Marhaenist.id, Jakarta– Pengamat politik, Eep Saefullah Fatah dalam video terbaru, secara terang-terangan menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai ‘Bapak Nepotisme’.
Pernyataan tersebut menimbulkan perhatian luas, mengingat nepotisme dianggap sebagai ancaman serius terhadap demokrasi.
Dalam video tersebut, Eep menjelaskan bahwa nepotisme merupakan masalah lama di Indonesia yang berkembang pesat pada masa Orde Baru.
“Nepotisme sudah ada sejak lama. Di era Orde Baru, dari akhir tahun 60-an sampai akhir 90-an, Indonesia dikuasai oleh Presiden Soeharto yang memprioritaskan anak-anaknya dalam banyak aspek politik dan bisnis,” kata Eep, dilansir dari kanal Youtube Keep Talking, Minggu (21/07/2024).
Namun, Eep menyoroti bahwa praktik nepotisme terus berlanjut di era reformasi. Menurutnya, Presiden Jokowi menjadi contoh nepotisme yang sangat mencolok.
“Presiden Jokowi telah menjadi bapak nepotisme karena praktik-praktik nepotisme dilakukan dengan terang-terangan. Banyak orang telah melawan dan mengkritiknya,” tegasnya.
Eep juga mencatat, nepotisme tidak hanya terjadi di tingkat presiden, tetapi juga di berbagai tingkat kepemimpinan lainnya.
“Ketika seseorang memimpin partai atau memegang jabatan tertentu, kecenderungan nepotisme selalu mengancam. Nepotisme adalah hantu yang berkeliaran di pojok ruangan,” katanya.
Lebih lanjut, Eep mengaitkan nepotisme dengan praktik oligarki, di mana kekuasaan dikendalikan oleh segelintir orang.
“Praktik oligarki adalah kekuasaan yang dikuasai oleh sedikit orang, kadang hanya satu, yang bisa menentukan segalanya,” tambahnya.
Menurut Eep, kombinasi dari nepotisme dan oligarki merupakan ancaman serius bagi demokrasi.
“Jika dibiarkan, demokrasi kita akan jatuh ke tangan tiran yang hanya membangun dinasti demi dinasti. Mereka akan melayani kepentingan sempit, sementara kepentingan seluruh warga akan terabaikan,” tandasnya.***
Penulis/Editor: Redaksi.