By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima
Refleksi Hari Jadi Kabupaten Rohul Ke-26 Tahun, GMNI: Momentum Evaluasi Pembangunan dan Penguatan Nasionalisme Kerakyatan
Heri Purnomo Kembali Terpilih Secara Aklamasi sebagai Ketua PA GMNI Kota Bekasi
Erick Thohir dan Serangkaian Keputusan Aneh
Pertumbuhan Ekonomi Yang Menyisakan Luka Sosial dan Ekologis

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
ArtikelKabar PA GMNI

Komandan Pacul, Marhaen Rasa ‘Korea’

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Kamis, 26 Juni 2025 | 23:06 WIB
Bagikan
Waktu Baca 6 Menit
Foto: Komandan Pacul, Wakil Ketua MPR RI 2024/2029, Ketua Umum DPD PDIP Jateng, Ketua Umum DPD PA GMNI Jateng/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Saat kita menyaksikan pejabat atau politisi di layar kaca maupun media sosial, sering kali masyarakat yang hidup pas-pasan hanya bisa menggerutu dan takut bermimpi menjadi ‘orang besar’.

Fenomena itu nyata di kalangan kelas bawah atau Marhaen dalam sebutan Soekarno (selanjutnya ditulis Bung Karno), yang selama berabad-abad terjebak dalam kemiskinan akibat kolonialisme dan imperialisme.

Dengan panggilan nurani itulah Bung Karno mengajarkan semangat anti-kemiskinan: kemerdekaan adalah jembatan emas, dan di seberang jembatan itu segala ketertinggalan harus dituntaskan.

Kuncinya adalah mindset, kepercayaan diri, dan langkah terukur. Semangat progresif itu wajib diteruskan, terutama dalam membangun mentalitas kelas bawah.

Komandan Pacul dan Spirit ‘Korea’

Sejak pertama kali muncul di podcast Total Politik, saya merasa beruntung ada figur yang menyampaikan langkah terukur dalam melawan ‘kemiskinan’ agar melenting, tanpa harus mengutuk keadaan.

Figur yang dimaksud yaitu Bambang Wuryanto, atau Komandan Pacul, Wakil Ketua MPR RI, Ketua Bappilu DPP-PDI Perjuangan, dan Ketua DPD-PDI Perjuangan Jawa Tengah.

Menurut saya, beliau adalah murid ideologis Bung Karno yang meneruskan ‘semangat melenting bagi kelas bawah.’

Komandan Pacul menyebut mereka yang lahir dalam kemiskinan ekstrem tetapi bertekad mengubah nasib sebagai ‘Korea’.

Istilah itu berangkat dari gambaran pasukan Korea di bawah Jepang: tak segagah tentara Jepang, tetapi militansinya tinggi.

Di Jawa, ‘Korea’ dimaknai sebagai ‘orang kecil yang bersiap melakukan quantum leap, melenting ke atas dari keterbatasan.

Empat prinsip

Bagi Komandan Pacul, terdapat empat prinsip hidup seorang ‘Korea’ agar bisa melenting. Pertama, tahu tujuan. ‘Korea’ harus jelas arah atau tujuan, baik dalam hal kekuasaan, finansial, atau intelektual.

Tanpa tujuan, hidup bagai pepatah ‘hidup segan, mati tak mau’. Setelah menetapkan tujuan, seorang ‘Korea’ harus mampu fokus.

Baca Juga:   Amendemen Konstitusi Dinilai Problematik, Abdy Yuhana: Pendiri Bangsa Kembali Menjadi Rujukan

Momentum sering hilang justru karena pikiran bercabang atau tidak fokus. Bung Karno sendiri sejak kecil sudah menetapkan tujuan dan cita-cita revolusionernya—meraih kekuasaan untuk memerdekakan rakyat—dan tetap konsisten untuk menggapainya.

Kedua, cari galah. Sebaik apa pun potensi, tanpa ‘galah’ yang tepat, Korea sulit melenting. Galah adalah ‘patron, komunitas, atau jejaring yang memberi tuas.’

Komandan Pacul menemukan galah dengan mengikuti organisasi ketika masih mahasiswa, maupun setelahnya sekitar tahun 1990-an masuk PDI-Perjuangan dan bertemu figur-figur seperti Megawati Soekarnoputri, Almarhum Taufiq Kiemas, Puan Maharani, dan Almarhum Soetjipto.

Menurut saya, jika melihat perjalanan Komandan Pacul, seorang ‘Korea’ apabila ingin melenting harus memilih mengikuti komunitas, organisasi atau perkumpulan yang tepat demi menemukan jaringan yang tepat lalu.

Seorang ‘Korea’ haruslah manusia yang bergaul dan mampu menentukan siapa yang ia inginkan menjadi galah.

Selain itu, yang paling terpenting seorang korea harus mampu meyakinkan galah tersebut untuk memasukkannya kedalam circle sang galah.

Seorang ‘Korea’ harus mampu memenangkan hati galahnya secara emosional maupun kebutuhannya dalam memecahkan persoalan agar galah tersebut melentingkannya, bukan justru membebani hati dan pikiran sang galah.

Seorang ‘Korea’ mesti memahami alam pikir galah; gunakan ‘otot proaktif’ kapan pun dibutuhkan untuk men-treatment galahnya. Bung Karno dahulu pun ‘melenting’ lewat galah H.O.S. Tjokroaminoto.

Ketiga, berani ambil risiko. “Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan dimenangkan,” kata Sutan Sjahrir. Korea wajib berani, tapi dengan kalkulasi risiko minimum, beda dengan teroris yang membabi buta.

Keberanian menentukan pilihan dengan mempertimbangkan konsekuensi logis, baik peluang maupun risiko dari setiap keputusan akan sangat menentukan keberlangsungan Korea.

Prinsip ini pernah dilakukan Bung Karno ketika memilih bekerja sama dengan Jepang karena menghitung penjajahan mereka tak lama dan bisa dipakai menyiapkan kemerdekaan secara matang, baik secara penguatan militer maupun sipil.

Baca Juga:   PA GMNI Banten Ajak Alumni Berperan Serta Pada Pemilu dan Pilkada 2024

Meskipun langkah politik Bung Karno ini menimbulkan pro-kontra, tetapi ini dilakukannya dengan terlebih dahulu mengukur risiko minimum.

Keempat, haram baper, tetap bahagia. “Keluh adalah tanda kelemahan jiwa,” petuah Bung Karno yang kerap dikutip Komandan Pacul.

Jalan hidup ‘Korea’ tak mungkin mulus. Hambatan ada, tetapi mengeluh berarti menghabiskan energi. Komandan Pacul punya resep jitu yang sering disampaikannya: don’t worry, be happy.

Seorang ‘Korea’ mesti mampu menyikapi konflik, perbedaan pandangan dan terlatih untuk berdamai dengan perasaannya dalam menghadapi kesusahan dan tantangan hidup.

Meski Komandan Pacul mengalami friksi yang tajam dengan Ganjar Pranowo, bahkan sampai keluar pernyataan ‘kemajon’ dari Komandan Pacul, tapi Komandan Pacul tidak baper dan tetap melakukan salam komando dengan Ganjar Pranowo pada Juni 2022 saat Rakernas PDI-Perjuangan.

Begitu juga Bung Karno dan Sutan Syahrir tidak selalu sepaham, tetapi mereka mengesampingkan ego pribadi demi tujuan bersama dalam masa awal-awal kemerdekaan Indonesia.

Merelevankan Marhaenisme

Marhaenisme adalah ideologi yang digagas Bung Karno untuk mencapai kemerdekaan dengan orientasi melawan penindasan dari sistem yang menindas, termasuk penindasan mental dari kelas bawah (Marhaen).

Bung Karno menekankan ‘pentingnya revolusi mental’ untuk menciptakan suatu karakter sebagai bangsa yang kokoh.

Komandan Pacul mempraktikkan Marhaenisme secara kekinian dengan mendorong Korea melenting, lalu melentingkan Korea lainnya, persis adagium Bung Karno bahwa ‘suatu bangsa tidak akan berubah nasibnya, kalau bukan bangsa tersebut yang mengubah nasibnya sendiri’.

Dengan tegas saya mengatakan, Komandan Pacul merupakan murid sejati Bung Karno, karena menyelaraskan ajaran klasik Marhaenisme dengan tantangan Gen-Z dan milenial.

Semoga makin banyak ‘Marhaen rasa Korea’, agar api perjuangan Bung Karno terus menyala.


Penulis: Jansen Henry Kurniawan, Mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Jawa Tengah. Pengagum Bung Karno & Komandan Pacul.

Dislaimer: Tulisan ini juga telah terbit di Media Haloteropong.com.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima
Senin, 13 Oktober 2025 | 00:21 WIB
Refleksi Hari Jadi Kabupaten Rohul Ke-26 Tahun, GMNI: Momentum Evaluasi Pembangunan dan Penguatan Nasionalisme Kerakyatan
Minggu, 12 Oktober 2025 | 16:32 WIB
Heri Purnomo Kembali Terpilih Secara Aklamasi sebagai Ketua PA GMNI Kota Bekasi
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 22:25 WIB
Erick Thohir dan Serangkaian Keputusan Aneh
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 21:48 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Yang Menyisakan Luka Sosial dan Ekologis
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 08:38 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Metodologi KIV: Sebagai Alat Perjuangan GMNI Melawan Tangangan Zaman
Artikel
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Opini

Revisi UU TNI: Ancaman Serius Bagi Demokrasi Indonesia

Marhaenist.id - Kita sedang menghadapi bahaya laten. Revisi UU TNI yang sedang…

Polithinking

Isi Masa Tenang, Ganjar Pilih Kongkow Lesehan Bareng Warga

Marhaenist.id, Semarang - Ganjar Pranowo mengisi masa tenang kampanye menonton Slank bersama…

Kabar GMNI

GMNI Jaksel Serukan Potong Satu Generasi: Bersihkan Pejabat Warisan Orde Baru dan Adili Jokowi-Makzulkan Gibran

Marhaenist.id, Jakarta – Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta…

Kabar GMNI

Deklarasi Pemilu Damai 2024, GMNI Jatim Serukan Pemilu Tanpa Provokasi

Marhaenist.id, Surabaya - Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Jawa Timur (DPD…

Opini

Dari Sulawesi untuk DPP: ‘Persatuan adalah Kunci Menuju Kejayaan GMNI’

Marhaenist.id - Kondisi internal Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) saat ini tengah…

Kabar PA GMNI

Kabar Duka! Murdaya Widyawimarta Poo, Pengusaha Nasional Sekaligus Tokoh GMNI Meninggal Dunia

Marhaenist.id, Jakarta - Murdaya Widyawimarta Poo, salah satu konglomerat ternama di Indonesia…

Kabar GMNI

Terus Kembangkan Potensi Diri, Pesan Bupati Purworejo Untuk GMNI

Marhaenist - Dewan Pengurus Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Purworejo…

Opini

Toleransi Beragama: Jalan Hidup Damai Antar Umat Beragama di Indonesia

Marhaenist.id - Ketika anda menganggap pemeluk agama lain adalah sesat, memangnya mereka…

ArtikelStudy Filsafat

Aristoteles: Kegagalan adalah Pelajaran, Tetapi Menyerah adalah Kekalahan Sejati

Marhaenist.id - Aristoteles mengungkapkan bahwa Hidup adalah perjalanan penuh tantangan. Di setiap…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?