By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Belajar KoperasiOpini

Cara Melawan Kapitalisme (2): Sang Karyawan Hemat

Marhaenist Indonesia
Marhaenist Indonesia Diterbitkan : Selasa, 21 Januari 2025 | 16:42 WIB
Bagikan
Waktu Baca 12 Menit
Melawan Kapitalisme. Sumber: Jonpay Indoprogress
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Ini adalah adalah sebuah cerita yang saya adopsi dari praktik nyata dari orang orang sederhana yang berusaha menyelamatkan diri dari cengkeram korporasi bank kapitalis. Ini bukan cerita drama melo Korea tapi cara riil orang orang yang bekerja di kantor koporasi kapitalis membangun masa depan hidupnya, mengorganisir perlawanan serius terhadap bank kapitalis yang memeras dan menindas dengan cara damai. Begini ceritanya:

Suatu hari, seorang manajer dari satu perusahaan mulai merasa pusing ketika hadapi masalah serius soal kas bon dari anak buahnya di kantor. Sebab semakin hari jumlah kas bon itu semakin membesar dan membesar terus.

Kas bon atau pinjaman sementara yang akan dipotong dari gaji bulanan karyawan peminjamnya itu tentu diberikan dengan gunakan uang perusahaan. Kas bon terjadi karena gaji karyawan di kantor itu tidak cukup untuk menopang kebutuhan bulanan mereka. Apalagi ketika hadapi kebutuhan yang mendadak.

Pada suatu ketika, manajer perusahaan itu mulai berfikir, kenapa tidak dibuat saja semacam bank kecil yang hanya diperuntukkan bagi karyawanya di kantor. Bank ini minimal berfungsi untuk mengganti sistem kas bon yang selama ini terjadi.

Sang Manajer lalu berfikir, bagaimana caranya untuk menciptakan modal untuk memenuhi pinjaman dari karyawan itu. Dia pikir awalnya dengan mengajak karyawan untuk secara bersama sama mengumpulkan modal itu.

Dikumpulkanlah semua karyawan, dan disampaikanlah idenya dengan berapi api. Dia berharap karyawan dengan sukarela akan ada yang berminat untuk menaruh modalnya di bank yang dia idekan itu dengan iming iming bahwa yang menyetor modal di bank buatanya itu akan mendapatkan keuntungan seperti yang didapat para pemilik bank bank kapitalis selama ini. Dia buat penjelasan perhitungan yang detil dan rumit.

Hasilnya bagaimana? Tenyata nol besar!

Ide manajer itu ternyata tidak ada yang merespon sama sekali. Karyawan tidak ada yang mau menyetor modal. Mereka berargumentasi begini ” Bagaimana menyetor modal pak? Untuk makan sehari hari kita tidak cukup? “.

Sungguh sangat menyedihkan. Padahal supaya ringan sebetulnya manajer itu hanya berharap setiap karyawan itu menyetor modal untuk dirikan bank itu sebulan hanya sebesar 50 ribu rupiah.

Tapi kembali ke alasan dari karyawan karyawan itu. Untuk makan saja tidak cukup, bagaimana setor modal. Sang Manajer juga tahu. Selain gaji karyawanya itu memang kecil, mereka itu juga sebetulnya menurut informasi yang dia dapat secara diam diam sudah banyak yang terlilit pinjaman dari bank kapitalis, perkreditan rakyat, dan pinjaman pinjaman pribadi. Jadi kas bon itu adalah salah satu cara untuk menyelamatkan sementara hidup mereka. Mengulur waktu agar panjangnya hingga 30 hari.

Singkat kata, Sang Manajer akhirnya berfikir kalau berharap ke karyawan itu sudah mustahil. Maka dia menarik uang tabunganya di bank kapitalis sebesar 50 juta rupiah. Lalu dia minta staf keuanganya kalau ada yang kas bon agar diarahkan untuk pinjam uangnya dan disuruh bayar bunga sebesar 3 persen. Kalau pinjam 100 ribu selama sebulan berarti harus bayar bunga 3 ribu rupiah. Seperti pinjaman di bank kapitalis saja.

Baca Juga:   Satgas Koperasi Bermasalah Jangan Jadi Bagian dari Masalah

Ternyata pinjaman setiap bulanya betul betul laris. Dia batasi pinjaman tidak boleh lebih dari 500 ribu rupiah. Hasilnya luar biasa. Satu tahun ternyata dari modal dia 50 juta rupiah itu hasilkan keuntungan yang sangat besar dari bunga yang hanya 3 persen itu. Nilainya hingga 20 puluhan juta rupiah!.

Pada akhir tahun, karyawan dikumpulkan. Mereka diberi tahu kalau tahun depan tidak akan ada lagi sistem pinjaman dari perusahaan. Apakah itu dalam bentuk kas bon maupun pinjaman dari bank yang dia telah dirikan.

Karyawan semua seperti kecewa. Mereka selama ini sudah sangat merasa tertolong hidupnya dengan pinjaman dari kas bon atau bank itu. Mereka bisa mengulur hidupnya hingga akhir bulan tetap bisa bertahan karena pinjaman.

Akhirnya Sang Manajer membuka rahasia. Dia katakan kalau sebetulnya uang yang dipinjamkan itu adalah uang pribadinya dan perusahaan sudah tidak mau membuat kebijakan kas bon lagi karena dianggap telah menggangu arus kas perusahaan.

Sang manajer juga sampaikan kalau dari hasil modal uang yang dia pinjamkan itu telah hasilkan keuntungan dari bunga yang dibayarkan karyawan peminjam sebesar 20 juta rupiah. Uang 20 juta itu jadi miliknya pribadi karena modalnya dari uangnya yang dia tarik dari bank.

Tapi, inilah hebatnya Sang Manajer. Dia tawarkan ke karyawan, ” Barang siapa yang mau menggantikan modal saya 50 juta ini, maka saya berikan bonus dari saya sebesar 20 juta gratis! “. Sang Manajer memancing semua karyawan.

Diam diam ternyata ada karyawan yang tertarik. Dia adalah karyawan yang selama ini tidak pernah melakukan kas bon sama sekali. Sebab dia memang karyawan yang paling pandai mengatur keuangan. Dia tidak punya pinjaman leasing motor, hidup seperlunya dan membeli makanan dan pakaian secukupnya. Tidak ada pinjaman dimanapun. Padahal, dia justru karyawan yang selama ini jabatanya paling rendah.

Kata dia, uang seberapapun yang dia dapat itu selalu dia hemat. Bahkan setiap gajian dia potong dulu 20 persen uangnya untuk di tabung di bank kapitalis. Alasan yang dia katakan, tabungan itu penting untuk jaga jaga jika ada kebutuhan yang mendadak yang tidak pasti dengan mengambil tabungan.

Menurut saya, Sang Karyawan ini hebat. Dia sudah membantah teori yang dibuat oleh Profesor ilmu ekonomi di kampus ekonomi. Dimana teorinya tabungan adalah sisa konsumsi. Tapi dia ganti dengan tabungan adalah penyisihan potongan wajib dari pendapatan. Sebagai kewajiban yang harus dia potong diawal sebelum dia konsumsi.

Baca Juga:   Trump, Amerika dan Jerman: Babak Baru Geopolitik

Rumusnya milik Profesor di Fakultas Ekonomi itu begini : Pendapatan (P) = Konsumsi (K) + Tabungan (T)

Tapi rumus karyawan itu begini : Pendapatan (P) = Konsumsi – Tabungan.

Secara rumus teoritis sih tetap yang logis adalah teori profesor. Tapi untuk memudahkan memahami secara awam kita pakai saja dalam praktik untuk menjelaskan cara mengatur keuangan Sang Karyawan Hemat.

Singkat cerita, Sang Karyawan itu ternyata mau gantikan uang Sang Manajer sebesar 50 juta rupiah. Itu artinya dia langsung dapat uang gratis sebesar 20 juta rupiah sekaligus. Tanpa menunggu hari atau jeda waktu.

Jadilah modal bank itu sebesar 70 juta karena karyawan itu ingin yang 20 juta sekaligus dijadikan sebagai tambahan modal bank yang didirikan Sang Manajer. Sehingga sontak semua karyawan yang lain, yang jabatannya lebih tinggi melongo.

Sejak saat itu bank semua modalnya adalah dari Sang Karyawan paling hemat itu. Namun ketika perjalanan selama satu tahun, karyawan yang lain ternyata mulai banyak yang ikut setor modal. Jadilah akhir tahun modal membengkak menjadi 210 juta. Kemudian keuntungan yang dihasilkan adalah sebesar 75 juta rupiah. Sebab pinjaman yang ada memang putaranya sangat cepat. Dibuka pinjaman kilat yang hanya maksimal 7 hari dan tetap bayar bunga 3 persen.

Al hasil, Sang Karyawan Hemat tetap mendapat bagian keuntungan paling besar. Tetap mendapat 25 juta dari seluruh keuntungan yang dihasilkan oleh bank. Lainya dibagi ke karyawan yang lain.

Setiap tahun permodalan Bank terus berkembang dengan sangat pesat. Ketika masuk tahun ke 5 sudah ada 150 milyard modal terkumpul. Bank ini akhirnya didaftarkan sebagai bank milik rakyat secara resmi. Dibentuk Komisaris dan manajer serta dikembangkan dengan sistem manajemen profesional.

Pemiliknya telah berkembang tidak hanya oleh karyawan di perusahaan itu, tapi juga karyawan di perusahaan lainya. Meluas meliputi suami atau istri karyawan, mertua, saudara kandung, tetangga karyawan dan lain sebagainya. Bank ini berkembang melayani masyarakat luas.

Banyak sekali orang yang tertolong oleh bank ini. Tapi prinsip bank ini tetap tak berubah. Tujuanya memang bukan hanya menolong mereka yang membutuhkan pinjaman, lebih mendasar, mendidik orang untuk menabung dan hidup hemat untuk menyelamatkan masa depan yang penuh ketidakpastian seperti yang dilakukan okeh Sang Karyawan Hemat.

Prinsip hidup hemat, sederhana, peduli masa depan, berfikir cerdas yang dimiliki oleh Sang Karyawan Hemat dijadikan sebagai pedoman hidup seluruh mereka yang ingin bergabung menjadi pemilik bank. Selain asas yang penting ” tanam dulu baru boleh panen ” atau menyimpan dulu baru boleh pinjam seperti yang ditanamkan oleh Sang Manajer.

Baca Juga:   Kooperasi dan Hegemoni Kapitalisme

Bank ini tidak hanya telah menolong orang orang kecil di perusahaan itu, tapi meluas ke masyarakat. Dinamakanlah bank itu oleh Sang Manajer dengan nama COGITO BANK. Bank yang didirikan oleh mereka yang berfikir. Dia ambil nama itu dari kalimat yang masyur dari Descartes ” Cogito Ergo Sum” yang artinya saya berfikir maka saya ada”.

Bank itu telah berkembang dan buka cabang di kantor kantor lainya, di pabrik pabrik di kota itu. COGITO BANK menjadi sangat terkenal. Dikenal sebagai bank milik karyawan karyawan kecil di semua perkantoran.

Banyak bank bank kapitalis milik konglomerat yang tutup di kota ini. Mereka bangkrut karena hal ini : semua nasabah bank ini bisa jadi pemilik bank dan juga berikan keuntunganya sesuai dengan besaran modal yang disetor dan juga banyaknya pinjaman. Selain mereka itu dihargai hak suaranya untuk didengar di dalam putusan putusan manajemen, ikut mengontrol secara rutij, hadir di pertemuan pertemuan rutin yang selalu saja penuh orang, juga di rapat akbar tahunan yang selalu meriah.

Bank itu berjalan hingga memasuki ulang tahun perak. Ulang tahun ke 25. Di hari ulang tahun peraknya ini sudah ada 121 kantor cabang pelayanan di kota itu. Sang Manajer merasa sangat bangga, idenya bisa diterima dan berkembang.

Di ulang tahun COGITO BANK itu, Sang Manajer yang juga sudah pensiun dari kantor tempat dia bekerja dan membangun bank ini berpidato didepan rapat akbar yang dihadiri ribuan orang dengan suara bergetar.

“….Saudara saudaraku….saya ini bukan siapa siapa, saya bukan pendiri, bukan orang hebat. Saya adalah hanya perintis jalan agar setiap jiwa itu merdeka dan mampu membebaskan diri dan hargai setiap orang itu setara…..semua kita adalah sama. Di hari ulang tahun perak ini saya hanya ingin sampaikan pesan bahwa jalan besar bagi masa depan kita itu karena Sang Karyawan Hemat, petugas kebersihan di depan kita ini….dialah pendiri yang sesungguhnya….dialah yang mengajari cara hidup lebih baik untuk kita semua….dan saya minta anda berdiri!!! “.

Sang Karyawan Hemat itu berdiri dengan wajah tertunduk. Tidak keluar secuil katapun. Semua orang ikut berdiri memberikan apresiasi, mereka bertepuk tangan riuh tidak berhenti henti. Sang Karyawan Hemat itu menitikan air mata haru. dia manusia sederhana yang telah menjadi teladan bagi banyak orang. Teladan bagi orang di satu kota besar!.


Penulis: Suroto, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES), CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR), Direktur Cooperative Research Center (CRC) Institut Teknologi Keling Kumang.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Foto: Desain Grafis oleh SP-NTT/MARHAENIST
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Senin, 25 Agustus 2025 | 17:44 WIB
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:34 WIB
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:28 WIB
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
Minggu, 24 Agustus 2025 | 21:13 WIB
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait
Sabtu, 23 Agustus 2025 | 19:24 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Peringati HUT Kemerdekaan RI, DPC GMNI Touna dan DPK GMN Bung Tomo Manajenen Gelar Nobar Sekaligus Bedah Film bersama Masyarakat
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kabar GMNI

Puluhan Mahasiswa Yogyakarta Gelar Diskusi Menolak Politisasi Bansos

Marhaenist.id, Yogyakarta - Puluhan mahasiswa Yogyakarta dengan mengatasnamakan Forum Mahasiswa Yogyakarta melakukan…

Manifesto

Esensi Perang Gerilya Dari Che Guevara

Marhaenist - Kemenangan perjuangan bersenjata rakyat Kuba atas kediktatoran Batista bukan hanya…

Opini

Ideologi Marhaenisme di Era Neo-Orba: Masihkah Relevan dalam Membela Kaum Marhaen?

Marhaenist.id - Indonesia telah mengalami perubahan besar dalam sistem politik dan ekonomi…

Polithinking

Gerakan Pemuda Marhaenis: Panji Gumilang Salah Memahami Ajaran Bung Karno Soal Agama

Marhaenist - Bikin Gaduh, Panji Gumilang gencar mengaku bermadzhab Bung Karno (Soekarno).…

Kabar PA GMNI

Alumni GMNI dan Tuntutan Pemberian Hak-Hak Pensiun Untuk Bung Karno

Marhaenist - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pengurus Pusat Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa…

Polithinking

Ribuan Warga Solo Raya di Sumut Nyatakan Dukung Ganjar-Mahfud, Siap Menangkan Presiden Rakyat

Marhaenist.id, Simalungun - Sebanyak dua ribu warga asal Solo Raya di Kabupaten…

Kapitalisme

Investor Khawatirkan Stabilitas Keuangan RI Imbas Program Makan Siang Gratis

Marhaenist - Program makan siang gratis untuk anak sekolah yang diusung oleh…

PERADAH Jakarta/MARHAENIST
Infokini

Lokasabha PERADAH Jakarta, Bryan Pasek – Eka Dharmayudha Fokus Pemberdayaan Ekonomi Keumatan

Marhaenist.id, Jakarta - Dewan Pimpinan Provinsi Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Provinsi DKI…

Kabar GMNI

Apresiasi Langkah Kejari, Ketua GMNI Inhil: Bongkar Tuntas Jaringan Korupsi di Indragiri Hilir

Marhaenist.id, Indragiri Hilir - Kejaksaan Negeri (Kejari) Indragiri Hilir (Inhil) membuat press…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?