terlatih untuk berdamai dengan perasaannya dalam menghadapi kesusahan dan tantangan hidup.

Meski Komandan Pacul mengalami friksi yang tajam dengan Ganjar Pranowo, bahkan sampai keluar pernyataan ‘kemajon’ dari Komandan Pacul, tapi Komandan Pacul tidak baper dan tetap melakukan salam komando dengan Ganjar Pranowo pada Juni 2022 saat Rakernas PDI-Perjuangan.

Begitu juga Bung Karno dan Sutan Syahrir tidak selalu sepaham, tetapi mereka mengesampingkan ego pribadi demi tujuan bersama dalam masa awal-awal kemerdekaan Indonesia.

Merelevankan Marhaenisme

Marhaenisme adalah ideologi yang digagas Bung Karno untuk mencapai kemerdekaan dengan orientasi melawan penindasan dari sistem yang menindas, termasuk penindasan mental dari kelas bawah (Marhaen).

Bung Karno menekankan ‘pentingnya revolusi mental’ untuk menciptakan suatu karakter sebagai bangsa yang kokoh.

Komandan Pacul mempraktikkan Marhaenisme secara kekinian dengan mendorong Korea melenting, lalu melentingkan Korea lainnya, persis adagium Bung Karno bahwa ‘suatu bangsa tidak akan berubah nasibnya, kalau bukan bangsa tersebut yang mengubah nasibnya sendiri’.

Dengan tegas saya mengatakan, Komandan Pacul merupakan murid sejati Bung Karno, karena menyelaraskan ajaran klasik Marhaenisme dengan tantangan Gen-Z dan milenial.

Semoga makin banyak ‘Marhaen rasa Korea’, agar api perjuangan Bung Karno terus menyala.


Penulis: Jansen Henry Kurniawan, Mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Jawa Tengah. Pengagum Bung Karno & Komandan Pacul.

Dislaimer: Tulisan ini juga telah terbit di Media Haloteropong.com.

iRadio
Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
Rabu, 26 November 2025 | 23:43 WIB
Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
Rabu, 26 November 2025 | 12:29 WIB
Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
Senin, 24 November 2025 | 11:18 WIB
Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
Minggu, 23 November 2025 | 07:46 WIB
Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan
Sabtu, 22 November 2025 | 22:03 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Masa Jabatan Legislatif Tanpa Ujung: Celah yang Mengancam Alam Demokrasi
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi

Lainnya Dari Marhaenist

Mahfud MD: 62 Persen Kepala Daerah Terlibat Korupsi

Marhaenist.id, Jakarta- Mantan Menkopolhukam Mahfud MD mengharapkan, Pilkada Serentak 2024 dapat melahirkan…

Deklarasi Ekonomi, Soekarno 1963

Saudara-saudara sekalian, 1. Sebagai Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia saya menyadari…

Kunjungi Banda Neira, Ganjar Belajar Dari Hatta dan Syahrir

Marhaenist.id, Banda Neira - Ganjar Pranowo mengunjungi sejumlah tempat bersejarah saat tiba…

Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Prabowo Subianto, Pertandingan Melawan Korupsi

MARHAENIST - Indonesia memulai sebuah era baru, memilih presiden secara langsung pada…

Jumpai Ketua DPRD Riau, Cipayung Plus Desak Pembentukan Pansus Defisit APBD: Biar Tahu Siapa Biang Keroknya!

Marhaenist.id, Pekanbaru – Kelompok Cipayung Plus Riau resmi mendesak DPRD Provinsi Riau…

Ajaran Dasar Dalam Pendidikan Yang Terlupakan

Marhaenist.id -Setiap tanggal 2 mei kita memperingati hari pendidikan Nasional, tapi untuk…

IKN Dorong PA GMNI Balikpapan Ajarkan Pemuda Semangat Gotong Royong dan Kembangkan Pertanian

Marhaenist - Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) kota Balikpapan…

Pembangkangan Konstitusi oleh DPR, Mahasiswa UWKS Gelar Aksi Gedung DPRD Jatim

Marhaenist.id, Surabaya - Mahasiswa Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) yang tergabung dalam…

Pajak untuk Keadilan

Marhaenist.id - Perdebatan soal kenaikan tarif PPN dari 11 persen menjadi 12 persen…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar Alumni GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

🎧 Online Radio

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Ikuti Kami
Merdeka!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?