Marhaenist.id – Pernyataan Fadli Zon mengenai kerugian institusi ketika dikritik mengandung problematika logis dan filosofis dalam hal kebebasan berekspresi serta batasan kritik terhadap institusi.
Fadli Zon menyatakan bahwa mengkritik individu atau oknum tidak masalah, tetapi jika berdampak pada institusi, maka itu bisa menjadi masalah. Padahal, dalam banyak kasus, individu atau oknum yang dikritik adalah bagian dari institusi.
Jika institusi tersebut memiliki tanggung jawab terhadap tindakan oknum, maka kritik terhadap individu secara inheren juga mencerminkan kritik terhadap institusi yang menaunginya. Membedakan keduanya seolah-olah terpisah adalah dikotomi yang tidak realistis.
Hal yang perlu di catat yaitu dalam demokrasi, kritik terhadap institusi adalah bagian dari mekanisme check and balance. Menyatakan bahwa kritik yang berdampak pada institusi bisa menjadi masalah menunjukkan adanya upaya pembatasan terhadap kebebasan berekspresi.
Jika kritik terhadap institusi dilarang hanya karena institusi merasa dirugikan, maka ini bisa menjadi bentuk pembungkaman yang bertentangan dengan prinsip demokrasi itu sendiri.

Selain itu, institusi bukanlah entitas yang bebas dari kritik, terutama jika institusi tersebut memiliki kewenangan publik. Institusi harus selalu terbuka terhadap kritik agar tidak menjadi otoriter. Jika kritik terhadap institusi dianggap sebagai masalah hanya karena membawa dampak, maka tentu hal ini bisa menjadi dasar bagi penyalahgunaan kekuasaan untuk menekan kritik yang sah.
Kritik yang membawa dampak terhadap institusi seharusnya tidak serta-merta dianggap sebagai masalah, tetapi sebagai peluang untuk perbaikan. Institusi yang baik tidak akan berusaha menghindari kritik, melainkan meresponsnya dengan introspeksi dan perbaikan. Menjadikan dampak terhadap institusi sebagai ukuran sah atau tidaknya kritik justru mengaburkan substansi kritik itu sendiri.
Atas hal tersebut, pernyataan Fadli Zon akan kita anggap berpotensi membatasi kebebasan berekspresi dengan alasan perlindungan institusi. Padahal, kritik terhadap institusi adalah bagian dari proses demokrasi dan upaya membangun tata kelola yang lebih baik.
Sayang sekali, Fadli Zon dengan segudang koleksi bukunya yang memuat banyak buku-buku pergerakan Indonesia, bahkan dunia menjadi kehilangan kendali atas pikirannya sendiri yang kritis. Dan tentu saja kondisi itu terjadi ketika ia sudah duduk di atas kursi kekuasaan yang empuk.
Sontoloyo!
Penulis: Edi Subroto, Alumni GMNI Yogyakarta.