Marhaenist.id, Malang – Dewan Pengurus Komisariat (DPK) GMNI Universitas Wisnuwardhana Malang (Unidha) dan DPK GMNI Fakultas Ekonomi Unidha menegaskan komitmennya untuk tetap berada di garis depan perjuangan melalui pelaksanaan Musyawarah Anggota Komisariat (Musyakom) bertema: “Meneguhkan Marhaenisme Sebagai Jalan Perjuangandi Tengah Krisis Bangsa”.
Musyawarah yang digelar dengan khidmat dan semangat diwarnai nuansa persatuan ini dihadiri oleh seluruh kader dan anggota aktif GMNI Unidha, Sabtu (31/5/2025).
Hadir pula jajaran pengurus DPC GMNI Malang, para alumni, serta para pendiri GMNI Unidha, yakni Bung Rafi selaku Ketua DPK pertama dan Bung Ivan selaku inisiator terbentuknya komisariat GMNI di Kampus Unidha.
Dalam sambutannya, Bung Aloysius Ketua Pelaksana Musyakom menyampaikan laporan persiapan yang dilakukan secara gotong royong oleh seluruh panitia, seraya menegaskan bahwa tema yang diusung bukan sekadar retorika, melainkan seruan perjuangan:
“Di tengah krisis multidimensi bangsa, meneguhkan Marhaenisme adalah satu-satunya jalan revolusioner yang relevan. Ini bukan hanya forum organisasi, tapi medan dialektika dan regenerasi,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPK GMNI Unidha, Sarinah Delsi, yang diwakili dalam sambutannya, menekankan bahwa Musyakom merupakan ruang strategis untuk memastikan keberlanjutan kepemimpinan dan penguatan garis ideologis GMNI di kampus.
“Harapannya dari forum ini akan lahir pemimpin-pemimpin ideologis yang mampu membawa komisariat ke arah lebih progresif, revolusioner, dan visioner,” katanya
Dalam suasana penuh semangat, Bung Ivan selaku pendiri komisariat turut memberikan sambutan penuh refleksi dan harapan:
“GMNI di Unidha telah menjadi basis ideologis yang kuat. Namun tantangan ke depan adalah konsistensi: kerja-kerja organisasi harus berjalan, pendistribusian kader harus terarah, dan kaderisasi harus menyala dengan kajian ideologis yang berkualitas. Barulah GMNI bisa menjadi cahaya bagi kampus dan bangsa,” ucapnya.
Puncak pembukaan ditandai dengan sambutan sekaligus peresmian Musyakom oleh Ketua DPC GMNI Malang, Bung Albert, dalam arahannya, ia menggarisbawahi pentingnya militansi dan visi ideologis seorang pemimpin komisariat.
“Musyawarah ini bukan sekadar formalitas. Ini adalah forum tertinggi di tingkat komisariat. Maka dari itu, pemimpin yang lahir dari Musyakom haruslah memiliki visi yang menjangkau masa depan organisasi. Komitmen terhadap ideologi, kaderisasi, dan organisasi harus menjadi napas utama,” imbuhnya.
Setelah dibuka secara resmi, Musyakom berjalan melalui lima tahap pleno, mulai dari pembukaan, pembahasan tata tertib, laporan pertanggungjawaban, perumusan rekomendasi program kerja, hingga pemilihan formatur ketua dan sekretaris baru.
Hasil Musyawarah kemudian menetapkan para pemimpin baru
DPK GMNI Unidha:
* Ketua: Bung Aloysius
* Sekretaris: Bung Daniel
DPK GMNI Fakultas Ekonomi Unidha:
* Ketua: Sarinah Rabia
* Sekretaris: Sarinah Rosa
Dalam pidato perdananya sebagai Ketua DPK GMNI Unidha, Bung Aloysius menyerukan kepada seluruh kader untuk menjaga bara semangat perjuangan tetap menyala.
“GMNI Unidha bukan hanya tempat singgah ide. Ia adalah kawah candradimuka perjuangan. Saya berharap seluruh kader dapat bersama-sama dengan kepengurusan baru menjaga bara ini agar tetap menyala di tengah tantangan zaman,” seruhnya.
Hal senada disampaikan Sarinah Rabia, Ketua DPK GMNI Ekonomi Unidha, yang menekankan pentingnya kolaborasi dalam kerja-kerja organisasi:
“Kerja sama yang baik akan membawa hasil yang baik. Mari kita buktikan bahwa kaderisasi bukan hanya rutinitas, tapi jalan revolusi untuk membangun kesadaran kolektif yang Marhaenis,” tuturnya.
Musyawarah Anggota Komisariat bukanlah akhir, melainkan titik nol perjuangan baru. Ia adalah fondasi regenerasi ideologis untuk menegaskan kembali posisi GMNI sebagai garda depan perlawanan kaum Marhaen di tengah situasi bangsa yang genting.
Sebagaimana pesan Bung Karno:
“Perjuangan kita belum selesai. Karena yang kita hadapi bukan hanya penjajahan fisik, tapi penjajahan pikiran.”
Musyakom GMNI Unidha adalah ikhtiar untuk terus membebaskan pikiran, mengobarkan ideologi, dan meneguhkan barisan kaum Marhaen di kampus dan tanah air tercinta.***
Penulis: Redaksi/Editor: Bung Wadhaar.